Kawal COVID-19: Tenaga medis seharusnya garda terakhir atasi pandemi
19 Agustus 2020 19:18 WIB
Anggota gerakan Kawal COVID-19 dr. Giovanni van Empel berbicara dalam diskusi virtual yang digelar Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) bertema Cerita Perjuangan Nakes, Jakarta, Rabu (19/8/2020). (ANTARA/Katriana)
Jakarta (ANTARA) - Anggota gerakan Kawal COVID-19 dr. Giovanni van Empel mengatakan tenaga medis semestinya berada di garda terakhir pencegahan penularan COVID-19 sedangkan garda terdepannya adalah masyarakat.
"Jadi yang harus melakukan langkah pencegahan itu justru individu-individu dalam komunitas, dalam masyarakat yang harus mencegah angka infeksi dan penyebaran ke keluarga, saudara ataupun orang-orang lain yang mungkin berinteraksi selama bermobilisasi," katanya dalam diskusi virtual yang digelar Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) bertema Cerita Perjuangan Nakes, Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa dalam upaya pencegahan penularan COVID-19 di tengah masyarakat, masyarakat sendiri yang seharusnya berada di garda terdepan. Sedangkan para tenaga medis menjadi ujung tombak dari penanganan wabah itu.
Sayangnya, ia menilai bahwa banyak masyarakat tidak menyadari peran mereka di dalam perang melawan COVID-19. Sebagian dari mereka bahkan cenderung abai dan tidak peduli dengan protokol kesehatan yang seharusnya mereka lakukan untuk mencegah penularan tersebut.
Akibatnya, banyak tenaga medis harus berjuang keras untuk mengatasi dampak dari ketidakpedulian masyarakat dan banyak di antara mereka bahkan akhirnya meninggal karena terkena COVID-19 di tengah sistem layanan kesehatan yang masih tertatih-tatih karena pandemi COVID-19 masih sangat baru sehingga belum diketahui cara penanganannya, ujarnya.
Baca juga: Jubir satgas COVID-19 jelaskan soal tingginya tingkat kematian nakes
Baca juga: RSUD 45 Kuningan batasi kunjungan setelah 19 nakes positif COVID-19
"Jadi dalam pandemi ini, yang perlu dicegah terlebih dahulu adalah bagaimana proses infeksi itu dapat ditekan sehingga tidak menjadi skala yang lebih besar," katanya.
Oleh karena itu, semua pihak, termasuk masyarakat sebagai garda terdepan, semestinya bisa menyadari perannya masing-masing, sehingga Indonesia bisa mengatasi pandemi tersebut secara bersama-sama sesuai dengan peran dan kemampuannya masing-masing.
"Sehingga pada satu kondisi di mana penyakit ini menjadi sesuatu yang baru dan belum ditemukan obat ataupun vaksinnya, di dalam ketidakpastian ini semua pihak di belahan dunia sedang sama-sama berupaya mencari jawaban dengan melakukan berbagai inisiatif dan riset untuk mengembangkan vaksin dan obatnya," kata dia.
Untuk itu, dibutuhkan pula kesadaran dan peran serta masyarakat untuk bersama-sama mengatasi pandemi melalui penerapan protokol secara tepat, antara lain dengan memakai masker, sering mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak saat berada di tengah-tengah kerumunan orang.
Ia menilai penerapan protokol kesehatan oleh masyarakat itu justru bisa menjadi kunci untuk mengurangi dan bahkan menghentikan penularan wabah COVID-19.
Baca juga: Keluarga nakes yang gugur tangani COVID-19 dapat santunan Menkes
Baca juga: Kemenkes sebut insentif buat nakes disetujui sampai Juli Rp489 miliar
"Jadi yang harus melakukan langkah pencegahan itu justru individu-individu dalam komunitas, dalam masyarakat yang harus mencegah angka infeksi dan penyebaran ke keluarga, saudara ataupun orang-orang lain yang mungkin berinteraksi selama bermobilisasi," katanya dalam diskusi virtual yang digelar Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) bertema Cerita Perjuangan Nakes, Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa dalam upaya pencegahan penularan COVID-19 di tengah masyarakat, masyarakat sendiri yang seharusnya berada di garda terdepan. Sedangkan para tenaga medis menjadi ujung tombak dari penanganan wabah itu.
Sayangnya, ia menilai bahwa banyak masyarakat tidak menyadari peran mereka di dalam perang melawan COVID-19. Sebagian dari mereka bahkan cenderung abai dan tidak peduli dengan protokol kesehatan yang seharusnya mereka lakukan untuk mencegah penularan tersebut.
Akibatnya, banyak tenaga medis harus berjuang keras untuk mengatasi dampak dari ketidakpedulian masyarakat dan banyak di antara mereka bahkan akhirnya meninggal karena terkena COVID-19 di tengah sistem layanan kesehatan yang masih tertatih-tatih karena pandemi COVID-19 masih sangat baru sehingga belum diketahui cara penanganannya, ujarnya.
Baca juga: Jubir satgas COVID-19 jelaskan soal tingginya tingkat kematian nakes
Baca juga: RSUD 45 Kuningan batasi kunjungan setelah 19 nakes positif COVID-19
"Jadi dalam pandemi ini, yang perlu dicegah terlebih dahulu adalah bagaimana proses infeksi itu dapat ditekan sehingga tidak menjadi skala yang lebih besar," katanya.
Oleh karena itu, semua pihak, termasuk masyarakat sebagai garda terdepan, semestinya bisa menyadari perannya masing-masing, sehingga Indonesia bisa mengatasi pandemi tersebut secara bersama-sama sesuai dengan peran dan kemampuannya masing-masing.
"Sehingga pada satu kondisi di mana penyakit ini menjadi sesuatu yang baru dan belum ditemukan obat ataupun vaksinnya, di dalam ketidakpastian ini semua pihak di belahan dunia sedang sama-sama berupaya mencari jawaban dengan melakukan berbagai inisiatif dan riset untuk mengembangkan vaksin dan obatnya," kata dia.
Untuk itu, dibutuhkan pula kesadaran dan peran serta masyarakat untuk bersama-sama mengatasi pandemi melalui penerapan protokol secara tepat, antara lain dengan memakai masker, sering mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak saat berada di tengah-tengah kerumunan orang.
Ia menilai penerapan protokol kesehatan oleh masyarakat itu justru bisa menjadi kunci untuk mengurangi dan bahkan menghentikan penularan wabah COVID-19.
Baca juga: Keluarga nakes yang gugur tangani COVID-19 dapat santunan Menkes
Baca juga: Kemenkes sebut insentif buat nakes disetujui sampai Juli Rp489 miliar
Pewarta: Katriana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: