Pemimpin oposisi Belarus minta EU tak akui hasil pilpres
19 Agustus 2020 16:43 WIB
Pemimpin oposisi dan kandidat dalam pemilihan presiden Belarus, Sviatlana Tsikhanouskaya, menghadiri konferensi pers setelah pelaksanaan pilpres di Minsk, Belarus, Selasa (10/8/2020). ANTARA/REUTERS/Vasily Fedosenko/TM (REUTERS/VASILY FEDOSENKO)
Minsk (ANTARA) - Pemimpin oposisi Belarus Sviatlana Tsikhanouskaya pada Rabu meminta para pemimpin Uni Eropa (EU) agar tidak mengakui hasil pemilu presiden, yang disebutnya curang, serta mendesak blok Eropa untuk menghormati pilihan rakyat Belarus.
"Saya meminta Anda untuk tidak mengakui pemilu yang curang ini. Tuan Lukashenko telah kehilangan segala hak kekuasaannya di mata bangsa kami dan juga dunia," kata Tsikhanouskaya dalam bahasa Inggris.
Ia menyampaikan hal itu pada video pidato dari tempat eksil di Lithuania, sebelum digelarnya pertemuan darurat EU yang dijadwalkan berlangsung melalui konferensi video untuk membahas krisis politik di Belarus.
Baca juga: Wakil kanselir Jerman sebut presiden Belarus diktator
Baca juga: Kepala eksekutif EU serukan sanksi untuk Belarus
Tikhanouskaya menyebut dirinyalah pemenang dalam pemilu tersebut dan menginginkan pemilu ulang yang digelar di bawah pengawasan internasional.
Alexander Lukashenko adalah petahana presiden Belarus yang telah menjabat selama lima periode berturut-turut, 26 tahun lamanya. Kemenangan Lukashenko dalam pemilu 9 Agustus lalu membuatnya kembali mendapat kekuasaan untuk periode keenam.
Namun, terpilihnya kembali Lukashenko kali ini mendapat pertentangan dari masyarakat, dengan gelombang massa yang turun ke jalan untuk menggelar aksi protes besar-besaran. Ia sendiri membantah melakukan kecurangan seperti yang dituduhkan.
EU telah memberi isyarat bahwa pihaknya akan menjatuhkan sanksi kepada pejabat Belarus yang dianggap bertanggung jawab atas dugaan kecurangan pemilu serta bentrokan pada protes yang memakan dua korban dan ribuan lainnya ditahan.
Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde menawarkan diri untuk mengunjungi Ibu Kota Minsk dalam perannya sebagai pemimpin OSCE, badan keamanan yang terdiri dari negara-negara Barat serta negara bekas Uni Soviet dan sering menjadi mediator konflik kawasan.
Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menawarkan bantuan militer kepada Lukashenko jika diperlukan, berbicara melalui telepon dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel pada Selasa (18/8).
Putin memperingatkan Merkel dan Macron agar tidak turut campur dalam urusan Belarus, yang merupakan sekutu dekat Rusia.
Sumber: Reuters
Baca juga: Uni Eropa akan bahas krisis pilpres Belarus
Baca juga: Tolak presiden Lukashenko, striker CSKA tak mau gabung timnas Belarus
"Saya meminta Anda untuk tidak mengakui pemilu yang curang ini. Tuan Lukashenko telah kehilangan segala hak kekuasaannya di mata bangsa kami dan juga dunia," kata Tsikhanouskaya dalam bahasa Inggris.
Ia menyampaikan hal itu pada video pidato dari tempat eksil di Lithuania, sebelum digelarnya pertemuan darurat EU yang dijadwalkan berlangsung melalui konferensi video untuk membahas krisis politik di Belarus.
Baca juga: Wakil kanselir Jerman sebut presiden Belarus diktator
Baca juga: Kepala eksekutif EU serukan sanksi untuk Belarus
Tikhanouskaya menyebut dirinyalah pemenang dalam pemilu tersebut dan menginginkan pemilu ulang yang digelar di bawah pengawasan internasional.
Alexander Lukashenko adalah petahana presiden Belarus yang telah menjabat selama lima periode berturut-turut, 26 tahun lamanya. Kemenangan Lukashenko dalam pemilu 9 Agustus lalu membuatnya kembali mendapat kekuasaan untuk periode keenam.
Namun, terpilihnya kembali Lukashenko kali ini mendapat pertentangan dari masyarakat, dengan gelombang massa yang turun ke jalan untuk menggelar aksi protes besar-besaran. Ia sendiri membantah melakukan kecurangan seperti yang dituduhkan.
EU telah memberi isyarat bahwa pihaknya akan menjatuhkan sanksi kepada pejabat Belarus yang dianggap bertanggung jawab atas dugaan kecurangan pemilu serta bentrokan pada protes yang memakan dua korban dan ribuan lainnya ditahan.
Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde menawarkan diri untuk mengunjungi Ibu Kota Minsk dalam perannya sebagai pemimpin OSCE, badan keamanan yang terdiri dari negara-negara Barat serta negara bekas Uni Soviet dan sering menjadi mediator konflik kawasan.
Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menawarkan bantuan militer kepada Lukashenko jika diperlukan, berbicara melalui telepon dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel pada Selasa (18/8).
Putin memperingatkan Merkel dan Macron agar tidak turut campur dalam urusan Belarus, yang merupakan sekutu dekat Rusia.
Sumber: Reuters
Baca juga: Uni Eropa akan bahas krisis pilpres Belarus
Baca juga: Tolak presiden Lukashenko, striker CSKA tak mau gabung timnas Belarus
Penerjemah: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: