Jenazah Gus Dur Diberangkatkan Pukul 07.00 WIB
31 Desember 2009 05:21 WIB
Sejumlah prajurit TNI mengusung jenazah Presiden RI Ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memasuki pesawat C 130 Hercules TNI AU di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (31/12). (ANTARA/Saptono)
Jakarta (ANTARA News) - Jenazah mantan Presiden Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur akan diberangkatkan dari rumah duka di Kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis sekitar pukul 07.00 WIB, menuju Jombang, Jawa Timur.
"Pelepasan jenazah akan dipimpin Ketua MPR RI Taufiq Kiemas, sekitar pukul 07.00 WIB," kata putri sulung Gus Dur, Alissa Qotrunnada Munawaroh di kediaman Gus Dur di Jl Warung Sila No. 30, RT 02/ RW 05, Ciganjur, Jagakarsa, Jaksel, Kamis dinihari.
Dari kediaman, katanya, jenazah Gus Dur kemudian diberangkatkan melalui Bandara Halim Perdana Kusuma dengan menggunakan pesawat Hercules TNI AU menuju Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, untuk kemudian ke Jombang melalui jalan darat.
Menurut Alissa, jenazah almarhum Gus Dur akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, dekat makam KH Hasyim Asy'ari (kakek Gus Dur), KH Wahid Hasyim (ayah Gus Dur) dan Hj Sholehah (ibunda Gus Dur).
"Prosesi pemakaman belum bisa diperkirakan jam berapa, tapi sesampainya di Jombang, akan langsung dimakamkan," kata Alissa didampingi Ipang Wahid, putra sulung adik Gus Dur Salahuddin Wahid.
Alisa memohon doa dari masyarakat agar almarhum mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah SWT dan memintakan maaf kepada masyarakat jika ada kesalahan-kesalahan almarhum semasa hidupnya.
Ketika ditanya saat-saat terakhir menjelang wafatnya Gus Dur, Alissa mengatakan, menjelang wafat keadaan biasa-biasa saja dan tidak ada firasat apa-apa.
"Saat detik-detik terakhir wafatnya, Gus Dur didampingi sang istri Sinta Nuriyah, Inayah Wulandari (putri bungsu Gus Dur) dan Haris (salah seorang kerabat). Proses Bapak meninggal sangat cepat. Kondisi fisik Bapak terus menurun setelah kembali dari kunjungan ke Jombang," ujarnya.
Rabu sianng itu, Alissa sendiri masih berada di Yogyakarta dan ketika datang ke Jakarta, ayahnya telah meninggal dunia.
Di mata keluarga, katanya, Gus Dur merupakan sosok yang demokratis, tidak pernah mengekang keinginan putri-putrinya jika diyakini benar.
"Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pemerintah, Presiden Yudhoyono, yang menawarkan agar Bapak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata," katanya.
Tetapi, lanjutnya, Gus Dur jauh sebelumnya telah berpesan agar dimakamkan di Jombang bersama keluarga besarnya.
Hingga Kamis dinihari, ratusan warga NU beserta para santri pesantren yang didirikan Gus Dur masih melakukan tahlil dan tadarus Al Quran, baik di Masjid Al Munawwaroh maupun di pondok pesntren yang berada di dekat kediaman Gus Dur.
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Rabu (30/12) sekitar pukul 18.40 WIB, wafat di usia 69 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, karena sakit.
KH Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI keempat mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Putra pertama dari enam bersaudara itu lahir di Desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940.
Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, adalah putra pendiri organisasi Islam terbesar Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari. Sedangkan ibunya bernama Hj Sholehah, adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syamsuri.
Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenni), Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.(*)
"Pelepasan jenazah akan dipimpin Ketua MPR RI Taufiq Kiemas, sekitar pukul 07.00 WIB," kata putri sulung Gus Dur, Alissa Qotrunnada Munawaroh di kediaman Gus Dur di Jl Warung Sila No. 30, RT 02/ RW 05, Ciganjur, Jagakarsa, Jaksel, Kamis dinihari.
Dari kediaman, katanya, jenazah Gus Dur kemudian diberangkatkan melalui Bandara Halim Perdana Kusuma dengan menggunakan pesawat Hercules TNI AU menuju Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, untuk kemudian ke Jombang melalui jalan darat.
Menurut Alissa, jenazah almarhum Gus Dur akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, dekat makam KH Hasyim Asy'ari (kakek Gus Dur), KH Wahid Hasyim (ayah Gus Dur) dan Hj Sholehah (ibunda Gus Dur).
"Prosesi pemakaman belum bisa diperkirakan jam berapa, tapi sesampainya di Jombang, akan langsung dimakamkan," kata Alissa didampingi Ipang Wahid, putra sulung adik Gus Dur Salahuddin Wahid.
Alisa memohon doa dari masyarakat agar almarhum mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah SWT dan memintakan maaf kepada masyarakat jika ada kesalahan-kesalahan almarhum semasa hidupnya.
Ketika ditanya saat-saat terakhir menjelang wafatnya Gus Dur, Alissa mengatakan, menjelang wafat keadaan biasa-biasa saja dan tidak ada firasat apa-apa.
"Saat detik-detik terakhir wafatnya, Gus Dur didampingi sang istri Sinta Nuriyah, Inayah Wulandari (putri bungsu Gus Dur) dan Haris (salah seorang kerabat). Proses Bapak meninggal sangat cepat. Kondisi fisik Bapak terus menurun setelah kembali dari kunjungan ke Jombang," ujarnya.
Rabu sianng itu, Alissa sendiri masih berada di Yogyakarta dan ketika datang ke Jakarta, ayahnya telah meninggal dunia.
Di mata keluarga, katanya, Gus Dur merupakan sosok yang demokratis, tidak pernah mengekang keinginan putri-putrinya jika diyakini benar.
"Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pemerintah, Presiden Yudhoyono, yang menawarkan agar Bapak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata," katanya.
Tetapi, lanjutnya, Gus Dur jauh sebelumnya telah berpesan agar dimakamkan di Jombang bersama keluarga besarnya.
Hingga Kamis dinihari, ratusan warga NU beserta para santri pesantren yang didirikan Gus Dur masih melakukan tahlil dan tadarus Al Quran, baik di Masjid Al Munawwaroh maupun di pondok pesntren yang berada di dekat kediaman Gus Dur.
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Rabu (30/12) sekitar pukul 18.40 WIB, wafat di usia 69 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, karena sakit.
KH Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI keempat mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Putra pertama dari enam bersaudara itu lahir di Desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940.
Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, adalah putra pendiri organisasi Islam terbesar Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari. Sedangkan ibunya bernama Hj Sholehah, adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syamsuri.
Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenni), Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.(*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
Tags: