Makassar (ANTARA News) - Pembuat film dokumenter di Eropa dan Amerika kehabisan cerita untuk memilih tema film dokumenter di negaranya.

"Tema yang tidak menarik buat kita biasanya malah menarik di mata internasional," kata salah seorang pembuat film dokumenter asal Makassar, Arfan Sabrang, Rabu, pada penayangan dan diskusi film "Paotere" di gedung kesenian Makassar.

Menurutnya, para pembuat film dokumenter di Eropa dan Amerika lebih banyak mencari cerita di luar negara mereka, salah satunya Indonesia.

Ia mencontohkan, cerita yang diminati oleh pembuat film dokumenter di luar negeri seperti prosesi pemakaman yang memiliki kedalaman nilai budaya.

Arfan mengatakan, kondisi ini merupakan peluang bagi para sineas lokal dan nasional untuk membuat lebih banyak film dokumenter yang menarik perhatian dunia internasional.

"Yang paling penting dari pembuatan film dokumenter adalah kedekatan pembuat film dengan subjek yang diceritakannya," ujar sutradara film fiksi tentang hubungan anak dan flu burung "My Pikko" yang dibuat di Swedia ini.

Pada film dokumenter terbarunya "Paotere" ia mencoba menggambarkan kehidupan dua orang anak di Makassar yang terpaksa menjadi dewasa lebih cepat karena harus bekerja sebagai buruh di pasar ikan untuk memenuhi impian sederhananya.

Film yang diproduseri oleh Orlow Seunke ini meraih prestasi sebagai film kedua terbaik pada Festival Film dokumenter Jogja (FFJ) dan mendapat kehormatan ditayangkan pada Jakarta International Film Festival (Jiffest) 2009.

"Pada film ini untuk pertama kalinya saya mencoba bereksperimen dengan menggunakan teknik "One Shoot Camera" dan menceritakannya tanpa alur agar penonton memiliki penilaiannya sendiri-sendiri," ujar sutradara film "Suster Apung" ini.

Teknik tersebut merupakan teknik pengambilan gambar yang panjang dimana pembuat film harus memiliki riset kuat dan banyak menduga-duga apa yang akan dilakukan oleh subjek.

Teknik yang ia pelajari pada sineas Belanda ini, juru kamera bukan sekadar pengambil gambar tapi juga dimungkinkan ikut mengembangkan ide kreatif, dan menjadi sutradara pada titik tertentu.

"Saya akui masih banyak kekurangan di sana-sini, namun tantangan terbesar adalah pada saat penyuntingan," katanya yang berencana merilis film dokumenter ketujuhnya pada Januari 2010 bertema kelistrikan.(*)