Indonesia miliki peluang maju saat pandemi dengan bonus demografi
19 Agustus 2020 11:32 WIB
Direktur Pemberdayaan Ekonomi Keluarga BKKBN Eli Kusnaeli saat diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Rabu. (ANTARA/Muhammad Zulfikar)
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan Indonesia memiliki peluang untuk terus maju pada saat pandemi COVID-19 dengan memanfaatkan bonus demografi yang ada.
"Bonus demografi ini, jumlah yang menjadi tanggungan lebih sedikit atau angka ketergantunggannya di bawah 50 persen," kata Direktur Pemberdayaan Ekonomi Keluarga BKKBN Eli Kusnaeli saat diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan berdasarkan grafik yang ada, dependency ratio atau angka ketergantungan Indonesia sejak 2010 terus mengalami penurunan dan diperkirakan hingga 2030.
Baca juga: Kepala BKKBN tekankan ubah bonus demografi jadi bonus kesejahteraan
Pada 2010 angka ketergantungan tercatat 50,5 persen kemudian turun menjadi 48,6 persen pada 2015, 47,2 persen pada 2020, 47,2 persen di 2025 dan puncaknya 46,9 persen di 2030.
"Artinya jumlah penduduk yang produktif akan lebih tinggi dari pada yang tidak produktif. Namun, angka ketergantungan kembali naik di posisi 47,3 persen di 2035," katanya.
Ia mengatakan terdapat sejumlah keuntungan dari depedency ratio di bawah 50 persen. Pertama, beban ketergantungan akan lebih rendah.
Baca juga: Menaker dorong pembangunan SDM dalam periode bonus demografi Indonesia
Artinya, setiap keluarga akan mampu melakukan investasi, mampu mencukupi gizinya, mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebutuhan kesehatan.
Dengan demikian, setiap keluarga di Tanah Air diharapkan akan semakin produktif dan berkualitas. Angka depedency ratio yang kecil disebabkan oleh keluarga di Indonesia memiliki jumlah anak yang sedikit.
Di balik sisi positif tersebut, ujar dia, konsekuensinya ialah kelompok perempuan berpeluang besar masuk dunia kerja.
Pada saat perempuan masuk ke dalam dunia kerja, maka masalah yang muncul adalah perannya sebagai ibu atau pengasuh akan terkendala.
Oleh karena itu, BKKBN menyarankan agar kelompok perempuan bekerja di sektor non formal sehingga bisa bekerja dari rumah sekaligus mengasuh anak.
Baca juga: COVID-19 dikhawatirkan BKKBN berdampak lahirkan SDM kurang berkualitas
Baca juga: Kesuksesan Sensus Penduduk esensial untuk optimalkan bonus demografi
Baca juga: BPS: Manfaatkan Sensus Penduduk 2020 untuk optimalkan bonus demografi
"Bonus demografi ini, jumlah yang menjadi tanggungan lebih sedikit atau angka ketergantunggannya di bawah 50 persen," kata Direktur Pemberdayaan Ekonomi Keluarga BKKBN Eli Kusnaeli saat diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan berdasarkan grafik yang ada, dependency ratio atau angka ketergantungan Indonesia sejak 2010 terus mengalami penurunan dan diperkirakan hingga 2030.
Baca juga: Kepala BKKBN tekankan ubah bonus demografi jadi bonus kesejahteraan
Pada 2010 angka ketergantungan tercatat 50,5 persen kemudian turun menjadi 48,6 persen pada 2015, 47,2 persen pada 2020, 47,2 persen di 2025 dan puncaknya 46,9 persen di 2030.
"Artinya jumlah penduduk yang produktif akan lebih tinggi dari pada yang tidak produktif. Namun, angka ketergantungan kembali naik di posisi 47,3 persen di 2035," katanya.
Ia mengatakan terdapat sejumlah keuntungan dari depedency ratio di bawah 50 persen. Pertama, beban ketergantungan akan lebih rendah.
Baca juga: Menaker dorong pembangunan SDM dalam periode bonus demografi Indonesia
Artinya, setiap keluarga akan mampu melakukan investasi, mampu mencukupi gizinya, mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebutuhan kesehatan.
Dengan demikian, setiap keluarga di Tanah Air diharapkan akan semakin produktif dan berkualitas. Angka depedency ratio yang kecil disebabkan oleh keluarga di Indonesia memiliki jumlah anak yang sedikit.
Di balik sisi positif tersebut, ujar dia, konsekuensinya ialah kelompok perempuan berpeluang besar masuk dunia kerja.
Pada saat perempuan masuk ke dalam dunia kerja, maka masalah yang muncul adalah perannya sebagai ibu atau pengasuh akan terkendala.
Oleh karena itu, BKKBN menyarankan agar kelompok perempuan bekerja di sektor non formal sehingga bisa bekerja dari rumah sekaligus mengasuh anak.
Baca juga: COVID-19 dikhawatirkan BKKBN berdampak lahirkan SDM kurang berkualitas
Baca juga: Kesuksesan Sensus Penduduk esensial untuk optimalkan bonus demografi
Baca juga: BPS: Manfaatkan Sensus Penduduk 2020 untuk optimalkan bonus demografi
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: