TAM: Orang masih ingin beli kendaraan meski di tengah pandemi
17 Agustus 2020 20:27 WIB
Deretan mobil Toyota Astra Motor yang dipamerkan pada Gaikindo Indonesia International Auto Show 2019 di BSD, Tangerang, Banten. ANTARA/Risbiani Fardaniah/aa.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presdir PT Toyota Astra Motor (TAM) Henry Tanoto mengatakan daya beli masyarakat Indonesia masih cukup kuat dan mereka masih ingin memiliki dan membeli kendaraan baru meskipun di tengah pandemi COVID-19.
"Survei kami, meskipun daya beli orang turun akibat pandemi, namun tetap ingin memiliki kendaraan," kata Henry Tanoto di Jakarta, Senin.
Apalagi, lanjut dia, tingkat kepemilikian kendaraan, khususnya mobil, di Indonesia masih rendah dibandingkan negara tetangga.
Ia mencontohkan di Malaysia, tingkat kepemilikan mobil mencapai 400: 1.000. Kemudian Thailand 200:1000. Sedangkan Indonesia masih 90:1000. "Jadi Potensi (pasar mobil) di Indonesia masih sangat besar," ujarnya.
Karena itulah, lanjut Henry, Toyota Indonesia masih yakin pada pasar mobil di Indonesia bakal tumbuh. Meskipun ia mengakui akibat pandemi COVID-19 penjualan mobil di Indonesia anjlok.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaran Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil di Indonesia mencapai pada Januari-Juli 2020 mencapai 286.215 unit anjlok dari pencapaian periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 1 juta unit.
Dengan penjualan terendah pada Mei 2020 yang hanya mencapai 3.500-an unit secara wholesales turun dibanding April yang mencapai 7.871 unit, namun naik pada Juni 2020 menjadi 12.623 unit dan kembali meningkat pada Juli menjadi 25.283 unit.
"Kami berharap Mei adalah dasar (bottom) penjualan mobil, setelah itu naik terus," kata Henry yang melihat penjualan mobil turun karena keterbatasan orang untuk keluar rumah akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Apalagi, kata dia, pemerintah membeli berbagai stimulus atau insentif untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Direktur Pemasaran TAM Anton Jimmi Suwandy menambahkan sebelum pandemi COVID-19 kontribusi penjualan mobil terbesar berasal dari segmen mereka yang baru pertama kali membeli mobil (mobil pertama) dengan kontribusi 55 persen. Sisanya berasal dari pembeli mobil tambahan (mobil kedua) dan pembeli yang ingin ganti mobil (replacement).
"Namun kini kontribusi pembeli mobil pertama turun, hanya 40 persen. Sisanya 60 persen didukung oleh kontribusi mereka yang membeli mobil tambahan dan replacement," kata Anton.
Karena itulah TAM bekerja sama dengan lembaga pembiayaan (leasing) PT Astra Credit Company (ACC) dan PT Toyota Astra Finance (TAF) membuat beragam program untuk mendongkrak minat kepemilikan mobil baru seperti lewat Deal Cermat (ACC) dan Kinto One (TAF).
"Survei kami, meskipun daya beli orang turun akibat pandemi, namun tetap ingin memiliki kendaraan," kata Henry Tanoto di Jakarta, Senin.
Apalagi, lanjut dia, tingkat kepemilikian kendaraan, khususnya mobil, di Indonesia masih rendah dibandingkan negara tetangga.
Ia mencontohkan di Malaysia, tingkat kepemilikan mobil mencapai 400: 1.000. Kemudian Thailand 200:1000. Sedangkan Indonesia masih 90:1000. "Jadi Potensi (pasar mobil) di Indonesia masih sangat besar," ujarnya.
Karena itulah, lanjut Henry, Toyota Indonesia masih yakin pada pasar mobil di Indonesia bakal tumbuh. Meskipun ia mengakui akibat pandemi COVID-19 penjualan mobil di Indonesia anjlok.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaran Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil di Indonesia mencapai pada Januari-Juli 2020 mencapai 286.215 unit anjlok dari pencapaian periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 1 juta unit.
Dengan penjualan terendah pada Mei 2020 yang hanya mencapai 3.500-an unit secara wholesales turun dibanding April yang mencapai 7.871 unit, namun naik pada Juni 2020 menjadi 12.623 unit dan kembali meningkat pada Juli menjadi 25.283 unit.
"Kami berharap Mei adalah dasar (bottom) penjualan mobil, setelah itu naik terus," kata Henry yang melihat penjualan mobil turun karena keterbatasan orang untuk keluar rumah akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Apalagi, kata dia, pemerintah membeli berbagai stimulus atau insentif untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Direktur Pemasaran TAM Anton Jimmi Suwandy menambahkan sebelum pandemi COVID-19 kontribusi penjualan mobil terbesar berasal dari segmen mereka yang baru pertama kali membeli mobil (mobil pertama) dengan kontribusi 55 persen. Sisanya berasal dari pembeli mobil tambahan (mobil kedua) dan pembeli yang ingin ganti mobil (replacement).
"Namun kini kontribusi pembeli mobil pertama turun, hanya 40 persen. Sisanya 60 persen didukung oleh kontribusi mereka yang membeli mobil tambahan dan replacement," kata Anton.
Karena itulah TAM bekerja sama dengan lembaga pembiayaan (leasing) PT Astra Credit Company (ACC) dan PT Toyota Astra Finance (TAF) membuat beragam program untuk mendongkrak minat kepemilikan mobil baru seperti lewat Deal Cermat (ACC) dan Kinto One (TAF).
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020
Tags: