Gunungkidul (ANTARA News) - Warga Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), diminta aktif mensosialisasikan pencegahan tindak bunuh diri karena selama ini Gunungkidul dikenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang tingkat kasus bunuh dirinya paling tinggi.

"Masyarakat harus lebih aktif berupaya mencegah tindak bunuh diri, karena kasus bunuh diri cukup tinggi. Kita harus mengubah anggapan warga bahwa kejadian bunuh diri di wilayah ini merupakan kejadian biasa," kata psikolog RSUD Wonosari Ida Rachmawati di Wonosari, Sabtu.

Ia mengatakan masyarakat dan pemerintah daerah harus berupaya mengadakan kegiatan positif yang mengarah pada upaya ketahanan sosial. Orang yang pernah berkeinginan untuk bunuh diri masih banyak, namun mereka seringkali gagal dalam melakukan niatnya.

"Setidaknya saya menangani 10 pasien dalam satu bulan, mereka rata-rata pernah berpikiran untuk menghabisi nyawanya dengan cara bunuh diri, sehingga pasien seperti ini harus mendapat perhatian agar sadar dan mengurungkan niat mengakhiri hidupnya," katanya.

Jika mereka berhasil bunuh diri, katanya, angka bunuh diri di Gunungkidul akan semakin bertambah banyak. Sehingga dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk menekan kasus bunuh diri di Gunungkidul.

"Selama 10 tahun terakhir, Gunungkidul menempati peringkat pertama kasus bunuh diri di Indonesia. Kasus bunuh diri sebenarnya bukan 100 persen karena keinginan individu saja, namun pengaruh lingkungan, pergaulan, dan kondisi ekonomi menjadi salah faktor yang memperbesar keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri," katanya.

Menurut dia, bunuh diri bisa dicegah, karena sekitar 80 persen penyebab seseorang bunuh diri karena depresi dan stres. Oleh karena itu, masyarakat mesti waspada jika ada tetangga dan familinya yang mulai menarik diri dari pergaulan, mengurung diri di rumah, dan murung.

"Warga bisa bertindak proaktif dengan mendekati mereka, mulai menyapa, lebih perhatian, dan jangan biarkan dia sendirian," kata Ida.

Menurut dia, ada juga orang yang bunuh diri akibat dari keyakinan, karena bunuh diri dengan cara gantung bisa karena historis atau memang dari keluarga tersebut secara turun temurun melakukan bunuh diri.

Wilayah Gunungkidul memang termasuk tinggi angka bunuh diri, sebab berdasarkan sejarahnya, wilayah ini merupakan tempat atau pelarian prajurit yang kalah perang.

"Warga di daerah ini juga terbentur permasalahan hidup. Saya masih menganggap bahwa teori modeling atau meniru perilaku bunuh diri juga menjadi salah satu faktor terbesar kejadian gantung diri di Gunungkidul," katanya.

Secara terpisah, Kepala Bagian Operasional Polres Gunungkidul Kompol Priyono mengatakan, saat ini kejadian bunuh diri di Gunungkidul pada 2009 mencapai 27 peristiwa.

"Sepanjang tahun 2008 terdapat 29 kejadian bunuh diri, dan pada 2007 sebanyak 31 gantung diri. Kami beserta para tokoh masyarakat terus memberikan pembinaan dan sosialisasi untuk mencegah terjadinya bunuh diri di Gunungkidul," katanya.(*)