Banda Aceh (ANTARA News) - Ribuan nelayan tradisional di Provinsi Aceh, libur melaut untuk mengenang musibah tsunami yang melanda kawasan pesisir pantai di daerah tersebut pada 26 Desemeber 2004.

Ratusan nelayan seperti di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Lampulo, Kota Banda Aceh, Sabtu, terlihat tidak melakukan aktivitas rutin berupa melaut. Mereka berkumpul di mesjid-mesjid dan meunasah (mushalla) untuk melaksanakan zikir dan doa bersama.

Kapal-kapal penangkap ikan yang biasanya terlihat puluhan unit, namun pada hari Sabtu ratusan unit tertambat di dermaga sepanjang aliran sungai krueng Aceh, yakni dari Pasar ikan Peunayong sampai ke kawasan Lampulo, Banda Aceh.

Meski para nelayan tradisional tidak melaut sejak Jumat (24/12), namun tidak berpengaruh pada kenaikan harga ikan di kota berpenduduk sekitar 230 ribu jiwa tersebut.

Para nelayan merencanakan mereka akan beraktivitas kembali, mencari ikan di perairan laut pada Minggu (27/12) atau sehari setelah mengenang terjadinya peristiwa tsunami lima tahun lalu.

Puncak acara renungan lima tahun tsunami yang dipusatkan di komplek pelabuhan Ulee Lhue, Kota Banda Aceh itu dihadiri Wapres Boediono dan sejumlah pejabat negara serta para perwakilan negara sahabat.

Gempa berkekuatan 8,9 pada Skala Richter (SR) yang disertai tsunami, 26 Desember 2004 mengakibatkan tidak kurang dari 200 ribu penduduk sejumlah kabupaten/kota di Aceh meninggal dunia dan hilang.

Dahlan, seorang nelayan di Banda Aceh mengatakan sudah dua hari mereka tidak melaut untuk mengenang pada anggota keluarganya yang meninggal dan hilang saat tsunami.

"Itu sudah menjadi agenda setiap tahun. Para nelayan di Aceh tidak melaut pada setiap 26 Desember sebagai upaya mengenang para korban yang tertimpa musibah,"katanya menambahkan.

Ia menjelaskan, sebagian besar para nelayan bergabung bersama masyarakat lain untuk berdoa dan berzikir, dengan harapan anggota keluarganya yang meninggal mendapat ampunan dari Allah SWT.(*)