Mendikbud: Merdeka Belajar jadi teriakan revolusi di Tanah Air
14 Agustus 2020 15:10 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim (kiri) menyalami Rais Aam PBNU Miftahul Akhyar (kanan) ketika bersilaturahmi di gedung PBNU, Jakarta, Rabu (12/8/2020). ANTARA FOTO/Junaidi/wpa/foc.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengatakan Merdeka Belajar menjadi suatu teriakan revolusi dari Sabang sampai Merauke untuk pendidikan Indonesia yang makin berkualitas.
"Kita ingin esensi dan cepat dari filosofi Ki Hadjar Dewantara itu diterapkan dan dimiliki bersama, bukan hanya pada unit-unit pendidikan dari Sabang sampai Merauke, tapi dari masyarakat, semua orang tua mengerti esensi dari apa yang dimaksudkan Ki Hadjar Dewantara mengenai Merdeka Belajar," kata Mendikbud Nadiem dalam diskusi virtual di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Kemendikbud: LPTK hadapi empat tantangan besar di era merdeka belajar
Mendikbud Nadiem mengatakan di tengah kondisi pandemi COVID-19 saat ini, memang sulit dan menjadi suatu tantangan yang luar biasa untuk mewujudkan Merdeka Belajar.
Walaupun demikian, berbagai upaya dilakukan pemerintah agar pendidikan tetap berjalan optimal meski harus dalam pembelajaran jarak jauh, di antaranya terkait saluran penyiaran untuk mendukung kegiatan pendidikan dalam jaringan, kurikulum darurat, anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) "dimerdekakan" agar bisa digunakan untuk pulsa belajar siswa dan membeli alat untuk pendidikan jarak jauh, serta untuk persiapan protokol kesehatan.
"Dengan modul kurikulum yang telah kita buat ini bisa menjadi suatu kemerdekaan bagi orang tua yang sekarang, apalagi yang SD, untuk bisa mengimplementasikan berbagai macam modul di dalam rumahnya sendiri," ujarnya.
Baca juga: Universitas Pancasila terbitkan tiga peraturan terkait Kampus Merdeka
Baca juga: FSGI sarankan Kemendikbud tak gunakan slogan "Merdeka Belajar"
Mendikbud mengatakan kemerdekaan dapat dimaknai saat melakukan debirokratisasi di sistem pendidikan dan perguruan tinggi, saat memberikan kebebasan pada perguruan tinggi memilih spesialisasi yang diinginkan, saat membiarkan mahasiswa memanfaatkan satu tahun dari periode belajar reguler empat tahun untuk keluar dari kampus guna mencari pengalaman di dunia industri, di dunia nonprofit, serta melakukan program pertukaran ke tempat lain.
Kemerdekaan juga berarti saat memberikan berbagai macam fleksibilitas di kurikulum, sehingga anak-anak yang ketertinggalan masih bisa mengikuti kurikulum sesuai dengan kompetensi levelnya masing-masing.
Kemerdekaan adalah saat setiap guru diberikan hak untuk memasukkan kearifan lokal.
Menurut Mendikbud Nadiem, yang terpenting adalah kemerdekaan pemikiran agar anak-anak bangsa bisa berpikir secara merdeka dan tidak terjajah oleh pemikiran sempit, hoaks dan opini-opini yang tidak bertanggung jawab.
"Kemerdekaan itu adalah esensi dari merdeka belajar dan karena itu harus kita gaungkan filosofi ini dari Sabang sampai Merauke," tuturnya.
Baca juga: AIPI: Konsep Merdeka Belajar tepat untuk kondisi pendidikan saat ini
Mendikbud Nadiem menuturkan saat ini memang belum bisa dikatakan sudah "merdeka belajar".
Oleh karena itu, Merdeka Belajar digaungkan untuk memerdekakan otak anak-anak penerus bangsa, memerdekakan kesempatan ekonomi mereka pada saat mereka sudah keluar dari sekolah dan masuk ke dunia pekerjaan, memerdekakan guru untuk bisa menentukan apa yang terbaik bagi level kompetensi dan minat dari anak-anaknya, serta memerdekakan institusi-institusi pendidikan untuk berinovasi dan mencoba hal-hal yang baru.
"Kita ingin esensi dan cepat dari filosofi Ki Hadjar Dewantara itu diterapkan dan dimiliki bersama, bukan hanya pada unit-unit pendidikan dari Sabang sampai Merauke, tapi dari masyarakat, semua orang tua mengerti esensi dari apa yang dimaksudkan Ki Hadjar Dewantara mengenai Merdeka Belajar," kata Mendikbud Nadiem dalam diskusi virtual di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Kemendikbud: LPTK hadapi empat tantangan besar di era merdeka belajar
Mendikbud Nadiem mengatakan di tengah kondisi pandemi COVID-19 saat ini, memang sulit dan menjadi suatu tantangan yang luar biasa untuk mewujudkan Merdeka Belajar.
Walaupun demikian, berbagai upaya dilakukan pemerintah agar pendidikan tetap berjalan optimal meski harus dalam pembelajaran jarak jauh, di antaranya terkait saluran penyiaran untuk mendukung kegiatan pendidikan dalam jaringan, kurikulum darurat, anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) "dimerdekakan" agar bisa digunakan untuk pulsa belajar siswa dan membeli alat untuk pendidikan jarak jauh, serta untuk persiapan protokol kesehatan.
"Dengan modul kurikulum yang telah kita buat ini bisa menjadi suatu kemerdekaan bagi orang tua yang sekarang, apalagi yang SD, untuk bisa mengimplementasikan berbagai macam modul di dalam rumahnya sendiri," ujarnya.
Baca juga: Universitas Pancasila terbitkan tiga peraturan terkait Kampus Merdeka
Baca juga: FSGI sarankan Kemendikbud tak gunakan slogan "Merdeka Belajar"
Mendikbud mengatakan kemerdekaan dapat dimaknai saat melakukan debirokratisasi di sistem pendidikan dan perguruan tinggi, saat memberikan kebebasan pada perguruan tinggi memilih spesialisasi yang diinginkan, saat membiarkan mahasiswa memanfaatkan satu tahun dari periode belajar reguler empat tahun untuk keluar dari kampus guna mencari pengalaman di dunia industri, di dunia nonprofit, serta melakukan program pertukaran ke tempat lain.
Kemerdekaan juga berarti saat memberikan berbagai macam fleksibilitas di kurikulum, sehingga anak-anak yang ketertinggalan masih bisa mengikuti kurikulum sesuai dengan kompetensi levelnya masing-masing.
Kemerdekaan adalah saat setiap guru diberikan hak untuk memasukkan kearifan lokal.
Menurut Mendikbud Nadiem, yang terpenting adalah kemerdekaan pemikiran agar anak-anak bangsa bisa berpikir secara merdeka dan tidak terjajah oleh pemikiran sempit, hoaks dan opini-opini yang tidak bertanggung jawab.
"Kemerdekaan itu adalah esensi dari merdeka belajar dan karena itu harus kita gaungkan filosofi ini dari Sabang sampai Merauke," tuturnya.
Baca juga: AIPI: Konsep Merdeka Belajar tepat untuk kondisi pendidikan saat ini
Mendikbud Nadiem menuturkan saat ini memang belum bisa dikatakan sudah "merdeka belajar".
Oleh karena itu, Merdeka Belajar digaungkan untuk memerdekakan otak anak-anak penerus bangsa, memerdekakan kesempatan ekonomi mereka pada saat mereka sudah keluar dari sekolah dan masuk ke dunia pekerjaan, memerdekakan guru untuk bisa menentukan apa yang terbaik bagi level kompetensi dan minat dari anak-anaknya, serta memerdekakan institusi-institusi pendidikan untuk berinovasi dan mencoba hal-hal yang baru.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020
Tags: