Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan optimistis luasan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di 2020 turun dibanding tahun sebelumnya karena faktor cuaca dan masyarakat yang lebih banyak beraktivitas di dalam rumah.


“Jadi kita akan lebih optimistis saat ini dibanding 2019, karena faktor cuaca dan masyarakat banyak beraktivitas di dalam rumah,” kata Doni dalam webinar Ancaman Kebakaran Hutan di Tengah Pandemi diakses di Jakarta, Kamis.


Jika membandingkan karhutla setiap tahun, ia mengatakan dapat dilihat cuaca berpengaruh signifikan. Ketika kemarau basah terjadi, volume atau luas lahan terbakar diperkirakan akan kecil, sebaliknya akan luas jika kemarau panjang.


Prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menurut Doni, luasan lahan terbakar di 2020 akan turun karena kemarau relatif basah. Agustus menjadi puncak musim kemarau dan diharapkan sudah menurun di September.


Jika dibandingkan periode sama 2019, Ada penurunan sekitar 600 titik panas. Jumlah lahan terbakar memang turun hingga 31 Juli 2020 mencapai lebih dari 38.000 hektare (ha).

Baca juga: Kalteng terima dukungan helikopter dari BNPB hadapi karhutla

Baca juga: BNPB sebut enam tantangan tangani karhutla 2020



Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ujarnya sudah melakukan rapat kerja dengan pimpinan daerah hingga Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang setiap tahun telah bekerja keras bersama timnya menangani karhutla.


“Tahun ini kami akan lebih banyak mendukung unsur masyarakat lakukan pencegahan. TNI dan Polri juga penting beri dukungan ke kepala daerah,” kata Doni.

Untuk mencegah karhutla terlebih di masa pandemi COVID-19 masih berlangsung, menurut dia, pemerintah melakukan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) lebih awal, dilakukan sejak April 2020 oleh KLHK, BMKG, TNI AL dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan dukungan administrasi dan logistik dari BNPB.


Jika di 2019 dikerahkan 54 unit helikopter untuk melakukan water bombing, maka saat ini 14 helikopter telah disiapkan untuk antisipasi pemadaman di provinsi rawan karhutla, ujarnya.

“Semoga bisa bertambah untuk daerah yang belum mengumumkan status darurat karhutla,” tambah Doni.


Penanganan karhutla tentu berbeda di masa pandemi, karena asap karhutla meningkatkan risiko bagi lansia dan pasien dengan komorbiditas tertentu, seperti hipertensi, diabetes, jantung dan paru, serta ISPA, ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya memang telah dilakukan upaya lebih serius dan kerja keras untuk menyampaikan ke masyarakat untuk tidak membakar lahan dan jika sampai ada api segera dipadamkan saat masih kecil.

Baca juga: Riau tetapkan status siaga darurat Karhutla hingga Oktober 2020

Baca juga: Riau akan tetapkan status siaga darurat Karhutla