Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa ketahanan pangan yang dimiliki suatu negara akan membuat negara tersebut disegani secara global.

"Negara yang memiliki ketahanan pangan kuat akan disegani secara global karena mampu berdikari memenuhi konsumsi masyarakatnya," kata Wamenhan, saat menjadi "keynote speaker" dalam webinar bersama Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Wamenhan dan Wamen LHK kunjungi Kalteng tinjau food estate
Baca juga: Wamenhan: Ketahanan pangan tak kalah penting dengan kekuatan senjata


Diakui Trenggono, ketahanan pangan yang kuat bisa menimbulkan efek gentar atau "deterrence effect" bagi suatu negara secara geostrategis.

"Kita (Indonesia) akan mengarah ke sana, salah satunya dengan menyiapkan cadangan pangan melalui komoditi strategis, salah satunya singkong," katanya.

Menurut dia, berbagai sektor dalam kehidupan bisa terdampak positif jika singkong dikembangkan sebagai salah satu cadangan pangan strategis, misalnya di sektor pangan dan kesehatan.

Yakni, kata dia, terjadi penambahan waktu tenggat cadangan pangan strategis selama 120 hari atau setara dengan 10 juta ton pati (karbohidrat) per tahun.

Berikutnya, Trenggono menyebutkan dampak di bidang ekonomi dan sosial juga terjadi dengan peningkatan cadangan devisa negara melalui pengurangan impor sebesar Rp26 triliun dan penyediaan lapangan kerja untuk 76 ribuan orang sebagai komponen cadangan.

Ada juga dampak bagi perkembangan ilmu dan teknologi, kata dia, karena persentase muatan lokal dari teknologi yang digunakan meningkat.

Peningkatan produktivitas pati melalui bioteknologi tanaman singkong, lanjut dia, dan penggunaan pati singkong (tapioka) sebagai sumber bahan kimia dan mineral meningkat, disertai pengembangan konsep "biorefinery" yang tepat untuk setiap proses.

Terakhir, Wamenhan mengatakan dampak terhadap lingkungan baik lingkungan fisik-kimia, biologi, sosial dan ekonomi juga akan dirasakan masyarakat.

"Semua dampak positif itu bisa kita raih jika mampu memproduksi sekitar 40 juta ton singkong setiap tahun. Nilai produksi itu akan setara dengan 10 juta karbohidrat yang senilai Rp62 triliun. Belum lagi, dihitung nilai produk turunannya. Makanya, tadi saya bilang jika kita kembangkan cadangan pangan strategis ini akan menimbulkan efek gentar secara geostrategis bagi negara," pungkas Trenggono.

Baca juga: Wamenhan nyatakan "perang" lawan pandemi COVID-19
Baca juga: Wamenhan: Pandemi menguji ketahanan nirmiliter