Cara Satgas COVID-19 antisipasi klaster baru jelang pembukaan sekolah
12 Agustus 2020 17:09 WIB
Sejumlah pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengikuti belajar tatap muka di salah satu rumah warga di Kota Kupang, NTT, Senin (10/8/2020). ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Menyusul mulai dibukanya kembali sekolah-sekolah di wilayah zona kuning dan hijau, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mengingatkan berbagai pihak, khususnya orang tua hingga pemerintah daerah (pemda) agar berhati-hati agar tidak muncul klaster baru.
Hal ini disampaikan Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito melalui siaran virtual bertajuk "Budaya Baru, Agar Pandemi Berlalu", Rabu.
"Pembukaan sekolah ini sudah mulai ada klaster. Yang perlu diperhatikan, sekolah ini dampak sosialnya rendah, tapi potensi peningkatan kasusnya tinggi," kata Wiku.
Baca juga: Mendikbud: Unit pendidikan harus terbiasa buka tutup pada AKB
Baca juga: Mendikbud: PJJ masih tetap berlangsung meski tatap muka
Lebih lanjut, ia menyebut, berbagai pihak harus melakukan sejumlah tahapan sebelum memutuskan untuk membuka kembali sekolah, terlepas sekolah itu berada di zona wilayah kuning maupun hijau.
"Seharusnya ada tahapan prakondisi, timing tepat, prioritas, menghubungi koordinator pusat dan daerah satgas, lalu melakukan evaluasi," ujar dia.
Kesiapan yang harus dilakukan, lanjut Wiku, harus terkoordinasi antarpihak di wilayah dimana sekolah mulai dibuka kembali.
"Pastikan sekolah siap dari pengelolaannya. Orang tua murid setuju (untuk membawa anak bersekolah tatap muka). Lalu dari sisi transportasi menuju sekolah juga jangan ada kerumunan," papar dia.
Baca juga: Satgas COVID-19 pahami banyak sekolah di pedalaman sulit akses digital
Baca juga: Satgas COVID-19: Pemda wajib tutup lagi sekolah yang tidak aman
"Lalu persiapan siswa. Pembukaan sekolah pun harus disiapkan dan dilakukan simulasi secara bertahap. Misalnya dengan (maksimal orang di sekolah) cuma 30 persen, adanya pembagian kelas, dan lainnya," kata Wiku melanjutkan.
Wiku kemudian kembali mengingatkan pemerintah daerah, "Pemerintah daerah harus ambil keputusan dari simulasi tadi. Anak-anak kita adalah aset bangsa. Kita harus lakukan adjustment tanpa membahayakan mereka."
Sementara itu, akun Twitter @laporcovid menyebutkan ketika proses belajar mengajar (PBM) tatap muka dimulai, klaster-klaster baru penularan COVID-19 dari sekolah mulai bermunculan.
Berdasarkan tweet @laporcovid, ada beberapa klaster sekolah pasca dibukanya belajar mengajar tatap muka, yaitu klaster sekolah di Tulungagung, Lumajang, Kalimantan Barat, Tegal, Cilegon, Sumedang, dan Pati.
Baca juga: Sekolah buka KBM tatap muka harus persetujuan orang tua
Baca juga: Mendikbud jelaskan tiga dampak buruk PJJ berkepanjangan bagi siswa
Hal ini disampaikan Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito melalui siaran virtual bertajuk "Budaya Baru, Agar Pandemi Berlalu", Rabu.
"Pembukaan sekolah ini sudah mulai ada klaster. Yang perlu diperhatikan, sekolah ini dampak sosialnya rendah, tapi potensi peningkatan kasusnya tinggi," kata Wiku.
Baca juga: Mendikbud: Unit pendidikan harus terbiasa buka tutup pada AKB
Baca juga: Mendikbud: PJJ masih tetap berlangsung meski tatap muka
Lebih lanjut, ia menyebut, berbagai pihak harus melakukan sejumlah tahapan sebelum memutuskan untuk membuka kembali sekolah, terlepas sekolah itu berada di zona wilayah kuning maupun hijau.
"Seharusnya ada tahapan prakondisi, timing tepat, prioritas, menghubungi koordinator pusat dan daerah satgas, lalu melakukan evaluasi," ujar dia.
Kesiapan yang harus dilakukan, lanjut Wiku, harus terkoordinasi antarpihak di wilayah dimana sekolah mulai dibuka kembali.
"Pastikan sekolah siap dari pengelolaannya. Orang tua murid setuju (untuk membawa anak bersekolah tatap muka). Lalu dari sisi transportasi menuju sekolah juga jangan ada kerumunan," papar dia.
Baca juga: Satgas COVID-19 pahami banyak sekolah di pedalaman sulit akses digital
Baca juga: Satgas COVID-19: Pemda wajib tutup lagi sekolah yang tidak aman
"Lalu persiapan siswa. Pembukaan sekolah pun harus disiapkan dan dilakukan simulasi secara bertahap. Misalnya dengan (maksimal orang di sekolah) cuma 30 persen, adanya pembagian kelas, dan lainnya," kata Wiku melanjutkan.
Wiku kemudian kembali mengingatkan pemerintah daerah, "Pemerintah daerah harus ambil keputusan dari simulasi tadi. Anak-anak kita adalah aset bangsa. Kita harus lakukan adjustment tanpa membahayakan mereka."
Sementara itu, akun Twitter @laporcovid menyebutkan ketika proses belajar mengajar (PBM) tatap muka dimulai, klaster-klaster baru penularan COVID-19 dari sekolah mulai bermunculan.
Berdasarkan tweet @laporcovid, ada beberapa klaster sekolah pasca dibukanya belajar mengajar tatap muka, yaitu klaster sekolah di Tulungagung, Lumajang, Kalimantan Barat, Tegal, Cilegon, Sumedang, dan Pati.
Baca juga: Sekolah buka KBM tatap muka harus persetujuan orang tua
Baca juga: Mendikbud jelaskan tiga dampak buruk PJJ berkepanjangan bagi siswa
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020
Tags: