Singapura catat 42 kasus baru COVID-19, terendah sejak Maret
12 Agustus 2020 16:14 WIB
Seorang wanita Vietnam membawa boneka binatang saat akan naik penerbangan repatriasi dari Singapura menuju Vietnam ditengah penyebaran virus corona (COVID-19) di bandara Changi, Singapura, Jumat (7/8/2020). Gambar diambil 7 Agustus 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Mai Nguyen/WSJ/djo (REUTERS/STAFF)
Singapura (ANTARA) - Pemerintah Singapura mencatat 42 kasus baru COVID-19, jumlah harian terendah sejak sekitar 4,5 bulan yang lalu.
Singapura memberlakukan penguncian pada pertengahan April setelah wabah massal di asrama pekerja migran yang sempit menjadikan Singapura salah satu negara dengan jumlah COVID-19 tertinggi di Asia.
Pekan lalu otoritas mengaku telah membersihkan infeksi dari seluruh asrama, yang menampung sekitar 300.000 pekerja, dengan membatasi beberapa blok yang masih difungsikan sebagai zona isolasi.
Kasus pada Rabu, jumlah terendah sejak 29 Maret, sebagian besar berada di kalangan pekerja yang tersisa, yang masih menjalani karantina.
Baca juga: Singapura wajibkan pelancong gunakan tag elektronik pastikan karantina
Pemerintah Singapura telah mencabut pembatasan pergerakan warga sejak 19 Juni lalu namun tetap mengingatkan warganya untuk waspada dengan selalu menjaga jarak, mengenakan masker dan menganjurkan warga untuk bekerja dari rumah.
Singapura termasuk negara yang paling awal terjangkit oleh virus corona di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara, namun pemerintah Singapura dinilai berhasil dalam menghambat penularan virus corona.
Klaster pemicu penyebaran corona di Singapura terutama terjadi di lingkungan asrama para pekerja migran yang tinggal berdesakan di ruangan yang sempit. Pemerintah Singapura berencana membangun asrama baru bagi pekerja migran setelah pandemi corona berakhir.
Sumber: Reuters
Baca juga: Singapura akan beri turis gelang pemantau karantina
Baca juga: Gunakan masker, warga Singapura jalani Pemilu di tengah wabah COVID-19
Singapura memberlakukan penguncian pada pertengahan April setelah wabah massal di asrama pekerja migran yang sempit menjadikan Singapura salah satu negara dengan jumlah COVID-19 tertinggi di Asia.
Pekan lalu otoritas mengaku telah membersihkan infeksi dari seluruh asrama, yang menampung sekitar 300.000 pekerja, dengan membatasi beberapa blok yang masih difungsikan sebagai zona isolasi.
Kasus pada Rabu, jumlah terendah sejak 29 Maret, sebagian besar berada di kalangan pekerja yang tersisa, yang masih menjalani karantina.
Baca juga: Singapura wajibkan pelancong gunakan tag elektronik pastikan karantina
Pemerintah Singapura telah mencabut pembatasan pergerakan warga sejak 19 Juni lalu namun tetap mengingatkan warganya untuk waspada dengan selalu menjaga jarak, mengenakan masker dan menganjurkan warga untuk bekerja dari rumah.
Singapura termasuk negara yang paling awal terjangkit oleh virus corona di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara, namun pemerintah Singapura dinilai berhasil dalam menghambat penularan virus corona.
Klaster pemicu penyebaran corona di Singapura terutama terjadi di lingkungan asrama para pekerja migran yang tinggal berdesakan di ruangan yang sempit. Pemerintah Singapura berencana membangun asrama baru bagi pekerja migran setelah pandemi corona berakhir.
Sumber: Reuters
Baca juga: Singapura akan beri turis gelang pemantau karantina
Baca juga: Gunakan masker, warga Singapura jalani Pemilu di tengah wabah COVID-19
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: