Jakarta (ANTARA) - Emiten properti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) membukukan pendapatan sebesar Rp5,94 triliun sepanjang 2019, meningkat 5 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,66 triliun.

"Sepanjang tahun 2019 merupakan tahun yang penuh dengan tantangan. Namun kami dapat membukukan pra-penjualan pemasaran sebesar Rp4,1 triliun melebihi dari target yang ditetapkan sebesar Rp4 triliun, dengan sebaran penjualan berdasarkan produk antara lain penjualan rumah mencapai 66 persen, apartemen 14 persen, ruko 12 persen, dan kavling sebesar 8 persen," kata President Director Summarecon Adrianto P. Adhi dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Rabu.

Adrianto menuturkan, harapan bahwa ekonomi global di 2019 akan jauh lebih baik dibandingkan 2018, tidak terjadi. Gejolak ekonomi dan geopolitik, perang perdagangan, dan sentimen proteksionis oleh Amerika Serikat dengan China dan mitra dagang lainnya, terus berdampak signifikan terhadap ekonomi global pada 2019.

Baca juga: Survei BI: Indeks Harga Properti Residensial triwulan II lebih rendah

Pihaknya juga memprediksikan beberapa tantangan yang dapat terjadi seperti pemilihan legislatif dan presiden pada 2019, namun semuanya dapat berjalan dengan lancar.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 sebesar 5,02 persen juga tidak terlalu tinggi jika dibandingkan pada tahun sebelumnya, Hal ini menunjukkan bahwa PDB yang lebih rendah disebabkan oleh tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dalam perdagangan, industri, konstruksi, informasi komunikasi, dan sektor lainnya," ujar Adrianto.

Dari sisi bisnis, unit pengembangan bisnis properti perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp3,62 triliun, meningkat sebesar Rp181 miliar atau 5 persen jika dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu sebesar Rp3,44 triliun dan merupakan kontributor terbesar bagi kinerja perusahaan dengan kontribusi sebesar 61 persen dari total pendapatan tahun lalu.

Baca juga: Emiten properti MNC Land seimbangkan komposisi pendapatan

Kawasan Serpong masih merupakan kontributor pendapatan terbesar dengan kontribusi 40 persen dari total pendapatan unit bisnis pengembangan properti

Dari unit bisnis investasi dan manajemen properti, pendapatan dari kedua unit bisnis itu mencapai Rp1,6 triliun atau 27 persen dari total pendapatan perusahaan. Angka pendapatan mengalami kenaikan Rp 107 miliar atau 7 persen jika dibandingkan dengan 2018.

"Sebagai unit bisnis yang memberikan stabilitas pendapatan berulang, perseroan akan terus melanjutkan pertumbuhan unit bisnis ini," kata Adrianto.

Baca juga: Konsultan properti: Ini waktu tepat beli apartemen

Sementara itu dari unit bisnis lainnya, ada beberapa segmen bisnis lainnya antara lain hotel, klub rekreasi, manajemen pengelolaan kota dan berbagai fasilitas lainnya untuk mendukung kota terpadu.

Bisnis tersebut mencatat pendapatan sebesar Rp726 miliar, turun sebesar Rp8 miliar atau satu persen dibandingkan tahun sebelumnya. Secara kolektif bisnis-bisnis itu menyumbang 12 persen dari total pendapatan perusahaan selama tahun lalu.

Adrianto menambahkan, tahun 2020 adalah tahun yang cukup berat karena dampak dari pandemi COVID-19 yang melanda dunia. Melemahnya harga minyak mentah dengan kelebihan pasokan serta perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang masih terus berlanjut, juga menyebabkan iklim ketidakpastian pada dunia usaha dan tekanan ekonomi yang berat.

Ia memperkirakan perlambatan ekonomi juga akan berpengaruh secara signifikan terhadap penjualan properti di tahun ini, namun pihaknya percaya segala peluang selalu dapat diraih. Selain itu, pemerintah juga menyediakan berbagai insentif dan kebijakan untuk meningkatkan perekonomian diantaranya penurunan tingkat suku bunga dan keringanan pajak.

"Kami juga senantiasa beradaptasi dan berinovasi untuk menghadirkan produk-produk yang menarik. Kami melakukan perubahan kegiatan promosi dan marketing seperti memaksimalkan penggunaan teknologi digital dan media sosial untuk mengenalkan produk-produk kami kepada masyarakat," ujar Adrianto.