Jakarta (ANTARA News) - Konser bertajuk "Cukup Satu Prita Saja" digelar di Hard Rock Cafe Jakarta, 20 Desember, diadakan oleh panitia Konser Koin untuk Keadilan dalam rangkaian peringatan Hari Kesetiakawanan sosial.

Ketua Panitia Konser Koin untuk Keadilan Adib Hidayat, dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA News di Jakarta, Kamis, menyatakan, konser diagendakan berlangsung pada pukul 15.00-21.00 WIB.

Adib memaparkan, masyarakat yang berminat untuk datang dan menonton diharapkan menyumbang sebesar Rp50 ribu sebagai tanda solidaritas.

Seluruh sumbangan masyarakat, ujar dia, akan diberikan kepada Prita Mulyasari sebagai simbol kesetiakawanan dan bentuk kepedulian sesama bangsa Indonesia.

"Berikutnya, beliau (Prita) yang akan meneruskan ke pihak yang membutuhkan," katanya.

Ia juga mengatakan, sejumlah musisi terkemuka akan bergabung dalam konser amal tersebut antara lain Slank, Gigi, Ari Lasso, Nidji, Cokelat, Sheila on 7, Titi DJ, Ada Band, Andra and The Backbone, Padi, dan She.

Selain itu, terdapat pula nama-nama seperti Sherina, Audy, Drive, Seringai, Pee Weegaskins, Funky Kopral, Kunci, Marvells, Drew, Saykoji, Ronaldisko, Endah N Rhesa, Black Star, Domino, Ika Putri, Gruvi, J-Flow, dan Patent.

Gagasan tersebut tercetus setelah Prita Mulyasari divonis harus membayar uang sejumlah Rp204 juta kepada pihak Rumah Sakit Omni International atas tuntutan pencemaran nama baik.

Adib menegaskan, Konser Koin untuk Prita adalah bentuk rasa kesetiakawanan dan pernyataan sikap untuk melawan ketidakadilan agar tak ada lagi kasus semacam Prita lainnya di masa mendatang.

Sedangkan istilah koin, selain terinspirasi dari gerakan masyarakat untuk mengumpulkan koin untuk membantu Prita melunasi dendanya, juga digunakan sebagai akronim dari "Kepedulian Orang Indonesia".

"Inilah simbol gerakan moral dari dunia hiburan tanah air untuk memberi imbauan kepada pemerintah sekaligus menyebarkan inspirasi kepada kaum muda bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di dalam hukum dan kehidupan politik, sosial, ekonomi dan budaya," katanya. (*)