Relawan COVID-19 optimistis Gerakan 31 Hari jadi loncatan perubahan
11 Agustus 2020 12:04 WIB
Koordinator RECON Hashfi Khairuddin berbicara dalam konferensi pers bersama Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 di Graha BNPB Jakarta, Selasa (11/8/2020). (ANTARA/Katriana)
Jakarta (ANTARA) - Gerakan Siap Adaptasi Relawan COVID-19 Nasional (RECON) menyampaikan optimisme bahwa aksi komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan dalam Gerakan 31 Hari Siap Tantangan Adaptasi Kebiasaan Baru, akan mampu menjadi batu loncatan bagi perubahan perilaku masyarakat untuk siap menerapkan adaptasi kebiasaan baru.
"Kami harapkan Gerakan 31 Hari Siap Tantangan Adaptasi Kebiasaan Baru ini adalah batu loncatan yang nantinya bisa dilakukan masyarakat luas, oleh kelompok-kelompok masyarakat lain untuk menerapkan kebiasaan hidup baru," kata Koordinator RECON Hashfi Khairuddin dalam konferensi pers bersama Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 di Graha BNPB Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa target aksi gerakan 31 hari itu adalah selain mengedukasi masyarakat untuk menerapkan kebiasaan baru, juga untuk mendorong agar saling mengajak kepada masyarakat lainnya, sehingga aksi edukasi tersebut tidak hanya dilakukan oleh para relawan tetapi juga oleh masyarakat luas.
"Jadi dalam narasi kita kalau bisa masyarakatnya saling mengajak masyarakat lain," katanya.
Baca juga: Nadiem: Semangat gotong royong tentukan kecepatan penanganan COVID-19
Ia berharap strategi komunikasi yang diupayakan para relawan dalam gerakan tersebut tidak hanya berhenti dari relawan kepada masyarakat tetapi bisa dilakukan juga antara masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Hashfi mengatakan bahwa tujuan akhir dari gerakan 31 hari siap tantangan adaptasi kebiasaan baru itu adalah untuk menurunkan kemungkinan penularan wabah COVID-19 dari penderita kepada masyarakat yang lebih luas.
Strategi yang diupayakan dalam gerakan tersebut adalah dengan melakukan strategi komunikasi untuk memberikan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk memahami pentingnya melakukan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak saat berada di kerumunan orang guna mencegah penularan COVID-19.
Baca juga: Kemendikbud luncurkan aplikasi RECON
"Karena kita sadar bahwa masyarakat ini menjadi garda terdepan untuk pemutusan mata rantai COVID-19," katanya.
Dalam rangka memutus mata rantai tersebut, maka, kata dia, perlu ada gerakan promotif dan preventif yang dilakukan para relawan agar masyarakat tersadar untuk melakukan adaptasi kebiasaan baru.
Untuk itu, gerakan 31 hari siap tantangan adaptasi kebiasaan baru itu diupayakan tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran tetapi juga mengubah perilaku masyarakat untuk benar-benar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga terhindar dari penularan berbagai macam penyakit.
Baca juga: Satgas PEN yakin program bansos dapat serap anggaran sesuai target
"Kami harapkan Gerakan 31 Hari Siap Tantangan Adaptasi Kebiasaan Baru ini adalah batu loncatan yang nantinya bisa dilakukan masyarakat luas, oleh kelompok-kelompok masyarakat lain untuk menerapkan kebiasaan hidup baru," kata Koordinator RECON Hashfi Khairuddin dalam konferensi pers bersama Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 di Graha BNPB Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa target aksi gerakan 31 hari itu adalah selain mengedukasi masyarakat untuk menerapkan kebiasaan baru, juga untuk mendorong agar saling mengajak kepada masyarakat lainnya, sehingga aksi edukasi tersebut tidak hanya dilakukan oleh para relawan tetapi juga oleh masyarakat luas.
"Jadi dalam narasi kita kalau bisa masyarakatnya saling mengajak masyarakat lain," katanya.
Baca juga: Nadiem: Semangat gotong royong tentukan kecepatan penanganan COVID-19
Ia berharap strategi komunikasi yang diupayakan para relawan dalam gerakan tersebut tidak hanya berhenti dari relawan kepada masyarakat tetapi bisa dilakukan juga antara masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Hashfi mengatakan bahwa tujuan akhir dari gerakan 31 hari siap tantangan adaptasi kebiasaan baru itu adalah untuk menurunkan kemungkinan penularan wabah COVID-19 dari penderita kepada masyarakat yang lebih luas.
Strategi yang diupayakan dalam gerakan tersebut adalah dengan melakukan strategi komunikasi untuk memberikan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk memahami pentingnya melakukan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak saat berada di kerumunan orang guna mencegah penularan COVID-19.
Baca juga: Kemendikbud luncurkan aplikasi RECON
"Karena kita sadar bahwa masyarakat ini menjadi garda terdepan untuk pemutusan mata rantai COVID-19," katanya.
Dalam rangka memutus mata rantai tersebut, maka, kata dia, perlu ada gerakan promotif dan preventif yang dilakukan para relawan agar masyarakat tersadar untuk melakukan adaptasi kebiasaan baru.
Untuk itu, gerakan 31 hari siap tantangan adaptasi kebiasaan baru itu diupayakan tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran tetapi juga mengubah perilaku masyarakat untuk benar-benar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga terhindar dari penularan berbagai macam penyakit.
Baca juga: Satgas PEN yakin program bansos dapat serap anggaran sesuai target
Pewarta: Katriana
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020
Tags: