Jakarta (ANTARA) - Google Indonesia berusaha memberikan pemahaman bahwa ketika menggunakan platform digital, ada jejak digital yang dikumpulkan oleh platform dan juga jejak yang harus dilindungi, termasuk oleh pemilik data.

"Misi Google adalah ingin menyajikan dan mengelola informasi yang ada di seluruh dunia dan menyediakannya untuk siapa pun," kata Manajer Hubungan Pemerintahan dan Kebijakan Publik Google Indonesia Danny Ardianto dalam webinar Siberkreasi "Jejak Digital dalam Dunia Maya", Senin.

Danny mencontohkan salah satu produk mereka, Maps, mengumpulkan data agregat anonim untuk mendapatkan informasi mengenai suatu lokasi. Google menjamin data tersebut tidak bisa dilihat pihak lain.

Google juga mengumpulkan jejak pencarian digital, juga secara anonim, ketika memberikan saran pencarian di mesin pencari Search.

Danny memberikan lima tips untuk menjaga keamanan jejak digital sekaligus memberikan dampak positif bagi pemilik data.

Pertama, pintar dalam menggunakan internet, termasuk di dalamnya yaitu memikirkan ulang apa yang akan diunggah ke media sosial agar tidak menjadi masalah di kemudian hari.

"Jangan sampai jejak digital berdampak buruk untuk kita, keluarga kita karena dunia digital sama dengan dunia nyata, apa yang kita lakukan akan berdampak," kata Danny.

Danny menyarankan tidak mengunggah informasi sensitif seperti nomor KTP, PIN, kata sandi, alamat rumah, nomor telepon dan tanda tangan.

Tips kedua, pengguna harus waspada, terutama mengenai unggahan yang berpotensi membahayakan, salah satunya scam.

Ketiga pengguna harus kuat, dalam hal keamanan. Pastikan membuat kata kunci yang kuat dan tidak membagikannya ke orang lain.

Pengguna juga disarankan mengaktifkan verifikasi dua langkah, two-step verification, sehingga ketika ada aktivitas yang mencurigakan, misalnya masuk dari perangkat yang tidak biasa digunakan, Google akan mengirim kode keamanan tambahan.

Cara ketiga, bijak berinternet, jangan mudah terpancing konten negatif, apalagi menyebarkannya.

Terakhir, Danny menyarankan untuk berani, yaitu berani bertanya kepada orang yang lebih paham atau mencari referensi lain ketika mendapatkan informasi yang diragukan kebenarannya.


Baca juga: Fathia Izzati soal jejak digital: itu reputasi kita

Baca juga: Kominfo harap masyarakat sadar lindungi data pribadi

Baca juga: Bahaya jejak digital teroris di media sosial