Jakarta (ANTARA News) - Duta Baca Indonesia (DBI)yang juga artis terkenal Tantowi Yahya mengajak para keluarga Indonesia untuk menjadikan sebagai wahana awal membudayakan membaca bagi istri, suami, anak, dan pembantunya.

Tantowi mengemukakan hal itu dalam Seminar Pembudayaan Kegemaran Membaca di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI dengan menampilkan pembicara Ny Laily M Nuh (anggota SIKIB - Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu), Deputi II Perpusnas Supriyanto dan Pahala Simanjuntak dari dari Direktorat Pendidikan Masyarakat, Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal Depdiknas.

Menurut Tantowi, keluarga adalah awal budaya membaca, dan keluarga dapat dijadikan pembudayaan kegemaran membaca sejak usia dini, sehingga keluarga yang memiliki anak 0-4 tahun, agar menanamkan kecintaan pada buku dan kegemaran membaca.

"Jadilah teladan membaca di keluarga anda, seperti dalam kampanye saya sebagai DBI yaitu 'Ibuku, Perpustakaan Pertamaku'," kata anggota FPG DPR tersebut.

Selain itu, keluarga juga diminta meperhatikan 'suhu membaca' anggotanya dengan indikator jumlah bacaan yang tersedia di rumah, sehingga jika 'suhu rendah' berarti buku hanya sedikit.

Tantowi mengatakan, permasalahan pembudayaan membaca antara lain bagamaina bila keluaraga tidak mampu menanamkan kegemaran membaca di usia emas anak-anaknya, dan dapatkan pengajar di sekolah dasar menumbuhkan kegemaran membaca siswanya.

Dia menjelaskan, membaca menjadi kunci pembelajaran karena kemampuan membaca amatlah penting untuk menyerap pelajaran apapun yang diajarkan di sekolah, keteramplan membaca juga menjadi keharusan di masyarakat modern guna memenangkan persaingan di dunia kerja.

Pengaruh rendahnya keterampilan membaca pada anak-anak akan sangat berpengaruh pada nilai pelajaran yang buruk, mudah frustasi, sulit menuntaskan tugas, merasa rendah diri, bermasalah dalam perilaku, sering sakit biasanya strestidak suka bersekolah, menjadi pemalu di kelompoknya, serta gagal mengembangkan potensi dirinya.

Tantowi berharap, sekolah seharusnya menjadi "ramah pembaca", yaitu perpustakaan sekolah harus menjadi solusi alternatif bila keluarga tidak bisa menumbuhkan minat membaca anak, sekolah perlu memberikan waktu dan perhatian khusus pada pengembangan minat baca anak di luar waktu belajar, serta pengajar wajib menularkan "virus membaca" ke siswanya.

Dia mengusukan, perlu diciptakan "pustakawan belia", melalui program untuk menumbuhkan minat membaca, menjadikan "lifetime readers" lewat perpustakaan sekolah, melibat siwa secara langsung dalam tugas sederhana pustakawan, seperti penyimpanan dan sirkulasi buku, sehingga akan terbetuk keakraban siswa dengan buku dan selanjunta menumbuhkan minta membaca mulai siswa SD.(*)