Washington (ANTARA News/AFP) - Tokoh liberal Partai Demokrat Amerika Serikat pada Minggu mengecam keputusan Presiden Barack Obama mengirim tambahan tentaranya ke Afganistan, dengan menyatakan "sangat heran" akan peningkatan perang itu.

"Pada hari ini, saya sangat heran pada keputusan pemerintah Obama meningkatkan perang, yang juga salah, di Afganistan," kata George McGovern, mantan senator dari Dakota Selatan dan calon Demokrat untuk presiden pada 1972, di "The Washington Post".

"Saat saya mendengarkan penjelasan presiden muda berbakat kita menjelaskan mengapa ia menambah 30.000 tentara, melewati 21.000, yang sudah ditambahnya, saya hanya bisa berpikir: Vietnam lain," kata McGovern dalam tulisannya, "Saya harap saya salah, tapi sejarah mengatakan kepada saya sebaliknya."

Dalam pidato pada 1 Desember, Obama mengumumkan akan mengirim 30.000 lagi tentara Amerika Serikat ke Afganistan.

McGovern membandingkan Obama dengan mendiang Presiden dari Demokrat Lyndon Johnson, yang memutuskan meningkatkan perang Amerika Serikat di Vietnam.

Menurut McGovern, Johnson memiliki catatan cemerlang dalam persoalan dalam negeri, tapi Vietnam menghancurkan impiannya akan Masyarakat Agung.

Perang itu menjadi tak tertanggungkan bagi banyak warga Amerika Serikat, membuat Johnson, yang menang besar pada 1964, tidak berupaya mempertahankan masa jabatan untuk empat tahun berikutnya, kata mantan senator itu mengingatkan.

"Sekalipun memunyai alasan bagus untuk perang di Afganistan, kita dengan sederhana tidak bisa melakukannya," kata McGovern.

"Dengan utang 12 triliun dolar (sekitar 120.000 triliun rupiah) dan resesi parah ekonomi, ini bukan waktu untuk perang tak perlu di luar negeri," katanya.

"Kita sebaiknya membawa pulang tentara kita sebelum ada lagi di antara mereka tewas atau luka dan sebelum utang negara kita meledak," demikian tokoh kawakan Amerika Serikat George McGovern.

Penyergapan pejuang menewaskan seorang tentara Amerika Serikat di Afghanistan, kata tentara pada awal Desember, menjadikan 300 jumlah tentara negara adidaya itu tewas di negara terkoyak perang itu pada tahun ini.

Tentara tersebut bertugas di Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF), yang dikelola persekutuan pertahanan Atlantik utara (NATO), dan tewas sesudah operasinya diserang di Afghanistan timur pada Selasa, kata tentara.

Itu merupakan kematian pertama tentara Amerika Serikat, yang diumumkan sesudah Presiden Barack Obama mengungkapkan rencana mengirim 30.000 tentara lagi ke Afganistan, dengan janji "mengusai prakarsa" untuk mengahiri perang tak disukai itu dan memulai penarikannya pada Juli 2011.

Afghanistan timur dan selatan adalah medan perang paling mematikan bagi 113.000 tentara Amerika Serikat dan NATO, yang sudah disebarkan di negara itu, tempat perlawanan pada tingkat paling maut sejak tentara pimpinan Amerika Serikat menggulingkan pemerintah Taliban pada 2001.

Kematian terakhir itu menjadikan 300 jumlah tentara Amerika Serikat tewas di Afganistan pada tahun ini, kata hitungan laman mandiri icasualties.org, sementara 295 tentara asing tewas dalam seluruh 2008.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(*)