Bintan (ANTARA) - Direktur Utama PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) Santoni menjamin sebanyak 300 orang Tenaga Kerja Asal (TKA) asal China tidak tertular COVID-19.

"Hari ini ada 300 orang tenaga kerja asal China yang masuk Indonesia untuk bekerja di PT BAI. Mereka sudah dites usap (swab) sebanyak dua kali, hasilnya negatif," kata Santoni di Tanjung Pinang, Sabtu.

Selain tenaga kerja asal China itu, kata dia, puluhan tenaga kerja lokal yang sudah dilatih selama 14 bulan di China juga tiba di Tanjung Pinang untuk bekerja di PT BAI.

Baca juga: 325 TKA China masuk ke Bintan hari ini

"Ada 80 orang tenaga kerja asal Bintan, Tanjung Pinang, Batam, dan daerah lainnya, yang dilatih di China sudah kembali ke Tanah Air. Sebagian dari mereka sudah tiba di Bintan, dan sebagian lagi masih di Jakarta," ucapnya.

Seluruh tenaga kerja asing maupun lokal yang tiba di Indonesia mengenakan alat pelindung diri. Mereka juga takut tertular COVID-19. Mereka juga akan melaksanakan protokol kesehatan yakni karantina mandiri di tempat tinggal yang disediakan perusahaan di lokasi proyek.

"Mereka karantina mandiri selama 14 hari. Setelah itu baru bekerja," ucap Santoni.

Baca juga: Menaker: TKA akan pulang setelah transfer pengetahuan

Baca juga: Luhut: Indonesia butuh tenaga kerja asing karena SDM lokal tidak cukup


Santoni mengatakan tenaga kerja asing maupun tenaga kerja lokal yang sudah dilatih merupakan tenaga ahli. Mereka memiliki berbagai keahlian untuk mengerjakan proyek pembangunan PLTU dan pemurnian bauksit (smelter) di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang, Bintan, yang dikelola PT BAI.

Kontrak kerja dengan tenaga kerja asing itu hingga Januari 2021. Mereka harus memastikan seluruh proyek yang direncanakan paling lama diselesaikan Desember 2020.

"Mereka ada kontrak kerja dengan PT BAI yang harus dilaksanakan. Peralatan yang digunakan ini menggunakan teknologi China sehingga membutuhkan keahlian mereka agar selesai tepat waktu," katanya.

PT BAI investasi PLTU dan smelter sebesar Rp20 triliun di Bintan.

Baca juga: Investasi Bintan Alumina tahap awal Rp20 triliun