Bandung (ANTARA News) - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Marzan Iskandar menyetujui anggapan masyarakat yang mengatakan teknologi dalam negeri masih belum inovatif, terutama setelah sebuh jajak pendapat menguatkan hal itu.

"Dari survey yang kami lakukan, 20 persen masyarakat menganggap teknologi tidak aplikatif, 18 persen teknologi tidak mengikuti perkembangan zaman, dan 12 persen teknologi tidak sesuai kebutuhan," ujar Marzan Iskandar dalam seminar di kampus Institut Teknologi Bandung, Sabtu.

Oleh karena itu, negara perlu membangun sistem inovasi nasional untuk meningkatkan daya saing teknologi nasional dengan teknologi luar negeri.

"Sistem inovasi nasional bisa membangun model tenaga kerja teknologi yang nantinya jadi salah satu aspek pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Marzan.

Menurut dia, sistem itu akan mampu meningkatkan kontribusi teknologi pada komponen pertumbuhan ekonomi (GDP), karena semakin baik sistem inovasinya, semakin tinggi pendapatan sebuah negara.

Sistem inovasi nasional, kata Marzan, adalah kesatuan kelembagaan yang mempengaruhi perkembangan dan kecepatan inovasi, difusi, dan proses pembelajarannya, untuk meningkatkan daya saing, kohesi sosial, dan menerapkan ekonomi berbasis ilmu.

"Prosesnya dimulai dengaan tahap invention (penemuan), melalui tahap intermediasi untuk membentuk sebuah sistem inovasi," ujar Marzan.

Sistem itu melibatkan juga sistem-sistem lain seperti sistem politik, yakni pemerintah sebagai pengambil kebijakan; sistem pendidikan, yakni perguruan tinggi sebagai periset; dan sistem industri, yakni perusahaan besar sebagai pasar.

Marzan mengatakan, salah satu hambatan untuk menjadikan sistem itu sebagai pembangun kemandirian bangsa adalah rendahnya infrastruktur.

"Untuk masalah infrastruktur dan daya saing industri, kita masih berada di bawah Vietnam dan Filipina," ujar Marzan.(*)