Jakarta (ANTARA) - Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja mencatat kategori pelatihan penjualan dan pemasaran menjadi yang paling laku diambil oleh peserta program semi bantuan sosial itu selama gelombang I-III.

“Ketika kami kontraskan dengan statistik berbagai platform kerja itu match, di lapangan paling banyak tahun 2019 itu penjualan dan pemasaran,” kata Direktur Eksekutif PMO Program Kartu Prakerja Denny Puspa Purbasari dalam telekonferensi di Jakarta, Jumat.

Ia mengungkapkan sebanyak 300 ribu peserta mengambil pelatihan penjualan dan pemasaran itu.

Selain kategori penjualan dan pemasaran, lanjut dia, kelompok kedua yang diminati peserta adalah bundling atau satu pelatihan bisa berfungsi beragam tujuan.

Misalnya, lanjut dia, pelatihan terkait pemasaran namun meliputi juga keuangan dan branding atau terkait merek.

“Pelatihan bundling itu dulu disukai prakerja karena ini memudahkan mereka dalam menciptakan kelompok skill agar bisa melakukan pilihan pekerjaan yang mereka inginkan,” katanya.

Posisi ketiga, kata dia, pelatihan terkait teknologi dan informasi, kemudian keuangan, dan kelima terkait bahasa yakni Inggris, Jepang, Korea, Mandarin dan bahasa Arab.

Peringkat keenam yakni pelatihan terkait gaya hidup, kemudian pelatihan manajemen, perkantoran hingga sosial dan perilaku misalnya pelayanan konsumen.

Pelatihan favorit lainnya adalah terkait makanan dan minuman serta terakhir terkait pertanian.

Selama gelombang I-III, lanjut Denny, total jumlah insentif yang sudah diberikan kepada 485.772 orang peserta dari 501 ribu orang yang sudah menyelesaikan pelatihan pertama.

“Kemudian ada kuota selisih 15 ribu itu bukan berarti belum menerima (insentif). Setiap hari kami harus melakukan rekonsiliasi 20-40 ribu orang per hari,” katanya.

Baca juga: Pemerintah terima pengajuan mitra baru Kartu Prakerja
Baca juga: Pemerintah buat aturan baru pelatihan program Kartu Prakerja