Wagub ingin seluruh wilayah Banten teralisi listrik
7 Agustus 2020 13:28 WIB
Ilustrasi- Sebanyak 52.000 tabung listrik (talis) direncanakan akan diberikan kepada rumah tangga di 306 desa yang berada pada wilayah dengan kondisi geografi yang tidak memungkinkan untuk dipasang jaringan listrik PLN. ANTARA/HO-Fakultas Teknik UI.
Jakarta (ANTARA) - Meskipun tak terlalu jauh dari ibu kota Jakarta, masih ada wilayah yang belum bisa menikmati listrik selama 24 jam penuh, salah satunya di Pulau Tunda, Kabupaten Serang, Banten.
Terkait kondisi tersebut. Pemerintah Provinsi Banten menegaskan, dukungan terhadap ketersediaan listrik bagi semua warga, termasuk warga di pulau tersebut.
Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, menegaskan persoalan akses listrik di Pulau Tunda sudah disampaikan ke instansi terkait, yakni Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Banten.
"Informasi terkait persoalan listrik di Palau Tunda sudah masuk ke Dinas ESDM," kata Andika.
Andika mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak terkait, agar Desa Wargasara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, tersebut dapat teraliri listrik dengan baik.
"Jadi nanti kita koordinasikan, tinggal bagaimana nanti dikoordinasikan agar dapat tadi, menuntaskan persoalan yang ada di sana," jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Desa Wargasara, Hasim, Minggu (2/8/2020), mengatakan masyarakat di Pulau Tunda selama ini belum bisa menikmati listrik selama 24 jam penuh.
Dalam satu hari satu malam, jika PLTD berfungsi, masyarakat bisa menikmati listrik sekitar 5 jam saja, yakni pada malam hari mulai pukul 18.00 sampai dengan pukul 22.00.
Selanjutnya untuk penerangan lampu dari malam hingga pagi, rumah-rumah warga di pulau berpenduduk 1.000 orang lebih itu bergantung kepada listrik dari PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Pembangkit ini hanya bertenaga 25 Kilo volt amper yang hanya bisa menyediakan arus listrik selama 2 atau 3 jam saja untuk 300-an rumah di sana, termasuk fasilitas umumnya.
"Memang persoalan listrik masih menjadi kendala sebagian besar masyarakat Pulau Tunda. Namun bagi yang ekonominya mampu, mereka menggunakan genset untuk kebutuhan listrik mereka sehari-hari," jelas Hasim.
Di kesempatan berbeda, Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Sartono mengakui faktanya memang masih ada masyarakat Indonesia yang belum dapat menikmati listrik. Padahal, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan mendasar bagi hidup masyarakat. Berbagai aktivitas, baik sosial, ekonomi, hingga pendidikan sangat tergantung dengan adanya aliran listrik.
"Kita dalam posisi memberikan dukungan kepada pemerintah untuk memberikan dampak positif kepada masyarakat. Kita dukung melalui politik anggaran," jelasnya.
Sekjen Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Anwar Sanusi mengakui banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang belum terakses listrik.
Baca juga: DPR desak pemerintah percepat pemerataan tenaga listrik
Baca juga: Dua desa di kawasan Taman Nasional Komodo kini dialiri listrik 24 jam
Baca juga: Landak gandeng perusahaan swasta alirkan listrik di Desa Sebatih
Terkait kondisi tersebut. Pemerintah Provinsi Banten menegaskan, dukungan terhadap ketersediaan listrik bagi semua warga, termasuk warga di pulau tersebut.
Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, menegaskan persoalan akses listrik di Pulau Tunda sudah disampaikan ke instansi terkait, yakni Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Banten.
"Informasi terkait persoalan listrik di Palau Tunda sudah masuk ke Dinas ESDM," kata Andika.
Andika mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak terkait, agar Desa Wargasara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, tersebut dapat teraliri listrik dengan baik.
"Jadi nanti kita koordinasikan, tinggal bagaimana nanti dikoordinasikan agar dapat tadi, menuntaskan persoalan yang ada di sana," jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Desa Wargasara, Hasim, Minggu (2/8/2020), mengatakan masyarakat di Pulau Tunda selama ini belum bisa menikmati listrik selama 24 jam penuh.
Dalam satu hari satu malam, jika PLTD berfungsi, masyarakat bisa menikmati listrik sekitar 5 jam saja, yakni pada malam hari mulai pukul 18.00 sampai dengan pukul 22.00.
Selanjutnya untuk penerangan lampu dari malam hingga pagi, rumah-rumah warga di pulau berpenduduk 1.000 orang lebih itu bergantung kepada listrik dari PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Pembangkit ini hanya bertenaga 25 Kilo volt amper yang hanya bisa menyediakan arus listrik selama 2 atau 3 jam saja untuk 300-an rumah di sana, termasuk fasilitas umumnya.
"Memang persoalan listrik masih menjadi kendala sebagian besar masyarakat Pulau Tunda. Namun bagi yang ekonominya mampu, mereka menggunakan genset untuk kebutuhan listrik mereka sehari-hari," jelas Hasim.
Di kesempatan berbeda, Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Sartono mengakui faktanya memang masih ada masyarakat Indonesia yang belum dapat menikmati listrik. Padahal, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan mendasar bagi hidup masyarakat. Berbagai aktivitas, baik sosial, ekonomi, hingga pendidikan sangat tergantung dengan adanya aliran listrik.
"Kita dalam posisi memberikan dukungan kepada pemerintah untuk memberikan dampak positif kepada masyarakat. Kita dukung melalui politik anggaran," jelasnya.
Sekjen Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Anwar Sanusi mengakui banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang belum terakses listrik.
Baca juga: DPR desak pemerintah percepat pemerataan tenaga listrik
Baca juga: Dua desa di kawasan Taman Nasional Komodo kini dialiri listrik 24 jam
Baca juga: Landak gandeng perusahaan swasta alirkan listrik di Desa Sebatih
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: