Presiden: Demokrasi dan Pembangunan Harus Seiring
10 Desember 2009 15:56 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Perdana Menteri Jepang, Yukio Hatoyama, Sultan Brunai, Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao dan Menlu RI, Marty Natalegawa, Forum Demokrasi Bali II. (ANTARA/Nyoman Budhiana)
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, demokratisasi dan pembangunan suatu negara harus berjalan seiring karena kedua hal itu menjadi prasyarat utama agar tujuan demokrasi masyarakat adil dan makmur tercapai.
"Melalui demokrasi maka pembangunan menjadi inklusif, sebaliknya, lewat pembangunan, maka demokrasi memberi isi dan kepuasan pada masyarakatnya," kata Yudhoyono dalam pidato sambutan pada acara Forum Demokrasi Bali (BDF) II di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Dia menyatakan kedua hal memilik inti pada satu hal, yaitu pemberdayaan, terutama rakyat, khususnya yang terpinggirkan dan lemah.
"Saya lihat ada hikmah dari krisis ekonomi global. Krisis itu memaksa dunia merestrukturisasi ekonomi yg lebih demokratis. G20 dan dukungan Asia menjadi faktor penting. Ini memberi kesempatan sama bagi yang lemah," katanya.
Keseimbangan pembangunan ekonomi dan politik, juga hal pokok karena jika satu aspek menjadi lebih penting, maka akan timbul ketidakstabilan dan ketidakpuasan, tambahnya.
Presiden menyebut Asia sangat kaya pengalaman berdemokrasi, salah satunya pemberi kontribusi pengenalan masalah ini kepada dunia adalah melalui Institut Perdamian dan Demokrasi yang sejak didirikan satu tahun lalu telah aktif melakukan kegiatan, seminar, lokakarya, dan temu ahli.
"Tujuan utama dari BDF II ini adalah dialog dan kerja sama regional dan internasional tentang demokrasi dan kita saling belajar tentang berdemokrasi," kata Presiden.
Presiden lalu menyinggung tuntutan akuntabilitas pemimpin dan pejabat pemerintahan yang disebutnya harus dimulai dari kerja sangat keras dalam memberi yang terbaik bagi rakyat dan merupakan esensi tata kelola pemerintahan yang baik.
"Memberi ruang partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan juga satu keharusan karena mereka memiliki aspirasi, pemimpin di pemerintahan dan parlemen memiliki tugas untuk mencari cara terbaik untuk itu," kata Yudhoyon.
Forum ini juga dihadiri Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Jepang Hatoyama Yukio dan Perdana Menteri Timor Timur Kay Rala Xanana Gusmao. Yudhoyono bersama Hatoyama bertindak sebagai Ketua Bersama BDF II kali ini. (*)
"Melalui demokrasi maka pembangunan menjadi inklusif, sebaliknya, lewat pembangunan, maka demokrasi memberi isi dan kepuasan pada masyarakatnya," kata Yudhoyono dalam pidato sambutan pada acara Forum Demokrasi Bali (BDF) II di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Dia menyatakan kedua hal memilik inti pada satu hal, yaitu pemberdayaan, terutama rakyat, khususnya yang terpinggirkan dan lemah.
"Saya lihat ada hikmah dari krisis ekonomi global. Krisis itu memaksa dunia merestrukturisasi ekonomi yg lebih demokratis. G20 dan dukungan Asia menjadi faktor penting. Ini memberi kesempatan sama bagi yang lemah," katanya.
Keseimbangan pembangunan ekonomi dan politik, juga hal pokok karena jika satu aspek menjadi lebih penting, maka akan timbul ketidakstabilan dan ketidakpuasan, tambahnya.
Presiden menyebut Asia sangat kaya pengalaman berdemokrasi, salah satunya pemberi kontribusi pengenalan masalah ini kepada dunia adalah melalui Institut Perdamian dan Demokrasi yang sejak didirikan satu tahun lalu telah aktif melakukan kegiatan, seminar, lokakarya, dan temu ahli.
"Tujuan utama dari BDF II ini adalah dialog dan kerja sama regional dan internasional tentang demokrasi dan kita saling belajar tentang berdemokrasi," kata Presiden.
Presiden lalu menyinggung tuntutan akuntabilitas pemimpin dan pejabat pemerintahan yang disebutnya harus dimulai dari kerja sangat keras dalam memberi yang terbaik bagi rakyat dan merupakan esensi tata kelola pemerintahan yang baik.
"Memberi ruang partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan juga satu keharusan karena mereka memiliki aspirasi, pemimpin di pemerintahan dan parlemen memiliki tugas untuk mencari cara terbaik untuk itu," kata Yudhoyon.
Forum ini juga dihadiri Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Jepang Hatoyama Yukio dan Perdana Menteri Timor Timur Kay Rala Xanana Gusmao. Yudhoyono bersama Hatoyama bertindak sebagai Ketua Bersama BDF II kali ini. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
Tags: