Washington, (ANTARA News) - Amerika Serikat (AS) dan Rusia, Rabu, mengatakan, mereka telah menutup perundingan pengganti perjanjian pengurangan senjata, yang akan mengurangi persenjataan nuklir mereka dan menjadikan hubungan mereka lebih solid.

"Kami akan menjadi lebih dekat," kata juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs kepada para wartawan di Washington, saat ditanya mengenai prospek perjanjian sebagai pengganti Perjanjian Pengurangan Senjata-Senjata Strategis (START), sebagaimana dikutip dari AFP.

"Kami optimis bahwa kami bisa bersatu," tegasnya.

Sebelumnya di Moskow, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menjamin bahwa `perjanjian akan segera ditanda-tangani.`

Bekas musuh Perang Dingin itu menyatakan percaya bahwa dalam beberapa hari setelah perjanjian START habis masa berlakunya, akan terjadi kekosongan perjanjian pengganti, meskipun terdapat perundingan-perundingan intensif untuk menggodog kesepakatan berdasarkan petunjuk Presiden Barack Obama dan Presiden Dmitry Medvedev, Juli.

Kedua presiden telah menetapkan tujuan pengurangan jumlah hulu-ledak nuklir antara 1.500 sampai 1.675 dan jumlah armada yang berkemampuan mengangkut antara 500-1.100.

AS mengatakan, pihaknya saat ini memiliki sekitar 2.200 hulu ledak nuklir, sedangkan Rusia diyakini memiliki sekitar 3.000.

"Kami telah dua dasawarsa setelah jatuhnya Tembok Berlin, dan masih saja AS dan Rusia menggelar lebih dari 2.000 senjata nuklirnya, dan banyak di antaranya dalam status siaga tinggi," kata direktur eksekutif Perhimpunan Pengawasan Senjata, Daryl Kimball.

Para pakar pengawas senjata AS mengatakan, keruwetan tindakan verifikasi tampaknya ada pada penegakan perjanjian daripada perbedaan mendasar antara kedua pihak.

Mereka memperkirakan, para perunding akan menyelesaikan perjanjian dalkam beberapa pekan, jika tidak dalam beberapa hari.

Surat kabar harian Kommersant mengutip para penjabat Rusia Senin mengatakan, mereka ingin perjanjian itu sudah dituntaskan 18 Desember.(*)