Puthukkudiriruppu, Sri Lanka (ANTARA News/AFP) - Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse hari Rabu meresmikan sebuah tugu untuk mengenang puluhan ribu prajurit yang tewas ketika memerangi pemberontak Macan Tamil.

Rajapakse mengunjungi kota Puthukkudiriruppu di Mullaittivu, Sri Lanka utara, untuk meresmikan monumen tersebut, yang juga menandai berakhirnya perang 37 tahun itu.

"Monumen itu akan berdiri sebagai penghormatan besar kepada prajurit-prajurit berani yang melindungi kesatuan bangsa," kata kementerian penerangan.

PBB memperkirakan, perang itu telah merenggut antara 80.000 dan 100.000 jiwa, dan pemerintah menyatakan bahwa 27.000 prajurit tewas dalam konflik tersebut.

Menurut wartawan laporan AFP, Rajapakse juga mengunjungi daerah-daerah pesisir Mullaittivu dimana pertempuran-pertempuran terakhir berlangsung dan pemimpin Macan Tamil tewas.

Rajapakse mempersingkat masa jabatannya dan mengumumkan pemilihan umum baru dllaksanakan pada 26 Januari, dalam upaya memanfaatkan tanggapan baik masyarakat atas berakhirnya konflik itu.

Saingannya dalam pemilihan itu adalah mantan panglima militer Sarath Fonseka, yang mengundurkan diri bulan lalu setelah perselisihan dengan Rajapakse mengenai siapa yang patut mendapat penghargaan atas kemenangan militer tersebut.

Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.

Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.

Macan Tamil juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.

Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.

Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Sebelum dikalahkan total, gerilyawan Tamil dikepung selama berbulan-bulan di sebuah daerah hutan kecil oleh pasukan yang hampir mengakhiri perang separatis mereka.

Macan Tamil mengakui telah kehilangan sejumlah wilayah dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah dan menuduh Kolombo membunuhi warga sipil.

Militer membantah hal itu dan mengatakan, warga sipil yang melarikan diri ditembaki oleh pemberontak yang ingin menahan penduduk desa sebagai tameng manusia.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka sejak 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)