Menlu Retno sebut COVID-19 ujian bagi multilateralisme
6 Agustus 2020 16:53 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membahas mengenai multilateralisme selama pandemi COVID-19, dalam seminar daring yang diselenggarakan surat kabar The Jakarta Post, Kamis (6/8/2020). (ANTARA/Yashinta Difa)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan pandemi COVID-19 adalah ujian bagi multilateralisme atau kerja sama antarnegara.
“Melemahnya kepercayaan terhadap multilateralisme merupakan salah satu tren global yang kita amati di dunia pasca COVID-19,” kata Retno dalam seminar daring yang diselenggarakan surat kabar The Jakarta Post, Kamis.
Menurut Retno, harus diakui bahwa lembaga-lembaga multilateral semakin berjuang untuk menanggapi tantangan global yang semakin kompleks, termasuk pandemi ini.
Pada saat yang sama, negara-negara semakin memiliki harapan yang lebih tinggi kepada lembaga multilateral agar memberikan hasil yang konkret dan segera dalam penanganan COVID-19.
Menyikapi tantangan ini, Retno menegaskan bahwa Indonesia terus berupaya memajukan multilateralisme untuk menemukan solusi, memanfaatkan sumber daya, dan mengoordinasikan respons terhadap COVID-19.
Salah satu wujud komitmen Indonesia yakni dengan ikut memprakarsai resolusi Sidang Umum PBB tentang Solidaritas Global untuk Memerangi COVID-19, yang menggarisbawahi peran penting sistem PBB dalam memerangi pandemi tersebut.
“Jadi kita tidak bisa membiarkan melemahnya kepercayaan terhadap multilateralisme ini bertahan terus, karena tanpa multilateralisme, negara-negara yang lebih kecil akan cenderung kehilangan lebih banyak,” tutur Retno.
Guna membangun kembali kepercayaan pada multilateralisme, menurut Retno, negara-negara harus memastikan bahwa multilateralisme justru harus terus berjalan selama masa krisis.
“Orang-orang ingin melihat bagaimana PBB dan institusi keuangan internasional berkontribusi terhadap percepatan pemulihan ekonomi dan sosial akibat COVID-19,” kata dia.
Kemudian, dunia harus memastikan bahwa PBB dan tata kelola global selalu sesuai dengan tujuannya dalam menghadapi tantangan baru, dan telah menjadi tanggung jawab setiap negara sebagai bagian dari komunitas internasional untuk memperkuat PBB serta lembaga multilateral lainnya.
Kerja sama internasional yang dibutuhkan dunia dalam menangani pandemi COVID-19 justru menemui sejumlah tantangan, yang diwarnai dengan rivalitas antara kekuatan-kekuatan besar.
Isu mengenai asal muasal virus corona baru penyebab penyakit itu pun mengemuka dan berdampak pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Amerika Serikat, yang menuduh WHO terlalu bergantung pada China dan tidak kritis dalam menangani pandemi COVID-19, memutuskan untuk keluar dari badan tersebut mulai 2021.
COVID-19 juga telah mendorong negara-negara menuntut reformasi WHO, agar lebih mampu menghadapi ancaman pandemi masa depan.
Baca juga: Tingkatkan kerja sama, menlu RI-Kolombia lakukan pertemuan virtual
Baca juga: Menlu RI sampaikan belasungkawa kepada korban ledakan Beirut
“Melemahnya kepercayaan terhadap multilateralisme merupakan salah satu tren global yang kita amati di dunia pasca COVID-19,” kata Retno dalam seminar daring yang diselenggarakan surat kabar The Jakarta Post, Kamis.
Menurut Retno, harus diakui bahwa lembaga-lembaga multilateral semakin berjuang untuk menanggapi tantangan global yang semakin kompleks, termasuk pandemi ini.
Pada saat yang sama, negara-negara semakin memiliki harapan yang lebih tinggi kepada lembaga multilateral agar memberikan hasil yang konkret dan segera dalam penanganan COVID-19.
Menyikapi tantangan ini, Retno menegaskan bahwa Indonesia terus berupaya memajukan multilateralisme untuk menemukan solusi, memanfaatkan sumber daya, dan mengoordinasikan respons terhadap COVID-19.
Salah satu wujud komitmen Indonesia yakni dengan ikut memprakarsai resolusi Sidang Umum PBB tentang Solidaritas Global untuk Memerangi COVID-19, yang menggarisbawahi peran penting sistem PBB dalam memerangi pandemi tersebut.
“Jadi kita tidak bisa membiarkan melemahnya kepercayaan terhadap multilateralisme ini bertahan terus, karena tanpa multilateralisme, negara-negara yang lebih kecil akan cenderung kehilangan lebih banyak,” tutur Retno.
Guna membangun kembali kepercayaan pada multilateralisme, menurut Retno, negara-negara harus memastikan bahwa multilateralisme justru harus terus berjalan selama masa krisis.
“Orang-orang ingin melihat bagaimana PBB dan institusi keuangan internasional berkontribusi terhadap percepatan pemulihan ekonomi dan sosial akibat COVID-19,” kata dia.
Kemudian, dunia harus memastikan bahwa PBB dan tata kelola global selalu sesuai dengan tujuannya dalam menghadapi tantangan baru, dan telah menjadi tanggung jawab setiap negara sebagai bagian dari komunitas internasional untuk memperkuat PBB serta lembaga multilateral lainnya.
Kerja sama internasional yang dibutuhkan dunia dalam menangani pandemi COVID-19 justru menemui sejumlah tantangan, yang diwarnai dengan rivalitas antara kekuatan-kekuatan besar.
Isu mengenai asal muasal virus corona baru penyebab penyakit itu pun mengemuka dan berdampak pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Amerika Serikat, yang menuduh WHO terlalu bergantung pada China dan tidak kritis dalam menangani pandemi COVID-19, memutuskan untuk keluar dari badan tersebut mulai 2021.
COVID-19 juga telah mendorong negara-negara menuntut reformasi WHO, agar lebih mampu menghadapi ancaman pandemi masa depan.
Baca juga: Tingkatkan kerja sama, menlu RI-Kolombia lakukan pertemuan virtual
Baca juga: Menlu RI sampaikan belasungkawa kepada korban ledakan Beirut
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020
Tags: