Jakarta (ANTARA) - Salah satu industri sepeda dalam negeri merek United Bike kebanjiran permintaan, yang ditandai dengan meningkatnya penjualan sejak Juni 2020 hingga dua kali lipat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, di mana sepeda gunung atau mountain bike dan sepeda lipat atau folding bike merupakan jenis yang paling banyak dicari.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, PT Terang Dunia Internusa, manufaktur United Bike menggenjot produksi hingga kapasitas maksimal dengan mengoptimalkan pabrik yang ada di Sentul, Jawa Barat.

"Kami mengantisipasi naiknya permintaan dengan menambah shift, menambah jumlah tenaga kerja, memaksimalkan kapasitas produksi," kata Sales Manager PT Terang Dunia Internusa Andry Dwinanda kepada Antara di Tangerang, Kamis.

Pada situasi normal, lanjut Andry, United Bike memproduksi 600 ribu unit sepeda per tahun. Namun, dengan melonjaknya permintaan, kapasitas produksi digenjot maksimal hingga satu juta unit per tahun.
Salah satu jenis sepeda lipat produksi PT Terang Dunia Internusa. (ANTARA/ Sella Panduarsa Gareta)

Adapun 20 persen dari total produksi tersebut diekspor ke sejumlah negara, di antaranya Amerika Serikat, Eropa, Jerman, Australia.

United memiliki enam jenis sepeda yang dikembangkan hingga 110 model, yakni mountain bike, road bike, sepeda lipat, BMX, sepeda anak, city bike.

Dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) hingga 60 persen, United Bike relatif tidak kesulitan dalam mendapatkan bahan baku. Namun, untuk bahan baku impor, Andry menyampaikan terjadi kenaikan harga.

"Memang secara komponen mengalami kenaikan, dari suplainya pun jadi terbatas, karena permintaan tinggi ini tidak hanya di Indoneisa, tapi di seluruh dunia. Akhirnya, persediaan komponen ini terbatas. Makanya kita menaikkan harga sesuai harga kenaikan komponen itu sendiri," ujar Andry.

Harga sepeda yang ditawarkan United Bike juga beraneka ragam, tergantung dari komponen yang digunakan, misalnya komponen frame atau kerangkanya, di mana berbagai bahan baku bisa digunakan, mulai dari aloy, karbon, hingga steel atau baja.
Salah satu jenis sepeda gunung produksi PT Terang Dunia Internusa. (ANTARA/ Sella Panduarsa Gareta)

"Otomatis karbon pasti lebih mahal dari aloy, karena dia bahannya lebih ringan, tapi kuat. Untuk aloy lebih mahal daripada steel, karena bisa anti karat dan ringan. Jadi, dari frame saja beda. Ada yang kualitasnya lebih kokoh, bagus, jadi lebih mahal," ungkap Andry.

Sebagai produk buatan anak bangsa, Andry menyampaikan, merek yang diusungnya unggul dalam hal inovasi dan memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia, karena lebih dekat dan dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

Andry berharap, industri sepeda dalam negeri dapat didukung oleh pemerintah, sehingga dapat semakin maju dan berdaya saing.

"KAmi siap saja untuk menambah investasi di dalam negeri, ekspansi juga. Kami harapkan dapat dukungan dari pemerintah seperti dari bea masuk dan semacamnya. Kami harap industri sepeda dalam negeri semakin maju," pungkas Andry.



Baca juga: Kemenperin perkuat rantai pasok sektor industri sepeda

Baca juga: Kemenperin dorong pengembangan industri sepeda lokal

Baca juga: Polygon Tambah Kapasitas Produksi Dua Kali Lipat