Kementan gandeng IPB kembangkan diversifikasi pangan lokal
5 Agustus 2020 13:57 WIB
Dalam rangka peningkatan pendampingan kegiatan Perkarangan Pangan Lestari (P2L), Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan 6 (Enam) Perguruan Tinggi Negeri yaitu IPB University, UGM, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, Universitas Lampung dan Universitas Lambung Mangkurat, Selasa 4 Agustus 2020, Auditorium Gedung D, Kantor Pusat Kementan - Jakarta. (ANTARA/Istimewa)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) RI melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) menggandeng IPB University bersama lima perguruan tinggi lainnya di Indonesia dalam rangka pengembangan diversifikasi pangan lokal dan pendampingan kegiatan pekarangan lestari.
"Kerjasama ini merupakan lanjutan yang bertujuan memperkuat diversifikasi pangan lokal melalui Pekarangan Pangan Lestari," kata Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Selain IPB University, lima perguruan tinggi lainnya adalah Universitas Lampung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanudin, dan Universitas Lambung Mangkurat.
Menurut Syahrul Yasin Limpo, perguruan tinggi memiliki teknologi dan inovasi yang harus diterapkan di masyarakat agar dapat meningkatkan penyediaan pangan.
Baca juga: Panen pedet, Mentan dorong produksi ternak sapi di Sulawesi Selatan
Baca juga: Mentan minta Politeknik Pertanian ciptakan SDM dan lapangan kerja
"Kerjasama ini Insya Allah dapat menjadi percontohan dalam membangun mindset tentang Pekarangan Pangan Lestari serta diversifikasi pangan," katanya.
Sebenarnya, ujar dia, lahan di sekitar rumah potensial untuk menanam buah-buahan, sayur-sayuran bahkan peternakan. Hal itu dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang cukup bagi masyarakat Indonesia.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Dr Drajat Martianto mengatakan bahwa kerjasama tersebut memiliki manfaat multidimensi.
Pertama, pelibatan mahasiswa sebagai pendamping lapangan dalam pengelolaan program pekarangan pangan lestari dalam jangka pendek dapat membantu masyarakat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pekarangan melalui penerapan pendekatan dan teknologi mutakhir yang dikembangkan perguruan tinggi.
Kemudian yang kedua, penempatan mahasiswa sebagai pendamping di domisili masing-masing selama satu semester disamping sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar, juga mendorong mahasiswa untuk berkontribusi membangun daerah di sektor pertanian dan pangan.
"Diharapkan nantinya mahasiswa dapat pulang ke daerahnya melanjutkan perjuangan yang telah dirintis bersama masyarakat setempat melalui program ini," ujar dia.
Ketiga, dengan pengalaman IPB dalam program one village one CEO (OVOC) diharapkan mahasiswa tidak hanya mendampingi masyarakat dalam proses produksi tetapi juga mendekatkan masyarakat dengan konsumen.
Dengan demikian diharapkan program Pekarangan Pangan Lestari benar-benar lestari karena masyarakat mendapatkan manfaat jangka panjang tidak hanya terhadap penyediaan pangan tetapi juga peningkatan pendapatan.*
Baca juga: Mentan ajak perguruan tinggi bersinergi bangun pertanian modern
Baca juga: Guru Besar IPB ungkap penyebab minim inovasi sektor kelautan
"Kerjasama ini merupakan lanjutan yang bertujuan memperkuat diversifikasi pangan lokal melalui Pekarangan Pangan Lestari," kata Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Selain IPB University, lima perguruan tinggi lainnya adalah Universitas Lampung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanudin, dan Universitas Lambung Mangkurat.
Menurut Syahrul Yasin Limpo, perguruan tinggi memiliki teknologi dan inovasi yang harus diterapkan di masyarakat agar dapat meningkatkan penyediaan pangan.
Baca juga: Panen pedet, Mentan dorong produksi ternak sapi di Sulawesi Selatan
Baca juga: Mentan minta Politeknik Pertanian ciptakan SDM dan lapangan kerja
"Kerjasama ini Insya Allah dapat menjadi percontohan dalam membangun mindset tentang Pekarangan Pangan Lestari serta diversifikasi pangan," katanya.
Sebenarnya, ujar dia, lahan di sekitar rumah potensial untuk menanam buah-buahan, sayur-sayuran bahkan peternakan. Hal itu dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang cukup bagi masyarakat Indonesia.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Dr Drajat Martianto mengatakan bahwa kerjasama tersebut memiliki manfaat multidimensi.
Pertama, pelibatan mahasiswa sebagai pendamping lapangan dalam pengelolaan program pekarangan pangan lestari dalam jangka pendek dapat membantu masyarakat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pekarangan melalui penerapan pendekatan dan teknologi mutakhir yang dikembangkan perguruan tinggi.
Kemudian yang kedua, penempatan mahasiswa sebagai pendamping di domisili masing-masing selama satu semester disamping sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar, juga mendorong mahasiswa untuk berkontribusi membangun daerah di sektor pertanian dan pangan.
"Diharapkan nantinya mahasiswa dapat pulang ke daerahnya melanjutkan perjuangan yang telah dirintis bersama masyarakat setempat melalui program ini," ujar dia.
Ketiga, dengan pengalaman IPB dalam program one village one CEO (OVOC) diharapkan mahasiswa tidak hanya mendampingi masyarakat dalam proses produksi tetapi juga mendekatkan masyarakat dengan konsumen.
Dengan demikian diharapkan program Pekarangan Pangan Lestari benar-benar lestari karena masyarakat mendapatkan manfaat jangka panjang tidak hanya terhadap penyediaan pangan tetapi juga peningkatan pendapatan.*
Baca juga: Mentan ajak perguruan tinggi bersinergi bangun pertanian modern
Baca juga: Guru Besar IPB ungkap penyebab minim inovasi sektor kelautan
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: