BPS catat hampir seluruh lapangan usaha terkontraksi triwulan II 2020
5 Agustus 2020 13:28 WIB
Petugas berjalan di antara mobil-mobil yang akan diekspor di dermaga IPC Car Terminal, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (4/8/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen pada triwulan II 2020. FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hampir seluruh lapangan usaha penyumbang produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi dan menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen pada triwulan II 2020.
"Hampir seluruh lapangan usaha mengalami kontraksi," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Flash - BPS: ekonomi Indonesia triwulan II-2020 minus 5,32 persen
Suhariyanto mengatakan lapangan usaha yang mengalami kontraksi dibandingkan periode sama tahun 2019 antara lain industri pengolahan yang minus 6,19 persen, perdagangan minus 7,57 persen, dan konstruksi minus 5,39 persen.
Lapangan usaha lainnya yang ikut tumbuh negatif adalah pertambangan minus 2,72 persen, administrasi pemerintahan minus 3,11 persen dan sektor terdampak paling besar yaitu transportasi dan pergudangan minus 30,84 persen.
Ia memastikan sektor lapangan usaha yang mengalami penurunan kinerja terimbas COVID-19 karena adanya penurunan aktivitas akibat berkurangnya permintaan dari masyarakat.
"Seperti industri pengolahan yang terkontraksi karena adanya penurunan pada produksi mobil dan sepeda motor yang cukup tajam, tekstil dan pakaian jadi karena berkurangnya permintaan, serta rokok akibat PSBB," kata Suhariyanto.
Meski demikian, masih ada sektor yang tumbuh positif dalam periode ini antara lain sektor pertanian 2,19 persen, informasi dan komunikasi 10,88 persen, serta jasa keuangan 1,03 persen.
"Sektor pertanian terutama tanaman pangan masih tumbuh didorong oleh pergeseran musim tanam yang mengakibatkan puncak panen padi terjadi pada triwulan II 2020," ujar Suhariyanto.
Sebelumnya, BPS mencatat terjadinya kontraksi dalam perekonomian Indonesia sehingga tumbuh minus 5,32 persen pada triwulan II 2020.
Pertumbuhan ekonomi negatif ini merupakan yang pertama kalinya sejak triwulan I 1999 sebesar minus 6,13 persen atau ketika Indonesia mengalami krisis finansial.
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2020 tercatat masih mencapai 2,97 persen meski sudah mulai menunjukkan adanya perlambatan akibat pandemi COVID-19.
Baca juga: IHSG diprediksi bergerak terbatas seiring rilis pertumbuhan ekonomi
Baca juga: Rupiah menguat jelang rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II
"Hampir seluruh lapangan usaha mengalami kontraksi," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Flash - BPS: ekonomi Indonesia triwulan II-2020 minus 5,32 persen
Suhariyanto mengatakan lapangan usaha yang mengalami kontraksi dibandingkan periode sama tahun 2019 antara lain industri pengolahan yang minus 6,19 persen, perdagangan minus 7,57 persen, dan konstruksi minus 5,39 persen.
Lapangan usaha lainnya yang ikut tumbuh negatif adalah pertambangan minus 2,72 persen, administrasi pemerintahan minus 3,11 persen dan sektor terdampak paling besar yaitu transportasi dan pergudangan minus 30,84 persen.
Ia memastikan sektor lapangan usaha yang mengalami penurunan kinerja terimbas COVID-19 karena adanya penurunan aktivitas akibat berkurangnya permintaan dari masyarakat.
"Seperti industri pengolahan yang terkontraksi karena adanya penurunan pada produksi mobil dan sepeda motor yang cukup tajam, tekstil dan pakaian jadi karena berkurangnya permintaan, serta rokok akibat PSBB," kata Suhariyanto.
Meski demikian, masih ada sektor yang tumbuh positif dalam periode ini antara lain sektor pertanian 2,19 persen, informasi dan komunikasi 10,88 persen, serta jasa keuangan 1,03 persen.
"Sektor pertanian terutama tanaman pangan masih tumbuh didorong oleh pergeseran musim tanam yang mengakibatkan puncak panen padi terjadi pada triwulan II 2020," ujar Suhariyanto.
Sebelumnya, BPS mencatat terjadinya kontraksi dalam perekonomian Indonesia sehingga tumbuh minus 5,32 persen pada triwulan II 2020.
Pertumbuhan ekonomi negatif ini merupakan yang pertama kalinya sejak triwulan I 1999 sebesar minus 6,13 persen atau ketika Indonesia mengalami krisis finansial.
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2020 tercatat masih mencapai 2,97 persen meski sudah mulai menunjukkan adanya perlambatan akibat pandemi COVID-19.
Baca juga: IHSG diprediksi bergerak terbatas seiring rilis pertumbuhan ekonomi
Baca juga: Rupiah menguat jelang rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: