PDHMI: Menyusui bantu kesehatan bumi dan masyarakat
5 Agustus 2020 13:11 WIB
Dokumentasi - Sejumlah ibu menggendong bayinya saat mengikuti senam yoga dalam Pekan Menyusui Sedunia 2019 di Taman Ekspresi, Kota Bogor, Jawa Barat, Ahad (4/8/2019). (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/wsj/aa.)
Jakarta (ANTARA) - Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) dr Fenny Yunita mengatakan para ibu menyusui atau yang sedang memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada anaknya secara tidak langsung telah membantu kesehatan bumi dan masyarakat.
"Jika kita mendukung ibu menyusui maka kita juga mengurangi polusi udara, air, dan tanah," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Sebab, kata dia, ASI adalah makanan alami yang diproduksi dan diberikan pada anak tanpa mengakibatkan polusi, tanpa kemasan dan limbah.
Fenny yang juga konselor laktasi tersebut mengatakan sesuai dengan tema Pekan Menyusui Sedunia 2020, Dukung Menyusui untuk Bumi yang Lebih Sehat, menyusui juga menjamin ketahanan pangan bagi generasi muda pada kondisi gawat darurat maupun kondisi bencana alam.
Baca juga: Menko PMK: Pembangunan manusia dimulai dari prenatal dan ASI
Baca juga: Alternatif beri ASI masa pandemi COVID-19 jika sulit menyusui langsung
Oleh karena itu, Fenny mengajak masyarakat untuk memberikan dukungan menyusui khususnya di masa pandemi COVID-19.
Pandemi COVID-19 menurunkan aktivitas Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dimana kunjungan ibu hamil dibatasi sehingga layanan konseling laktasi sebelum melahirkan yang merupakan salah satu kunci keberhasilan menyusui juga terhambat.
Kemudian belum lagi ibu melahirkan yang positif COVID-19 yang membuat IMD tidak berjalan karena menghindari kontak erat dengan ibu sehingga menyusui sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi juga tak terlaksana.
"Demikian pula pemberian ASI perah yang sulit terlaksana," katanya.
Senada dengan itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi mengatakan menyusui harus menjadi prioritas dalam kondisi apapun sebagai pilihan utama asupan nutrisi untuk bayi.
"Hanya saja keterbatasan saat ini adalah terkait edukasi menyusui dan IMD secara langsung. Tapi kami sebagai bidan memiliki solusi terkait edukasi ini melalui digital seperti kelas daring (online) atau webinar," kata Emi.
Lebih lanjut Emi mengemukakan bahwa IMD merupakan langkah awal kesuksesan menyusui untuk enam bulan ke depan atau masa pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu, IBI mendorong edukasi dan akses informasi seputar IMD bagi ibu hamil yang juga didukung oleh suami dan keluarga.
"Penting juga memberikan dukungan psikologis bagi ibu agar tidak stres dan tetap bahagia utamanya dukungan dari suami dan keluarga," katanya.*
Baca juga: Pekan Menyusui Sedunia, ini tips beri ASI saat pandemi COVID-19
Baca juga: Bayi kurang ASI eksklusif bisa turunkan potensi Bifidobacterium
"Jika kita mendukung ibu menyusui maka kita juga mengurangi polusi udara, air, dan tanah," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Sebab, kata dia, ASI adalah makanan alami yang diproduksi dan diberikan pada anak tanpa mengakibatkan polusi, tanpa kemasan dan limbah.
Fenny yang juga konselor laktasi tersebut mengatakan sesuai dengan tema Pekan Menyusui Sedunia 2020, Dukung Menyusui untuk Bumi yang Lebih Sehat, menyusui juga menjamin ketahanan pangan bagi generasi muda pada kondisi gawat darurat maupun kondisi bencana alam.
Baca juga: Menko PMK: Pembangunan manusia dimulai dari prenatal dan ASI
Baca juga: Alternatif beri ASI masa pandemi COVID-19 jika sulit menyusui langsung
Oleh karena itu, Fenny mengajak masyarakat untuk memberikan dukungan menyusui khususnya di masa pandemi COVID-19.
Pandemi COVID-19 menurunkan aktivitas Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dimana kunjungan ibu hamil dibatasi sehingga layanan konseling laktasi sebelum melahirkan yang merupakan salah satu kunci keberhasilan menyusui juga terhambat.
Kemudian belum lagi ibu melahirkan yang positif COVID-19 yang membuat IMD tidak berjalan karena menghindari kontak erat dengan ibu sehingga menyusui sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi juga tak terlaksana.
"Demikian pula pemberian ASI perah yang sulit terlaksana," katanya.
Senada dengan itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi mengatakan menyusui harus menjadi prioritas dalam kondisi apapun sebagai pilihan utama asupan nutrisi untuk bayi.
"Hanya saja keterbatasan saat ini adalah terkait edukasi menyusui dan IMD secara langsung. Tapi kami sebagai bidan memiliki solusi terkait edukasi ini melalui digital seperti kelas daring (online) atau webinar," kata Emi.
Lebih lanjut Emi mengemukakan bahwa IMD merupakan langkah awal kesuksesan menyusui untuk enam bulan ke depan atau masa pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu, IBI mendorong edukasi dan akses informasi seputar IMD bagi ibu hamil yang juga didukung oleh suami dan keluarga.
"Penting juga memberikan dukungan psikologis bagi ibu agar tidak stres dan tetap bahagia utamanya dukungan dari suami dan keluarga," katanya.*
Baca juga: Pekan Menyusui Sedunia, ini tips beri ASI saat pandemi COVID-19
Baca juga: Bayi kurang ASI eksklusif bisa turunkan potensi Bifidobacterium
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: