Jakarta (ANTARA) - Pelestarian harimau sumatera dinilai memiliki tantangan yang berat karena hewan tersebut tidak hanya tinggal di kawasan konservasi, tetapi juga berkeliaran di luar kawasan konservasi, salah satunya tersebar di dalam konsesi hutan tanaman industri (HTI).

Untuk itu, sektor swasta terutama di bidang kehutanan perlu dilibatkan dalam upaya konservasi agar dapat memberi peluang bagi harimau sumatera untuk bertahan hidup jangka panjang dan terhindar dari kepunahan. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno dalam keterangannya di Jakarta, Senin, menyebutkan lebih dari 70 persen habitat harimau di Sumatera berada di luar kawasan konservasi.

“Distribusi dan areal jelajah harimau sumatera tumpang tindih dengan konsesi kehutanan,” kata dia.

Menurutnya, perlu kombinasi antara konservasi insitu atau usaha pelestarian alam yang dilakukan dalam habitat aslinya dengan konservasi eksitu atau pelestarian alam yang dilakukan di luar habitat aslinya.

“Upaya insitu dan eksitu untuk mengetahui cara membangun, merehabilitasi dan pemanfaatan berkelanjutan,” ujarnya.

Baca juga: Pusat konservasi harimau sumatera dibangun di GSK Riau

Ia menjelaskan problem terbesar kerusakan lingkungan dan kematian harimau sumatera ada di faktor manusia. Pada 2020, ditemukan 700 jerat yang dipasang warga di sekitar kawasan konsesi.

Sementara itu, APP Sinar Mas merupakan salah satu perusahaan swasta yang berinisiatif mengedepankan konsesi HTI ramah konservasi harimau sumatera.

“Konsesi HTI ramah konvervasi harimau sumatera tujuannya agar terjadi satu sinergi dan hidup berdampingan dalam HTI dan konservasi satwa liar,” kata Head of Conservation APP Sinar Mas Dolly Priatna.

Dia menjelaskan APP Sinar Mas mengawali program HTI ramah konsesi harimau sumatera dengan komitmen Sustainability Roadmap Vision (SVR) 2020 dan Forest Conservation Policy (FCP), termasuk rantai pasoknya dari konsesi HTI.

Untuk mewujudkan konservasi satwa, APP Sinar Mas menerapkan lima langkah stategis Sharing Space, Provide Connectivity dan Minimize HEC with Fatalies, Best Management Pratices (BMP) dan Landscape Scale.

"Harimau sumatera punya wilayah jelajah yang luas. Harus ada koordinasi dan kerja sama di semua sektor. Optimistis potensi untuk menyelamatkan harimau sumatera di luar kawasan konservasi sangat besar,” katanya.

Baca juga: Usai terkam ternak, BKSDA Sumbar tangkap harimau sumatera

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono mengatakan bahwa hampir 99 persen harimau sumatera berada di luar kawasan konservasi, terlebih banyaknya konflik harimau sumatera dan manusia.

“Ini harus jadi perhatian, tidak mungkin kami bekerja sendirian menangani konflik ini. Karena hampir semuanya berada di luar wilayah konsesi. Kita harus bersama-sama menangani konflik,” ujar dia.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Iman Santoso menyebutkan lebih dari 70 persen habitat harimau di Sumatera berada di luar kawasan konservasi. Dalam hal ini distribusi dan areal jelajah harimau sumatera tumpang tindih dengan konsesi kehutanan.

"Pada areal konsesi perlu dialokasikan koridor satwa dan yang terpenting perlu pelibatan pihak swasta terutama di sektor kehutanan dalam mendukung konservasi harimau sumatera di luar kawasan konservasi yang terintegrasi pada skala bentang alam,” kata dia.

Baca juga: KLHK beri 47 penghargaan terkait penanganan konflik harimau di Riau
Baca juga: Alih fungsi kawasan hutan ancaman terbesar bagi harimau sumatera