New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena investor melakukan short covering setelah penurunan bulanan terbesar dalam mata uang tersebut dalam sepuluh tahun terakhir.
Indeks dolar jatuh 4,1 persen untuk Juli, persentase penurunan bulanan terbesar sejak September 2010, dengan sebagian besar penurunan datang dalam 10 hari terakhir karena kasus virus corona baru melonjak di beberapa negara bagian AS dan beberapa data terbaru menunjukkan pemulihan ekonomi melemah.
Baca juga: Harga emas "rebound" 19,1 dolar AS, investor kembali memburu aset aman
Pada Jumat (31/7/2020), dolar sebagian besar mempertahankan kenaikan setelah data menunjukkan pengeluaran konsumen yang disesuaikan ditarik keluar dari lubang dalam April, tetapi tetap di bawah level prapandemi, dan mata uang menguat ketika sesi berlalu.
Setelah meluncur ke serendah 92,539 sebelumnya, terendah sejak Mei 2018, indeks dolar terakhir naik 0,6 persen pada 93,377.
"Anda memiliki dolar yang masuk ke penurunan sangat serius selama sebulan," kata Boris Schlossberg, direktur pelaksana strategi valas di BK Asset Management di New York, dikutip dari Reuters.
"Suku bunga bergerak turun, dan itu membuat dolar jauh kurang menarik sebagai pemain imbal hasil, tetapi (juga) pasar mulai menjadi sadar akan risiko politik pada dolar."
"Hari ini, kita hanya melihat sedikit short covering, dan sedikit penghindaran risiko selalu menciptakan aliran ke dalam dolar."
Pada Kamis (30/7/2020), kepercayaan terhadap dolar dirusak setelah Presiden AS Donald Trump meningkatkan kemungkinan menunda pemilihan presiden 3 November.
Euro berada di 1,1786 dolar AS, melemah 0,51 persen. Mata uang tunggal sedikit digerakkan oleh data yang menunjukkan ekonomi zona euro mencatat rekor kontraksi terdalam pada kuartal kedua sementara inflasi blok tiba-tiba naik pada Juli.
Euro diperdagangkan di bawah 1,10 dolar pada Mei, tetapi setelah para pemimpin Uni Eropa menyetujui pada bulan ini untuk dana pemulihan ekonomi 750 miliar euro -- sementara juga mengambil utang bersama dalam dorongan besar untuk kerja sama regional -- banyak investor melakukan pemanasan kembali ke mata uang tersebut.
Pada basis perdagangan-tertimbang, euro berada pada level tertinggi sejak 2014.
Penurunan dolar bulan ini telah menciptakan ruang untuk rebound dalam mata uang yang terpukul keras pada Maret itu, ketika investor bergegas ke mata uang aman greenback karena kepanikan terhadap virus corona yang mencengkeram pasar.
Terhadap yen Jepang, dolar sebelumnya mencapai level terendah empat setengah bulan tetapi terakhir bertahan di 105,77 yen atau menguat 1,0 persen. Sementara itu pound Inggris berada di 1,3097 dolar, naik 0,03 persen.
Baca juga: Minyak raih kenaikan bulanan saat AS laporkan rekor penurunan produksi
Dolar naik, tetapi catat penurunan bulanan terbesar dalam satu dekade
1 Agustus 2020 12:08 WIB
Mata uang dolar AS. ANTARA/REUTERS/Lee Jae-Won/pri.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: