Tokyo mungkin nyatakan darurat jika kasus corona memburuk
31 Juli 2020 20:05 WIB
Gubernur Tokyo Yuriko Koike memberikan keterangan pers tentang kewaspadaan penyebaran virus corona baru di tengah merebaknya COVID-19 di Tokyo, Jepang, Rabu (15/7/2020). Tokyo menaikan tingkat kewaspadaannya terhadap penyebaran virus corona baru (COVID-19) ke level merah tertinggi pada Rabu (15/7), menyusul kekhawatiran atas lonjakan kasus terkonfirmasi positif baru-baru ini, yang dideskripsikan oleh Gubernur Tokyo Yuriko Koike sebagai situasi yang agak parah. ANTARA FOTO/Kyodo/via RUTERS/wsj.
Tokyo (ANTARA) - Pemerintah Tokyo kemungkinan akan menyatakan keadaan darurat jika kasus virus corona di ibu kota Jepang itu terus memburuk, demikian diperingatkan gubernurnya, Jumat.
Peringatan muncul pada saat perdebatan semakin dalam soal langkah-langkah apa yang harus diambil dalam menghadapi lonjakan kasus baru penularan virus penyebab penyakit COVID-19 itu.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike pada Jumat mengonfirmasi 463 kasus baru corona. Jumlah itu merupakan angka tertinggi baru dalam satu hari.
Koike juga memohon warga untuk mengikuti pedoman kesehatan untuk menghentikan penyebaran virus.
"Kalau situasinya memburuk, Tokyo terpaksa harus mempertimbangkan untuk menyatakan status darurat," kata Koike saat konferensi pers.
"Kita memasuki masa liburan musim panas, ketika orang-orang biasanya membuat rencana pesiar dan mengunjungi berbagai acara, tapi sayangnya musim panas kali ini akan berbeda dibandingkan tahun biasanya."
Pernyataan Koike itu bergaung kembali setelah tiga bulan lalu ia meminta para warga untuk tinggal di rumah semasa liburan Pekan Emas pada akhir April-awal Mei, ketika Jepang berada di bawah status darurat nasional.
Pemerintah mencabut status tersebut pada akhir Mei setelah Jepang tampaknya sudah dapat membendung wabah itu. Pemerintah menggembar-gemborkan kebiasaan mengenakan masker serta kemampuan sistem kesehatan sebagai faktor-faktor yang membantu negara itu bisa lebih baik menangani pandemi corona dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat.
Namun, virus itu telah muncul lagi dalam gelombang baru yang mengkhawatirkan, terutama dalam sepekan belakangan ini, ketika pemerintah meluncurkan program pemberian subsidi kontroversial Go To Travel. Program tersebut diniatkan untuk menghidupkan kembali industri pariwisata domestik.
Jumlah kasus harian COVID-19 di Jepang mencetak rekor baru pada Kamis (30/7). Virus menyebar secara cepat, tidak hanya di Jepang melainkan juga di wilayah-wilayah lain.
Berbeda dengan sikap gubernur Tokyo, Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suge menekankan sikap pemerintah bahwa Jepang tidak perlu menerapkan kembali keadaan darurat di seluruh negeri.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kasus COVID-19 naik, Jepang desak lebih banyak bekerja secara daring
Baca juga: Penundaan Olimpiade Tokyo berpotensi diperpanjang jika virus bermutasi
Baca juga: Penyelenggara: Vaksin virus kunci terselenggaranya Olimpiade pada 2021
Peringatan muncul pada saat perdebatan semakin dalam soal langkah-langkah apa yang harus diambil dalam menghadapi lonjakan kasus baru penularan virus penyebab penyakit COVID-19 itu.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike pada Jumat mengonfirmasi 463 kasus baru corona. Jumlah itu merupakan angka tertinggi baru dalam satu hari.
Koike juga memohon warga untuk mengikuti pedoman kesehatan untuk menghentikan penyebaran virus.
"Kalau situasinya memburuk, Tokyo terpaksa harus mempertimbangkan untuk menyatakan status darurat," kata Koike saat konferensi pers.
"Kita memasuki masa liburan musim panas, ketika orang-orang biasanya membuat rencana pesiar dan mengunjungi berbagai acara, tapi sayangnya musim panas kali ini akan berbeda dibandingkan tahun biasanya."
Pernyataan Koike itu bergaung kembali setelah tiga bulan lalu ia meminta para warga untuk tinggal di rumah semasa liburan Pekan Emas pada akhir April-awal Mei, ketika Jepang berada di bawah status darurat nasional.
Pemerintah mencabut status tersebut pada akhir Mei setelah Jepang tampaknya sudah dapat membendung wabah itu. Pemerintah menggembar-gemborkan kebiasaan mengenakan masker serta kemampuan sistem kesehatan sebagai faktor-faktor yang membantu negara itu bisa lebih baik menangani pandemi corona dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat.
Namun, virus itu telah muncul lagi dalam gelombang baru yang mengkhawatirkan, terutama dalam sepekan belakangan ini, ketika pemerintah meluncurkan program pemberian subsidi kontroversial Go To Travel. Program tersebut diniatkan untuk menghidupkan kembali industri pariwisata domestik.
Jumlah kasus harian COVID-19 di Jepang mencetak rekor baru pada Kamis (30/7). Virus menyebar secara cepat, tidak hanya di Jepang melainkan juga di wilayah-wilayah lain.
Berbeda dengan sikap gubernur Tokyo, Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suge menekankan sikap pemerintah bahwa Jepang tidak perlu menerapkan kembali keadaan darurat di seluruh negeri.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kasus COVID-19 naik, Jepang desak lebih banyak bekerja secara daring
Baca juga: Penundaan Olimpiade Tokyo berpotensi diperpanjang jika virus bermutasi
Baca juga: Penyelenggara: Vaksin virus kunci terselenggaranya Olimpiade pada 2021
Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020
Tags: