Medan (ANTARA News) - Lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) di Sumatera Utara dinilai belum mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha dan industri. Komite Tetap Pembinaan Asosiasi dan Himpunan Kadin Sumut, TF Simbolon, di Medan, Kamis, mengakui setiap tahunnya dunia pendidikan melahirkan ribuan lulusan yang siap bersaing di bursa kerja.

Namun dari sekian banyak lulusan tersebut, menurut dia, tidak seluruhnya dapat tertampung di dunia usaha dan industri.

"Sebagian melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan sebagian lagi terpaksa menganggur. Sebagian lulusan SMK atau lulusan sekolah lainnya belum mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha dan industri karena belum disertifikasi dan tidak diuji lagi kemampuannya melalui Badan Koordinasi Sertifikasi Provinsi (BKSP)," katanya.

Ia mengatakan, masalah sumber daya manusia (SDM) memang menjadi faktor kunci dalam reformasi ekonomi yakni menciptakan SDM yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.

"Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, hambatan kultural kurikulum sekolah dan pasar kerja, " katanya.

Dunia industri terus berusaha memicu birokrasi dunia usaha dan industri seperti di Jawa Tengah. Di daerah itu, setelah ada BKSP, para lulusan siap pakai sudah dapat menembus birokrasi.

"Di Jawa tengah kalau mau mendapatkan kerja cukup hanya dengan melampirkan sertifikat, tidak lagi harus dengan ijazah baik itu SMA, SMK dan S1 saat melamar kerja, " katanya.

Dunia industri saat ini, lanjutnya, belum menerima lulusan siap pakai. Artinya banyak dunia industri saat ini harus mendidik langsung para tenaga kerjanya sebelum benar-benar siap dilepas.

"Ini namanya pemborosan, seharusnya calon tenaga kerja itu sudah memiliki kemampuan yang diharapkan sebelum benar-benar terjun ke lapangan. Nah, supaya efesiensi nanti ada lembaga profesi sertifikasi yang menata ini," katanya. (*)