BKBH Unram temukan kejanggalan dalam kasus gantung diri mahasiswi LNS
31 Juli 2020 04:52 WIB
Foto dok. Salah satu adegan petugas melakukan olah TKP kasus penemuan jenazah perempuan gantung diri di salah satu rumah yang ada di Perumahan Royal Mataram, kawasan Lingkar Selatan, Kota Mataram, NTB. (ANTARA/Dhimas B.P.)
Mataram (ANTARA) - Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH) Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, menemukan kejanggalan dalam kasus tewasnya seorang mahasiswi berinisial LNS (23) yang ditemukan dengan kondisi gantung diri.
Penasihat Hukum keluarga LNS, Yan Mangandar di Mataram, Kamis (30/7), mengatakan, adanya kejanggalan ditemukan berdasarkan hasil gelar barang bukti bersama timnya dan keluarga korban.
"Jadi bukan saja (luka memar) di leher, tetapi juga ada ditemukan di bagian lain badannya. Seperti di ketiak kiri dan kanan, dada atas, dan bagian perut ditemukan luka memar dan luka lecet," kata Yan Mangandar.
Selain menemukan kejanggalan tersebut, pihak keluarganya juga menepis kabar bahwa mahasiswi yang baru diterima lulus di Magister Fakultas Hukum Unram ini bunuh diri karena hamil di Luar nikah.
Hal itu diyakinkan Yan Mangandar berdasarkan keterangan keluarganya yang mengatakan bahwa LNS sebelum dikabarkan lima hari menghilang dari rumah, baru saja selesai melakukan pendakian ke gunung.
"Tidak masuk akal kalau orang sedang hamil bisa naik gunung," ujarnya.
Baca juga: Tim SAR berjuang 9 jam gagalkan warga Lombok akan bunuh diri
Baca juga: Pasien positif COVID-19 diduga bunuh diri di RSU Haji Surabaya
Bahkan orang tua korban juga mengetahui kalau LNS pernah menyuruh keponakannya membelikan pembalut.
"Kalau orang hamil, tidak mungkin kan membeli pembalut," ucap Yan.
Selain itu, pihaknya juga melihat dari karakter korban yang pendiam dan mandiri karena LNS dikatakan hidup dari keluarga berada, anak dari seorang purnawirawan Polri berpangkat melati dua.
"Korban juga dikenal sebagai orang yang pintar dan berprestasi. Sehari sebelum ditemukan meninggal, LNS sudah diterima lulus di Magister Fakultas Hukum Unram. Jadi kami rasa, sekecewa apapun dia, tidak mungkin mengambil jalur bunuh diri," katanya.
Karena itu, Yan Mangandar menepis kesan negatif yang muncul dari kasus ini. LNS diyakini bukan tewas karena frustasi dengan kehamilannya yang juga diiringi kabar pacarnya, Rio akan meninggalkan dia untuk melanjutkan S2 di Yogyakarta, Jawa Tengah.
"Jadi kesannya itu harus diluruskan. Kami mewakili pihak keluarga membantah bahwa LNS meninggal dalam kondisi hamil. Dugaan kami, korban ini dibunuh," ucapnya.
Baca juga: Keprihatinan kasus bunuh diri mahasiswa di Kaltim
Baca juga: Polisi simpulkan editor Metro TV meninggal akibat bunuh diri
Dari temuan ini, Yan Mangandar juga mendorong aparat kepolisian untuk segera melakukan autopsi jenazahnya agar penyebab kematiannya dapat terungkap dengan jelas.
"Supaya tidak memunculkan isu negatif terhadap korban, autopsi harus segera dilakukan. Kalau semakin lama, akan semakin sulit ditemukan (fakta)," kata Yan.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Mataram AKP Kadek Adi Budi Astawa mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit Bhayangkara Mataram terkait permintaan keluarga korban untuk dilakukan autopsi jenazah.
Bahkan nantinya dalam proses autopsi, kata dia, akan ada perbantuan juga dari dokter Rumah Sakit Unram. "Jadi kita tinggal menunggu jadwal saja," kata Kadek.
Terkait dugaan adanya kekerasan tersebut, Kadek menegaskan bahwa hal itu perlu didalami lagi dan dikuatkan berdasarkan alat bukti.
Masyarakat jagat maya di wilayah Kota Mataram pada akhir pekan lalu, dihebohkan dengan temuan jenazah perempuan gantung diri.
Penemuan itu terungkap pada Sabtu sore (25/7), sekitar pukul 16.30 Wita, di salah satu rumah yang ada di Perumahan Royal Mataram, kawasan Lingkar Selatan, Kota Mataram.
Perempuan yang belakangan diketahui beridentitas seorang mahasiswi berinisial LNS ditemukan dalam keadaan mengenaskan, yakni tergantung seutas tali jemuran di dalam rumah.
Baca juga: Oknum Polisi di Sumut tembak diri sendiri hingga tewas
Baca juga: Seorang anggota Sabhara Polda Sumut tewas gantung diri
Penasihat Hukum keluarga LNS, Yan Mangandar di Mataram, Kamis (30/7), mengatakan, adanya kejanggalan ditemukan berdasarkan hasil gelar barang bukti bersama timnya dan keluarga korban.
"Jadi bukan saja (luka memar) di leher, tetapi juga ada ditemukan di bagian lain badannya. Seperti di ketiak kiri dan kanan, dada atas, dan bagian perut ditemukan luka memar dan luka lecet," kata Yan Mangandar.
Selain menemukan kejanggalan tersebut, pihak keluarganya juga menepis kabar bahwa mahasiswi yang baru diterima lulus di Magister Fakultas Hukum Unram ini bunuh diri karena hamil di Luar nikah.
Hal itu diyakinkan Yan Mangandar berdasarkan keterangan keluarganya yang mengatakan bahwa LNS sebelum dikabarkan lima hari menghilang dari rumah, baru saja selesai melakukan pendakian ke gunung.
"Tidak masuk akal kalau orang sedang hamil bisa naik gunung," ujarnya.
Baca juga: Tim SAR berjuang 9 jam gagalkan warga Lombok akan bunuh diri
Baca juga: Pasien positif COVID-19 diduga bunuh diri di RSU Haji Surabaya
Bahkan orang tua korban juga mengetahui kalau LNS pernah menyuruh keponakannya membelikan pembalut.
"Kalau orang hamil, tidak mungkin kan membeli pembalut," ucap Yan.
Selain itu, pihaknya juga melihat dari karakter korban yang pendiam dan mandiri karena LNS dikatakan hidup dari keluarga berada, anak dari seorang purnawirawan Polri berpangkat melati dua.
"Korban juga dikenal sebagai orang yang pintar dan berprestasi. Sehari sebelum ditemukan meninggal, LNS sudah diterima lulus di Magister Fakultas Hukum Unram. Jadi kami rasa, sekecewa apapun dia, tidak mungkin mengambil jalur bunuh diri," katanya.
Karena itu, Yan Mangandar menepis kesan negatif yang muncul dari kasus ini. LNS diyakini bukan tewas karena frustasi dengan kehamilannya yang juga diiringi kabar pacarnya, Rio akan meninggalkan dia untuk melanjutkan S2 di Yogyakarta, Jawa Tengah.
"Jadi kesannya itu harus diluruskan. Kami mewakili pihak keluarga membantah bahwa LNS meninggal dalam kondisi hamil. Dugaan kami, korban ini dibunuh," ucapnya.
Baca juga: Keprihatinan kasus bunuh diri mahasiswa di Kaltim
Baca juga: Polisi simpulkan editor Metro TV meninggal akibat bunuh diri
Dari temuan ini, Yan Mangandar juga mendorong aparat kepolisian untuk segera melakukan autopsi jenazahnya agar penyebab kematiannya dapat terungkap dengan jelas.
"Supaya tidak memunculkan isu negatif terhadap korban, autopsi harus segera dilakukan. Kalau semakin lama, akan semakin sulit ditemukan (fakta)," kata Yan.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Mataram AKP Kadek Adi Budi Astawa mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit Bhayangkara Mataram terkait permintaan keluarga korban untuk dilakukan autopsi jenazah.
Bahkan nantinya dalam proses autopsi, kata dia, akan ada perbantuan juga dari dokter Rumah Sakit Unram. "Jadi kita tinggal menunggu jadwal saja," kata Kadek.
Terkait dugaan adanya kekerasan tersebut, Kadek menegaskan bahwa hal itu perlu didalami lagi dan dikuatkan berdasarkan alat bukti.
Masyarakat jagat maya di wilayah Kota Mataram pada akhir pekan lalu, dihebohkan dengan temuan jenazah perempuan gantung diri.
Penemuan itu terungkap pada Sabtu sore (25/7), sekitar pukul 16.30 Wita, di salah satu rumah yang ada di Perumahan Royal Mataram, kawasan Lingkar Selatan, Kota Mataram.
Perempuan yang belakangan diketahui beridentitas seorang mahasiswi berinisial LNS ditemukan dalam keadaan mengenaskan, yakni tergantung seutas tali jemuran di dalam rumah.
Baca juga: Oknum Polisi di Sumut tembak diri sendiri hingga tewas
Baca juga: Seorang anggota Sabhara Polda Sumut tewas gantung diri
Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: