Jakarta, (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia selama Oktober 2009 dan Januari-Oktober 2009 mengalami surplus, meski kinerja ekspor dan impor Indonesia 2009 menurun.

Neraca perdagangan Indonesia selama Oktober 2009 sekitar 2,41 miliar dolar AS, sedangkan neraca perdagangan selama Januari-Oktober 2009 mencapai 14,27 miliar dolar AS, kata Kepala BPS, Rusman Heriawan, di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan, surplus perdagangan meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni dari Januari-Oktober 2008 yang hanya 6,04 miliar dolar AS. Sedangkan pada Januari-Oktober 2009 surplus perdagangan sebesar 14,27 miliar dolar AS.

"Jadi nilai surplus lebih dari dua kali lipat," katanya seraya menambahkan untuk ekspor selama Januari-Oktober 2009 mencapai 92,03 miliar dolar atau turun 22,31 persen dibanding periode yang sama 2008.

Ekspor nonmigas mencapai 78,24 miliar dolar AS atau menurun 15,13 persen. Sementara impor selama Oktober 2009 mencapai 9,47 miliar dolar AS atau meningkat 11,16 persen dibanding September 2009 yang besarnya 8,52 miliar dolar AS.

Secara kumulatif, nilai impor selama Januari-Oktober 2009 mencapai 77,75 miliar dolar AS atau turun 30,84 persen dibanding periode yang sama 2008. Impor nonmigas dalam periode tersebut mencapai 7,55 miliar dolar AS atau meningkat 22,87 persen dibanding impor September 2009.

Sedangkan selama Januari-Oktober 2009 impor nonmigas 62,70 miliar atau turun 25,57 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Impor, menurut golongan penggunaan barang selama Januari-Oktober 2009 dibandingkan periode yang sama tahun lalu mengalami penurunan untuk semua golongan yakni impor barang konsumsi 24,99 persen, bahan baku/penolong sebesar 36,33 persen dan barang modal 5,49 persen.

Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama periode Januari-Oktober 2009 ditempati China senilai 10,76 miliar dolar AS dengan pangsa 17,16 persen, diikuti Jepang 7,90 miliar (12,60 persen), dan Singapura 7,67 miliar dolar AS (12,24 persen).

Sementara impor nonmigas dari ASEAN mencapai 23,54 persen dan Uni Eropa sebesar 11,19 persen.(*)