Bangkok (ANTARA News/AFP) - Asia dan Pasifik memimpin pemulihan ekonomi global setelah krisis keuangan, tetapi masih ada ketidakpastian besar tentang luas dan ketahanan dari kebangkitan tersebut, sebuah survei PBB mengatakan Senin.

Laporan memperkirakan pertumbuhan kuat sebesar 6,3 persen pada 2010 di seluruh kawasan, yang berisi sekitar separuh dari populasi dunia, tetapi mengatakan negara-negara itu masih tergantung pada pemulihan di pasar Amerika Serikat dan Eropa untuk meningkatkan ekspor penting.

Pemerintah harus meningkatkan kerja sama regional untuk melindungi terhadap krisis masa depan dan tidak menarik paket-paket stimulus prematur, kata laporan terbaru akhir tahun PBB pada

Survei Ekonomi dan Sosial Asia dan Pasifik 2009.

"Segala sesuatu pasti terlihat lebih baik dari awal tahun ini," kata Nagesh Kumar, kepala ekonom Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik, pada peluncuran laporan di Bangkok.

Namun dia menambahkan bahwa "setelah terjadinya krisis (ekonomi global) telah mengungkapkan penggantian sumbu pertumbuhan global ke dalam wilayah ini dan kebutuhan untuk merancang mekanisme dukungan regional."

Ketakutan yang dipicu oleh masalah utang Dubai -- yang muncul setelah laporan ditulis -- menyoroti perlunya kehati-hatian, penulis laporan mengatakan.

"Itu sebuah pengingat waktu tentang perlunya memperlembut optimisme yang berlebihan," Tiziana Bonapace, kepala seksi dari badan kebijakan ekonomi makro dan analisis PBB, kepada wartawan.

Kumar mengatakan ekonomi Asia-Pasifik memerlukan mesin baru untuk mendorong dan menopang pertumbuhan domestik menjadi lebih kuat terhadap guncangan dari luar kawasan.

Penting untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri, sementara pemerintah harus juga "memperluas dan memperdalam" perjanjian kerjasama ekonomi dan politik regional yang memungkinkan mereka untuk bekerja sama, Kumar menambahkan.

Di antara negara ekonomi utama di kawasan itu, China diperkirakan akan mengalami pertumbuhan tercepat di 2010 pada 9,0 persen, sedangkan India dan Indonesia diperkirakan berturut-turut tumbuh 7,5 persen dan 5,0 persen, kata laporan itu.

Pertumbuhan ini juga diperkirakan di ekonomi-ekonomi yang didorong ekspor, meskipun tidak ke tingkat sebelum krisis, dengan Singapura, Filipina, dan Taiwan masing-masing diproyeksikan tumbuh 3,5 persen, Thailand dengan 3,0 persen dan Malaysia sebesar 2,5 persen, katanya.
(*)