Dokter: Pandemi buat hepatitis A berkurang tapi hepatitis B meningkat
28 Juli 2020 18:58 WIB
Dokter Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr dr Irsan Hasan Sp.PD-KGEH, FINASIM menerangkan mengenai hepatitis A di Kementerian Kesehatan Jakarta, Rabu (4/12/2019). (ANTARA/Aditya Ramadhan)
Jakarta (ANTARA) - Dokter memperkirakan pandemi COVID-19 yang masih terjadi bisa membuat penyakit hepatitis A berkurang namun berisiko meningkatkan potensi penyakit hepatitis B di kemudian hari lantaran imunisasi yang tak tercapai.
Dokter Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr dr Irsan Hasan Sp.PD-KGEH, FINASIM dalam keterangannya pada peringatan Hari Hepatitis Sedunia melalui telekonferensi virtual di Kementerian Kesehatan Jakarta, Selasa, mengatakan kemungkinan menurunnya penyakit hepatitis A dikarenakan pola hidup masyarakat yang lebih sehat saat pandemi.
Hepatitis A yang merupakan penyakit peradangan hati akibat bakteri bisa menginfeksi manusia bila tidak menjalankan pola hidup bersih dan sehat. Bakteri atau parasit yang menyebabkan hepatitis A masuk ke tubuh melalui mulut ketika seseorang mengonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi.
Baca juga: Di masa pandemi, upaya pencegahan dan imunisasi hepatitis menurun
Baca juga: PPHI: Angka pemulihan bayi terinfeksi Hepatitis B hanya 10 persen
Kejadian luar biasa (KLB) hepatitis A kerap terjadi di suatu daerah ketika ada sumber makanan yang tercemar dan banyak dimakan oleh kelompok masyarakat. Namun menurut Irsan, kebiasaan masyarakat yang lebih sering mengonsumsi masakan rumahan mengurangi terjadinya penularan penyakit hepatitis A.
"Hepatitis A penularannya dari makanan. Dengan adanya bekerja dari rumah, orang lebih sering makan di rumah jadi lebih bersih, kemungkinan kasus hepatitis A turun," kata Irsan.
Sementara penyakit hepatitis B merupakan peradangan hati yang diakibatkan oleh infeksi virus, bakteri, alkohol, obat-obatan, dan lemak yang berlebih di hati. Hepatitis B bisa menular secara horizontal dengan cara transfusi darah, jarum suntik, atau hubungan seksual.
Akan tetapi kasus paling banyak atau sekitar 80 persen penularan hepatitis B terjadi dari ibu hamil kepada anak yang dikandungnya. Pencegahan penularan hepatitis B tersebut dilakukan dengan cara deteksi dini penyakit hepatitis B bagi ibu hamil dan imunisasi kepada bayi baru lahir dan dilanjutkan hingga tiga kali.
Baca juga: Kalbe Farma edukasi kesehatan peringati Hari Hepatitis Sedunia
Baca juga: Kemenkes paparkan strategi implementasi atasi hepatitis
Menurut Irsan, pandemi membuat sebagian besar masyarakat menjadi takut datang ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya cakupan imunisasi dan anjloknya capaian deteksi dini hepatitis B bagi ibu hamil.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pemeriksaan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil tahun 2019 secara total yaitu 2.576.950 pemeriksaan, sedangkan hingga triwulan dua tahun 2020 pemeriksaan tersebut baru mencapai 724.497 pemeriksaan.
Sedangkan untuk cakupan imunisasi hepatitis untuk anak baru lahir (HB-0) pada periode Januari hingga Juni baru 40 persen. Padahal seharusnya cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir diikuti imunisasi hepatitis B 1, 2, dan 3 harus mencapai 80 hingga 90 persen.
Baca juga: Kemenkes: Pemutusan penularan Hepatitis B ibu ke anak jadi prioritas
Baca juga: Tak semua penderita hepatitis harus minum obat antivirus
Dokter Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr dr Irsan Hasan Sp.PD-KGEH, FINASIM dalam keterangannya pada peringatan Hari Hepatitis Sedunia melalui telekonferensi virtual di Kementerian Kesehatan Jakarta, Selasa, mengatakan kemungkinan menurunnya penyakit hepatitis A dikarenakan pola hidup masyarakat yang lebih sehat saat pandemi.
Hepatitis A yang merupakan penyakit peradangan hati akibat bakteri bisa menginfeksi manusia bila tidak menjalankan pola hidup bersih dan sehat. Bakteri atau parasit yang menyebabkan hepatitis A masuk ke tubuh melalui mulut ketika seseorang mengonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi.
Baca juga: Di masa pandemi, upaya pencegahan dan imunisasi hepatitis menurun
Baca juga: PPHI: Angka pemulihan bayi terinfeksi Hepatitis B hanya 10 persen
Kejadian luar biasa (KLB) hepatitis A kerap terjadi di suatu daerah ketika ada sumber makanan yang tercemar dan banyak dimakan oleh kelompok masyarakat. Namun menurut Irsan, kebiasaan masyarakat yang lebih sering mengonsumsi masakan rumahan mengurangi terjadinya penularan penyakit hepatitis A.
"Hepatitis A penularannya dari makanan. Dengan adanya bekerja dari rumah, orang lebih sering makan di rumah jadi lebih bersih, kemungkinan kasus hepatitis A turun," kata Irsan.
Sementara penyakit hepatitis B merupakan peradangan hati yang diakibatkan oleh infeksi virus, bakteri, alkohol, obat-obatan, dan lemak yang berlebih di hati. Hepatitis B bisa menular secara horizontal dengan cara transfusi darah, jarum suntik, atau hubungan seksual.
Akan tetapi kasus paling banyak atau sekitar 80 persen penularan hepatitis B terjadi dari ibu hamil kepada anak yang dikandungnya. Pencegahan penularan hepatitis B tersebut dilakukan dengan cara deteksi dini penyakit hepatitis B bagi ibu hamil dan imunisasi kepada bayi baru lahir dan dilanjutkan hingga tiga kali.
Baca juga: Kalbe Farma edukasi kesehatan peringati Hari Hepatitis Sedunia
Baca juga: Kemenkes paparkan strategi implementasi atasi hepatitis
Menurut Irsan, pandemi membuat sebagian besar masyarakat menjadi takut datang ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya cakupan imunisasi dan anjloknya capaian deteksi dini hepatitis B bagi ibu hamil.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pemeriksaan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil tahun 2019 secara total yaitu 2.576.950 pemeriksaan, sedangkan hingga triwulan dua tahun 2020 pemeriksaan tersebut baru mencapai 724.497 pemeriksaan.
Sedangkan untuk cakupan imunisasi hepatitis untuk anak baru lahir (HB-0) pada periode Januari hingga Juni baru 40 persen. Padahal seharusnya cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir diikuti imunisasi hepatitis B 1, 2, dan 3 harus mencapai 80 hingga 90 persen.
Baca juga: Kemenkes: Pemutusan penularan Hepatitis B ibu ke anak jadi prioritas
Baca juga: Tak semua penderita hepatitis harus minum obat antivirus
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: