ISI Denpasar miliki dua guru besar baru
28 Juli 2020 17:29 WIB
Gubernur Bali Wayan Koster saat menghadiri acara pengukuhan dua guru besar di ISI Denpasar, didampingi Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum (Antaranews Bali/Dok ISI/2020)
Denpasar (ANTARA) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mengukuhkan dua guru besar baru dalam Dies Natalis XVII yang dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster yang acaranya dipadukan antara kegiatan langsung dan virtual.
"Meskipun yang hadir di gedung ini hanya 100 orang, tetapi bisa disaksikan ribuan atau jutaan orang lewat akun media sosial dan YouTube. Inilah salah satu kreativitas yang lahir dari pandemi. Kita semua harus kreatif menghadapi tatanan kehidupan era baru," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum dalam acara Dies Natalis XVII itu, di Denpasar, Selasa.
Dua profesor baru di kampus seni 'plat merah' yang dikukuhkan itu adalah Prof Dr Drs I Gede Mugi Raharja, MSn sebagai guru besar tetap bidang Ilmu Desain Interior dan Prof Dr I Wayan Adnyana, SSn,MSn, bidang Ilmu Sejarah Seni Rupa. Dengan demikian, ISI Denpasar kini memiliki sembilan profesor dari berbagai disiplin ilmu.
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Natya Mandala itu terasa spesial karena dihadiri Wayan Koster, Gubernur Bali sekaligus Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar, Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Ketua PHDI Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, seluruh mantan pimpinan ISI Denpasar, saat berstatus akademi maupun sekolah tinggi, serta undangan lain.
Baca juga: Bali perlu memiliki protokol pertunjukan seni di masa normal baru
Prof Arya menambahkan, di tengah pandemi COVID-19 saat ini, kreativitas bidang penciptaan virtual juga menjadi tren baru. Sesuatu yang riil kini bisa divirtualkan, begitupula sebaliknya, sehingga produktivitas seniman tetap terjaga.
Dalam satu tahun terakhir, lanjut dia, capaian Tri Dharma Perguruan Tinggi di ISI Denpasar sejatinya berlangsung normal bahkan sederet prestasi prestisius berhasil diraih.
Namun kegiatan berupa pengabdian kepada masyarakat ke desa adat ditiadakan sementara akibat COVID-19. Begitupun proses perkuliahan dilaksanakan secara daring sejak Maret 2020. Tetapi pihaknya telah memberikan bantuan kuota internet, serta memberi kesempatan relaksasi uang kuliah tunggal kepada seluruh mahasiswa yang terdampak.
Guru besar seni karawitan ini pun mengucapkan terima kasih atas bantuan sosial tunai (BST) dari Gubernur Bali yang menyasar 750 mahasiswa ISI Denpasar.
Prof Arya dalam kesempatan itu juga menyatakan pada Dies Natalis XVIII pada 2021 mendatang, dirinya sudah tidak lagi menjabat rektor di ISI Denpasar karena jabatannya sebagai orang nomor satu di kampus seni negeri yang beralamat di Jalan Nusa Indah, Denpasar itu, akan berakhir pada Maret 2021.
Baca juga: ISI Denpasar datangkan sutradara Julie Taymor beri kuliah umum
Oleh karena itu, momentum Dies Natalis juga digunakan untuk berterima kasih atas dukungan semua pihak, serta memohon maaf atas kekurangan selama ia memimpin kampus dua periode.
Gubernur Bali Wayan Koster yang juga Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar berharap ISI Denpasar menjadi pusat kajian budaya dunia.
"Visi ini sangat relevan dicapai karena dari sisi historis, Bali pernah mengalami era keemasan budaya saat zaman kerajaan Waturenggong. Terlebih, sumber daya manusia di ISI Denpasar sangat mempuni untuk mencapai visi itu," katanya.
Kemudian, sesuai visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Koster menginstruksikan civitas ISI agar lebih intensif turun ke desa-desa adat untuk menggali seni tradisi yang hampir punah karena itulah sesungguhnya kekayaan Bali.
Baca juga: Wagub Bali dikukuhkan jadi profesor di ISI Denpasar
"Kita mengaku kaya dengan budaya. Tetapi kita tidak pernah tahu, tidak pernah hitung berapa kekayaan kita. Itulah salah satu latar belakang terbitnya Perda No 4/2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali. Dan banyak lagi kebijakan saya dengan Pak Wagub yang pro-budaya," katanya.
Gubernur Bali juga menceritakan bahwa dia sudah menjalin hubungan dengan ISI Denpasar (ketika itu ASTI) sejak tahun 1984, saat ia menjadi mahasiswa/Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Kesenian di ITB Bandung. Hubungan itu masih terjalin baik hingga saat ini.
Salah satu bentuk penghormatannya dengan menunjuk Prof Dr I Wayan "Kun" Adnyana sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Kun Adnyana tercatat sebagai orang ISI Denpasar pertama yang menduduki jabatan tersebut.
Baca juga: Pandemi COVID-19, ISI Denpasar tunda agenda internasional
"Meskipun yang hadir di gedung ini hanya 100 orang, tetapi bisa disaksikan ribuan atau jutaan orang lewat akun media sosial dan YouTube. Inilah salah satu kreativitas yang lahir dari pandemi. Kita semua harus kreatif menghadapi tatanan kehidupan era baru," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum dalam acara Dies Natalis XVII itu, di Denpasar, Selasa.
Dua profesor baru di kampus seni 'plat merah' yang dikukuhkan itu adalah Prof Dr Drs I Gede Mugi Raharja, MSn sebagai guru besar tetap bidang Ilmu Desain Interior dan Prof Dr I Wayan Adnyana, SSn,MSn, bidang Ilmu Sejarah Seni Rupa. Dengan demikian, ISI Denpasar kini memiliki sembilan profesor dari berbagai disiplin ilmu.
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Natya Mandala itu terasa spesial karena dihadiri Wayan Koster, Gubernur Bali sekaligus Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar, Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Ketua PHDI Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, seluruh mantan pimpinan ISI Denpasar, saat berstatus akademi maupun sekolah tinggi, serta undangan lain.
Baca juga: Bali perlu memiliki protokol pertunjukan seni di masa normal baru
Prof Arya menambahkan, di tengah pandemi COVID-19 saat ini, kreativitas bidang penciptaan virtual juga menjadi tren baru. Sesuatu yang riil kini bisa divirtualkan, begitupula sebaliknya, sehingga produktivitas seniman tetap terjaga.
Dalam satu tahun terakhir, lanjut dia, capaian Tri Dharma Perguruan Tinggi di ISI Denpasar sejatinya berlangsung normal bahkan sederet prestasi prestisius berhasil diraih.
Namun kegiatan berupa pengabdian kepada masyarakat ke desa adat ditiadakan sementara akibat COVID-19. Begitupun proses perkuliahan dilaksanakan secara daring sejak Maret 2020. Tetapi pihaknya telah memberikan bantuan kuota internet, serta memberi kesempatan relaksasi uang kuliah tunggal kepada seluruh mahasiswa yang terdampak.
Guru besar seni karawitan ini pun mengucapkan terima kasih atas bantuan sosial tunai (BST) dari Gubernur Bali yang menyasar 750 mahasiswa ISI Denpasar.
Prof Arya dalam kesempatan itu juga menyatakan pada Dies Natalis XVIII pada 2021 mendatang, dirinya sudah tidak lagi menjabat rektor di ISI Denpasar karena jabatannya sebagai orang nomor satu di kampus seni negeri yang beralamat di Jalan Nusa Indah, Denpasar itu, akan berakhir pada Maret 2021.
Baca juga: ISI Denpasar datangkan sutradara Julie Taymor beri kuliah umum
Oleh karena itu, momentum Dies Natalis juga digunakan untuk berterima kasih atas dukungan semua pihak, serta memohon maaf atas kekurangan selama ia memimpin kampus dua periode.
Gubernur Bali Wayan Koster yang juga Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar berharap ISI Denpasar menjadi pusat kajian budaya dunia.
"Visi ini sangat relevan dicapai karena dari sisi historis, Bali pernah mengalami era keemasan budaya saat zaman kerajaan Waturenggong. Terlebih, sumber daya manusia di ISI Denpasar sangat mempuni untuk mencapai visi itu," katanya.
Kemudian, sesuai visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Koster menginstruksikan civitas ISI agar lebih intensif turun ke desa-desa adat untuk menggali seni tradisi yang hampir punah karena itulah sesungguhnya kekayaan Bali.
Baca juga: Wagub Bali dikukuhkan jadi profesor di ISI Denpasar
"Kita mengaku kaya dengan budaya. Tetapi kita tidak pernah tahu, tidak pernah hitung berapa kekayaan kita. Itulah salah satu latar belakang terbitnya Perda No 4/2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali. Dan banyak lagi kebijakan saya dengan Pak Wagub yang pro-budaya," katanya.
Gubernur Bali juga menceritakan bahwa dia sudah menjalin hubungan dengan ISI Denpasar (ketika itu ASTI) sejak tahun 1984, saat ia menjadi mahasiswa/Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Kesenian di ITB Bandung. Hubungan itu masih terjalin baik hingga saat ini.
Salah satu bentuk penghormatannya dengan menunjuk Prof Dr I Wayan "Kun" Adnyana sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Kun Adnyana tercatat sebagai orang ISI Denpasar pertama yang menduduki jabatan tersebut.
Baca juga: Pandemi COVID-19, ISI Denpasar tunda agenda internasional
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020
Tags: