Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) Din Syamsuddin mengatakan isu radikalisme agar tidak tendensius menyasar ke umat Islam saja karena sejatinya tidak proporsional.

"Agar isu radikalisme tidak dikembangkan secara sepihak peyoratif tendensius ke Islam. Radikalisme sampai tingkat ekstremisme itu bisa masuk ke berbagai aspek seperti negara, keagamaan, politik, sosial dan sebagainya," kata Din dalam jumpa pers daringnya, Selasa.

Dia mengatakan Wantim MUI memprihatinkan pengembangan narasi radikalisme yang ditujukan kepada umat Islam. Menurut Din, tuduhan Islam adalah radikal merupakan tuduhan sepihak yang tidak berkeadilan.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu mengatakan radikalisme dapat melanda umat manapun dan di agama mana saja. "Radikalisme dan ekstremisme terdapat di setiap lingkaran umat beragama di dunia ini," katanya.

Baca juga: Penguatan ekonomi warga bantu cegah radikalisme
Baca juga: Potensi radikalisme dan ancaman terhadap Pancasila


Din mengatakan radikalisme dan ekstremisme juga tidak melulu karena agama tetapi dapat bermotif ketidakadilan ekonomi yang dilakukan pihak dengan kekuatan ekonomi kemudian menyengsarakan golongan lain yang lebih lemah.

Benih radikalisme, kata dia, dapat berangkat dari kesenjangan ekonomi tersebut. Hal itu termasuk politik dan hukum tanpa keadilan sehingga memicu radikalisme dan ekstremisme.

Maka dari itu, Din mengatakan tuduhan kepada Islam atau pihak lain sebagai radikal dan ekstrem sejatinya bisa malah menerapkan dua tindakan tersebut. Dengan begitu, menyebut radikal dan ekstrem harus secara proporsional.

"Cara menuduh kelompok lain radikal dan ekstrem itu bentuk radikal dan ekstrem itu sendiri," katanya.

Baca juga: Kepala BNPT: Cegah penyebaran radikalisme di perusahaan swasta
Baca juga: Ketua MUI: radikalisme menyimpang dari Islam