Jelang pemilu AS, Hikmahanto katakan RI perlu siapkan kebijakan
28 Juli 2020 16:16 WIB
Tangkapan layar Guru Besar Hukum Internasional UI dan Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani, Hikmahanto Juwana, dalam acara diskusi bertajuk ‘Dampak Pemilu AS terhadap Hubungan RI-AS’ yang digelar secara virtual dari Jakarta, Selasa (28/7/2020). (ANTARA/Aria Cindyara)
Jakarta (ANTARA) - Menjelang pemilihan umum Presiden Amerika Serikat pada November mendatang, Pemerintah RI perlu mempersiapkan kebijakan dan langkah yang akan diambil dalam hubungan dengan negara adidaya tersebut, dengan menimbang para kandidat yang mungkin menang.
“Skenario apapun (siapapun yang menang, red) harus dilakukan dan dibuat. Apabila Donald Trump kembali menang kira-kira apa yang harus dilakukan terutama dalam hubungan dengan AS untuk memastikan bahwa kepentingan Indonesia tidak tergilas,” kata Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, dalam acara diskusi bertajuk ‘Dampak Pemilu AS terhadap Hubungan RI-AS’ yang digelar secara virtual dari Jakarta, Selasa.
Hingga saat ini segala kemungkinan terkait capres partai mana yang akan terpilih masih dapat terjadi, baik petahana Presiden Donald Trump dari Partai Republik, maupun kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden, yang juga mantan wapres masa kepemimpinan Presiden Obama.
Menurut Hikmahanto, proyeksi hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat mungkin akan lebih baik di bawah kepemimpinan Presiden yang memiliki kebijakan internasional yang lebih terbuka dibandingkan dengan Trump.
“Di bawah Biden mungkin akan lebih baik, meskipun Trump memiliki teman-teman bisnis di Indonesia, tetapi belum tentu, saya rasa, sebagai presiden dia akan punya kebijakan-kebijakan yang akan lebih pro ke Indonesia, jadi dalam konteks seperti ini Trump akan melihat kepentingan AS,” paparnya.
Dalam konteks tersebut, Indonesia kemungkinan akan menjalin kerjasama pembangunan dengan berbagai negara lain, tak terkecuali China.
“Sementara pemerintah menghadapi persoalan apabila berhubungan dengan China, lalu bagaimana dengan konstituen domestik, artinya masyarakat Indonesia ada kecenderungan tidak favorable jika kerjasama dengan China. Pemerintah harus juggling kebijakan-kebijakan yang diambil sehingga pembangunan yang ada di Indonesia tetap bisa berjalan dan juga mempertahankan kerjasama dengan negara lain, apabila AS berada di bawah kepemimpinan Trump,” jelasnya.
Meskipun berbagai survei polling saat ini menunjukkan adanya kecenderungan keunggulan bagi Biden, Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani itu mengatakan situasi dapat berubah karena pilpres AS masih lebih dari 90 hari lagi.
Pada 22 Juli lalu, polling opini Reuters/Ipsos menunjukkan keunggulan sebesar 8 poin persentase bagi Capres Partai Demokrat Joe Biden dari Presiden Donald Trump dalam dukungan dari pemilih terdaftar.
Baca juga: Sejarawan sebut Indonesia-AS perlu tingkatkan hubungan masyarakat
Baca juga: RI perkuat hubungan dagang dengan Amerika Serikat
Baca juga: Indonesia-Amerika Serikat peringati 70 tahun hubungan diplomatik
“Skenario apapun (siapapun yang menang, red) harus dilakukan dan dibuat. Apabila Donald Trump kembali menang kira-kira apa yang harus dilakukan terutama dalam hubungan dengan AS untuk memastikan bahwa kepentingan Indonesia tidak tergilas,” kata Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, dalam acara diskusi bertajuk ‘Dampak Pemilu AS terhadap Hubungan RI-AS’ yang digelar secara virtual dari Jakarta, Selasa.
Hingga saat ini segala kemungkinan terkait capres partai mana yang akan terpilih masih dapat terjadi, baik petahana Presiden Donald Trump dari Partai Republik, maupun kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden, yang juga mantan wapres masa kepemimpinan Presiden Obama.
Menurut Hikmahanto, proyeksi hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat mungkin akan lebih baik di bawah kepemimpinan Presiden yang memiliki kebijakan internasional yang lebih terbuka dibandingkan dengan Trump.
“Di bawah Biden mungkin akan lebih baik, meskipun Trump memiliki teman-teman bisnis di Indonesia, tetapi belum tentu, saya rasa, sebagai presiden dia akan punya kebijakan-kebijakan yang akan lebih pro ke Indonesia, jadi dalam konteks seperti ini Trump akan melihat kepentingan AS,” paparnya.
Dalam konteks tersebut, Indonesia kemungkinan akan menjalin kerjasama pembangunan dengan berbagai negara lain, tak terkecuali China.
“Sementara pemerintah menghadapi persoalan apabila berhubungan dengan China, lalu bagaimana dengan konstituen domestik, artinya masyarakat Indonesia ada kecenderungan tidak favorable jika kerjasama dengan China. Pemerintah harus juggling kebijakan-kebijakan yang diambil sehingga pembangunan yang ada di Indonesia tetap bisa berjalan dan juga mempertahankan kerjasama dengan negara lain, apabila AS berada di bawah kepemimpinan Trump,” jelasnya.
Meskipun berbagai survei polling saat ini menunjukkan adanya kecenderungan keunggulan bagi Biden, Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani itu mengatakan situasi dapat berubah karena pilpres AS masih lebih dari 90 hari lagi.
Pada 22 Juli lalu, polling opini Reuters/Ipsos menunjukkan keunggulan sebesar 8 poin persentase bagi Capres Partai Demokrat Joe Biden dari Presiden Donald Trump dalam dukungan dari pemilih terdaftar.
Baca juga: Sejarawan sebut Indonesia-AS perlu tingkatkan hubungan masyarakat
Baca juga: RI perkuat hubungan dagang dengan Amerika Serikat
Baca juga: Indonesia-Amerika Serikat peringati 70 tahun hubungan diplomatik
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020
Tags: