Kemendikbud: SMK-industri harus semakin terintegrasi di masa pandemi
28 Juli 2020 15:48 WIB
Dirjen Pendidikan Sekolah Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Wikan Sakarinto saat meninjau ruang praktik "spa and beauty therapy" di SMKN 6 Yogyakarta, Selasa. (FOTO ANTARA/Luqman Hakim)
Yogyakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Sekolah Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Wikan Sakarinto menilai integrasi atau "pernikahan" antara sekolah menengah kejuruan (SMK) dan industri menjadi kebutuhan mendesak menghadapi masa pandemi COVID-19.
"Kebijakan selama pandemi, justru SMK dan industri harus semakin 'menikah'," kata Wikan saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) "link and match" di SMKN 6 Yogyakarta, Selasa.
Menurut Wikan, pengembangan program "link and match" antara SMK dan industri harus dipandang secara optimistis sebagai langkah mencari solusi agar industri bisa bertahan dengan SDM yang memadai. Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja lulusan SMK di Tanah Air juga semakin optimal.
Baca juga: Kemendikbud: Kurikulum syarat utama dalam "pernikahan massal"
Oleh sebab itu, menurut dia, sejalan dengan misi itu kurikulum SMK juga harus dipastikan menyesuaikan dengan kebutuhan industri dan dunia kerja.
"Kita tidak ingin pesimistis industri hancur di masa pandemi. Industri akan bertahan dan ketika bertahan akan membentuk pola (bisnis) baru sehingga harus 'menikah' (industri dan SMK)," kata dia.
Untuk memastikan pelaksanaan kebijakan "link and match" antara vokasi dengan dunia industri diterapkan di SMK, Wikan melakukan sidak di tiga SMK di Yogyakarta yakni SMKN 6 Yogyakarta, SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta, dan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
"Kita ingin melihat 'link and match' itu cuma di level MoU saja atau sudah sampai ke perjanjian kerja sama 'menikah' dengan industri," kata dia.
Baca juga: Dirjen : Kurikulum vokasi harus disusun bersama dengan industri
Dengan mengunjungi tiga SMK di Yogyakarta, ia dapat menyimpulkan bahwa SMK di daerah ini cukup memahami konsep perkawinan dengan dunia industri.
"Kalau ini sangat paham. Cuma saya masih ingin melihat di daerah lain di luar Yogyakarta yang masih perlu ada sentuhan. Kalau ini memang sangat dekat dengan industri," kata dia.
Ia mencontohkan di SMKN 6 Yogyakarta berhasil menggandeng perusahaan di bidang perhotelan yakni Horison Hotels Group dengan membuka kelas industri serta mendirikan education hotel (Edotel) sebagai sarana pembelajaran siswa.
"Horison saking cocoknya mau nambah 100 kamar di sini. Itu artinya masakan yang mereka bikin cocok bagi konsumen," kata dia.
Kepala SMKN 6 Yogyakarta Wiwik Indriyani mengaku telah mempersiapkan penerapan program "link and match" dengan industri selama dua tahun.
Menurutnya, kerja sama dengan dunia industri tidak cukup sebatas untuk praktik kerja lapangan (PKL) semata, melainkan untuk menyusun kurikulum bersama dengan tujuan meningkatkan keterserapan siswa di dunia kerja.
"Alhamdulillah untuk serapan kerja dan siswa yang melanjutkan kuliah 95 persen lebih. Lainnya mungkin ada yang tidak terlacak," kata dia.
Baca juga: Vokasi Asik gratis untuk korban PHK digelar BPJAMSOSTEK
Baca juga: Mendikbud tegaskan pentingnya sinergi pendidikan vokasi dan pebisnis
"Kebijakan selama pandemi, justru SMK dan industri harus semakin 'menikah'," kata Wikan saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) "link and match" di SMKN 6 Yogyakarta, Selasa.
Menurut Wikan, pengembangan program "link and match" antara SMK dan industri harus dipandang secara optimistis sebagai langkah mencari solusi agar industri bisa bertahan dengan SDM yang memadai. Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja lulusan SMK di Tanah Air juga semakin optimal.
Baca juga: Kemendikbud: Kurikulum syarat utama dalam "pernikahan massal"
Oleh sebab itu, menurut dia, sejalan dengan misi itu kurikulum SMK juga harus dipastikan menyesuaikan dengan kebutuhan industri dan dunia kerja.
"Kita tidak ingin pesimistis industri hancur di masa pandemi. Industri akan bertahan dan ketika bertahan akan membentuk pola (bisnis) baru sehingga harus 'menikah' (industri dan SMK)," kata dia.
Untuk memastikan pelaksanaan kebijakan "link and match" antara vokasi dengan dunia industri diterapkan di SMK, Wikan melakukan sidak di tiga SMK di Yogyakarta yakni SMKN 6 Yogyakarta, SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta, dan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
"Kita ingin melihat 'link and match' itu cuma di level MoU saja atau sudah sampai ke perjanjian kerja sama 'menikah' dengan industri," kata dia.
Baca juga: Dirjen : Kurikulum vokasi harus disusun bersama dengan industri
Dengan mengunjungi tiga SMK di Yogyakarta, ia dapat menyimpulkan bahwa SMK di daerah ini cukup memahami konsep perkawinan dengan dunia industri.
"Kalau ini sangat paham. Cuma saya masih ingin melihat di daerah lain di luar Yogyakarta yang masih perlu ada sentuhan. Kalau ini memang sangat dekat dengan industri," kata dia.
Ia mencontohkan di SMKN 6 Yogyakarta berhasil menggandeng perusahaan di bidang perhotelan yakni Horison Hotels Group dengan membuka kelas industri serta mendirikan education hotel (Edotel) sebagai sarana pembelajaran siswa.
"Horison saking cocoknya mau nambah 100 kamar di sini. Itu artinya masakan yang mereka bikin cocok bagi konsumen," kata dia.
Kepala SMKN 6 Yogyakarta Wiwik Indriyani mengaku telah mempersiapkan penerapan program "link and match" dengan industri selama dua tahun.
Menurutnya, kerja sama dengan dunia industri tidak cukup sebatas untuk praktik kerja lapangan (PKL) semata, melainkan untuk menyusun kurikulum bersama dengan tujuan meningkatkan keterserapan siswa di dunia kerja.
"Alhamdulillah untuk serapan kerja dan siswa yang melanjutkan kuliah 95 persen lebih. Lainnya mungkin ada yang tidak terlacak," kata dia.
Baca juga: Vokasi Asik gratis untuk korban PHK digelar BPJAMSOSTEK
Baca juga: Mendikbud tegaskan pentingnya sinergi pendidikan vokasi dan pebisnis
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: