Jakarta (ANTARA) - Garmin membenarkan telah terjadi serangan siber pada Kamis (23/7) yang menyebabkan layanannya tumbang selama beberapa hari.

"Kami tidak menemukan indikasi bahwa data pelanggan, termasuk informasi pembayaran dari Garmin Pay, diakses hilang atau dicuri," kata Garmin, dikutip dari The Verge, Selasa.

"Selain itu, fungsionalitas produk Garmin tidak terpengaruh, selain kemampuan untuk mengakses layanan online. Sistem yang terpengaruh sedang dipulihkan dan kami berharap dapat kembali beroperasi normal selama beberapa hari ke depan," Garmin menambahkan.

Pernyataan Garmin tersebut tidak menyebutkan apakah perusahaan melakukan pembayaran sebagai tebusan atas serangan ransomware yang dilaporkan -- hanya mengatakan bahwa "kami tidak mengharapkan dampak material terhadap operasi atau hasil keuangan kami karena pemberhentian sementara layanan."

Baca juga: Garmin perkenalkan komputer selam pertamanya, Descent Mk1

Baca juga: Garmin tak pandang Xiaomi dan Samsung sebagai kompetitor


Layanan sinkronisasi komputasi awan Garmin Connect dan fitur-fitur lainnya telah berangsur normal pada Selasa dini hari WIB, yang diumumkan Garmin lewat akun Twitter-nya.

Namun, halaman Garmin Connect dilaporkan dalam status "terbatas," sehingga pengguna Garmin belum sepenuhnya dapat mengakses layanan. Garmin mengatakan layanan akan sepenuhnya beroperasi kembali pada pekan ini.

Serangan siber yang membuat tumbangnya layanan Garmin tersebut, menurut berbagai sumber, disebabkan oleh jenis ransomware baru bernama WastedLocker.

WastedLocker, yang dioperasikan oleh kelompok peretas yang dikenal dengan nama Evil Corp, mengenkripsi data namun tidak mengambil data, sehingga memungkinkan sistem yang terpengaruh untuk dipulihkan dari cadangan data tanpa harus membayar uang tebusan.

Baca juga: Garmin setop layanan global karena serangan ransomware

Baca juga: Garmin teliti perubahan aktivitas fisik selama pandemi COVID-19

Baca juga: Smartwatch pendeteksi dini COVID-19 sedang diteliti