Kemenperin aplikasikan teknologi 4.0 para proses produksi AMDK
27 Juli 2020 18:28 WIB
Ilustrasi. Pekerja memindahkan air minum dalam kemasan (AMDK) di pabik air mineral kawasan Kalibata, Jakarta. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mengaplikasikan teknologi 4.0 pada proses produksi air minum dalam kemasan (AMDK) guna memacu peningkatan daya saing manufaktur, terutama yang menjadi prioritas pengembangan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0.
Salah satunya adalah industri makanan dan minuman (mamin), sektor yang konsisten memberikan kontribusi positif pada kelompok manufaktur sehingga pelu terus didorong produktivitasnya melalui penerapan teknologi industri 4.0.
“Dalam inisiasi Making Indonesia 4.0, khususnya pada sektor mamin, kami menekankan bahwa seluruh segmen dalam value chain mamin perlu berusaha mengadopsi teknologi industri 4.0 pada tahun 2030,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Doddy Rahadi lewat keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Doddy menambahkan, upaya penerapan teknologi industri 4.0 pada sektor mamin diproyeksi akan meningkatkan produktivitas hingga 15 persen. Karenanya, Kemenperin mengupayakan agar semua stakeholder berjalan beriringan guna mencapai target tersebut.
“Untuk menjawab tantangan penerapan Industri 4.0, tentunya perlu sinergi dari berbagai pihak, termasuk BPPI Kemenperin yang mengemban tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan penelitian dan pengembangan sektor industri,” paparnya.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, Tekstil, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, BPPI Kemenperin Sony Sulaksono menuturkan, unit penelitian dan pengembangan di BPPI Kemenperin telah banyak menghasilkan inovasi-inovasi yang dapat diadopsi oleh industri mamin, salah satunya yang dihasilkan Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Surabaya.
Baristand Industri Surabaya telah mampu menciptakan aneka inovasi terkait penerapan teknologi berbasis industri 4.0, di antaranya perekayasaan peralatan sistem kendali kadar oksigen terlarut atau dissolve oxygen (DO) secara otomatis dan pemantauan secara real time untuk proses produksi air minum dalam kemasan (AMDK) beroksigen (O2).
Kemudian ada juga e-Water Meter berbasis Long Range (LoRa). Selanjutnya, teknologi fermentasi teh kombucha otomatis yang juga dilengkapi dengan warning system.
“Semua inovasi tersebut telah terbukti memenuhi standar dan telah melalui pengujian yang cermat, sehingga bisa dapat dimanfaatkan oleh industri, terutama industri mamin,” ungkap Sony.
Kepala Baristand Industri Surabaya Aan Eddy Antana menyampaikan, inovasi-inovasi tersebut muncul untuk menjawab permasalahan-permasalahan di bidang industri.
“Baristand Industri Surabaya menjalankan fungsi sebagai problem solver bagi dunia industri dengan menawarkan teknologi penelitian pengembangan dan rekayasa (litbangyasa) terbaru,” katanya.
Aan menjelaskan, upaya menciptakan perekayasaan peralatan sistem kendali kadar oksigen terlarut atau dissolve oxygen (DO) lahir dilatarbelakangi oleh tingginya tingkat kegagalan produk AMDK beroksigen dalam memenuhi standar SNI AMDK, khususnya parameter kandungan O2 terlarut pada produk.
Penyebabnya adalah kurangnya kemampuan perusahaan dalam melakukan monitoring dan kontrol kandungan O2 terlarut secara konsisten dan real time.
Pada operasionalnya, sensor DO akan membaca kadar oksigen terlarut dalam air, analog to digital converter(ADC) akan mengubah data analog dari sensor DO menjadi data digital dan dikirimkan pada microcontroler yang selanjutnya akan memutuskan dan memerintahkan valve untuk melakukan perubahan posisi besaran valve.
Selanjutnya, sejumlah gas O2 bertekanan tinggi melewati valve menuju pipa ventury dan masuk terdifusi dalam air.
“Selanjutnya valve akan menyesuaikan volume aliran gas pada nilai set point kadar DO yang telah ditentukan,” jelasnya.
Sementara itu, perekayasaan prototipe e-Water Meter berbasis Long Range (LoRa) dilatarbelakangi oleh masih kurangnya ketersediaan alat pengukuran konsumsi air di industri.
“Melalui alat inovasi tersbeut, konsumsi air dapat dimonitor secara real time dengan Internet of Things (IoT).Tentunya alat tersebut juga telah memenuhi memenuhi persyaratan SNI 2547-2008 untuk spesifikasi meter air minum,” papar Aan.
Baca juga: Kemenperin atur SNI wajib minuman kemasan
Baca juga: Sukabumi pasok 75% air minum kemasan di Jabodetabek
Salah satunya adalah industri makanan dan minuman (mamin), sektor yang konsisten memberikan kontribusi positif pada kelompok manufaktur sehingga pelu terus didorong produktivitasnya melalui penerapan teknologi industri 4.0.
“Dalam inisiasi Making Indonesia 4.0, khususnya pada sektor mamin, kami menekankan bahwa seluruh segmen dalam value chain mamin perlu berusaha mengadopsi teknologi industri 4.0 pada tahun 2030,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Doddy Rahadi lewat keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Doddy menambahkan, upaya penerapan teknologi industri 4.0 pada sektor mamin diproyeksi akan meningkatkan produktivitas hingga 15 persen. Karenanya, Kemenperin mengupayakan agar semua stakeholder berjalan beriringan guna mencapai target tersebut.
“Untuk menjawab tantangan penerapan Industri 4.0, tentunya perlu sinergi dari berbagai pihak, termasuk BPPI Kemenperin yang mengemban tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan penelitian dan pengembangan sektor industri,” paparnya.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, Tekstil, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, BPPI Kemenperin Sony Sulaksono menuturkan, unit penelitian dan pengembangan di BPPI Kemenperin telah banyak menghasilkan inovasi-inovasi yang dapat diadopsi oleh industri mamin, salah satunya yang dihasilkan Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Surabaya.
Baristand Industri Surabaya telah mampu menciptakan aneka inovasi terkait penerapan teknologi berbasis industri 4.0, di antaranya perekayasaan peralatan sistem kendali kadar oksigen terlarut atau dissolve oxygen (DO) secara otomatis dan pemantauan secara real time untuk proses produksi air minum dalam kemasan (AMDK) beroksigen (O2).
Kemudian ada juga e-Water Meter berbasis Long Range (LoRa). Selanjutnya, teknologi fermentasi teh kombucha otomatis yang juga dilengkapi dengan warning system.
“Semua inovasi tersebut telah terbukti memenuhi standar dan telah melalui pengujian yang cermat, sehingga bisa dapat dimanfaatkan oleh industri, terutama industri mamin,” ungkap Sony.
Kepala Baristand Industri Surabaya Aan Eddy Antana menyampaikan, inovasi-inovasi tersebut muncul untuk menjawab permasalahan-permasalahan di bidang industri.
“Baristand Industri Surabaya menjalankan fungsi sebagai problem solver bagi dunia industri dengan menawarkan teknologi penelitian pengembangan dan rekayasa (litbangyasa) terbaru,” katanya.
Aan menjelaskan, upaya menciptakan perekayasaan peralatan sistem kendali kadar oksigen terlarut atau dissolve oxygen (DO) lahir dilatarbelakangi oleh tingginya tingkat kegagalan produk AMDK beroksigen dalam memenuhi standar SNI AMDK, khususnya parameter kandungan O2 terlarut pada produk.
Penyebabnya adalah kurangnya kemampuan perusahaan dalam melakukan monitoring dan kontrol kandungan O2 terlarut secara konsisten dan real time.
Pada operasionalnya, sensor DO akan membaca kadar oksigen terlarut dalam air, analog to digital converter(ADC) akan mengubah data analog dari sensor DO menjadi data digital dan dikirimkan pada microcontroler yang selanjutnya akan memutuskan dan memerintahkan valve untuk melakukan perubahan posisi besaran valve.
Selanjutnya, sejumlah gas O2 bertekanan tinggi melewati valve menuju pipa ventury dan masuk terdifusi dalam air.
“Selanjutnya valve akan menyesuaikan volume aliran gas pada nilai set point kadar DO yang telah ditentukan,” jelasnya.
Sementara itu, perekayasaan prototipe e-Water Meter berbasis Long Range (LoRa) dilatarbelakangi oleh masih kurangnya ketersediaan alat pengukuran konsumsi air di industri.
“Melalui alat inovasi tersbeut, konsumsi air dapat dimonitor secara real time dengan Internet of Things (IoT).Tentunya alat tersebut juga telah memenuhi memenuhi persyaratan SNI 2547-2008 untuk spesifikasi meter air minum,” papar Aan.
Baca juga: Kemenperin atur SNI wajib minuman kemasan
Baca juga: Sukabumi pasok 75% air minum kemasan di Jabodetabek
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: