Havana, (ANTARA News) - Kuba memulai pelatihan perang terbesarnya dalam lima tahun, Kamis dan menyatakan tindakan itu diperlukan untuk persiapan menghadapi kemungkinan invasi Amerika Serikat.

Walaupun hubungan AS-Kuba membaik dan jaminan-jaminan Presiden Barack Obama pekan lalu bahwa AS tidak berniat menduduki pulau yang terletak sekitar 145km dari Florida itu, kata pers pemerintah Kuba yang mengutip pernyataan para pemimpin militer yang mengatakan "ada kemungkinan riil satu agresi militer terhadap Kuba."

Pelatihan perang, yang berkode "Bastion 2009," juga bertujuan untuk mempersiapkan militer menghadapi kerusuhan sosial yang mungkin AS gerakan pada saat krisis ekonomi di Kuba, menjelang satu invasi, kata mereka, sebagaimana dikutip dari AFP.

Televisi Kuba menayangkan gambar tank-tank yang menembakkan senjata-senjata mereka ketika memasuki daerah pedesaan, baterai-baterai artileri menembak bertubi-tubi, pasukan menggali parit-parit perlindungan, helikopter-helikopter tempur dan jet-jet tempur terbang di angkasa dan tim-tim penyelamatan merawat tentara yang cedera.

Tidak jelas apakah gambar-gambar itu adalah pelatihan Kamis itu atau dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, juga tidak diungkapkan lokasi-lokasi pelatihan perang itu.

Tank-tank dan meriam-meriam anti pesawat melakukan pelatihan di luar kota Havana, Kamis siap untuk dibawa ke satu tujuan yang tidak diketahui.

Dalam siaran berita sore, Presiden Raul Castro mendesak rakyat Kuba bertempur sampai mereka menaklukkan musuh.

"Tujuan itu adalah jangan pernah menyerah, jangan pernah menghentikan perang," katanya dalam satu pertemuan dengan para pemimpin militer.

"Berperang dan berperang sampai kita meletihkan musuh dan mengalahkan mereka," kata Castro, yang adalah menteri pertahanan sebelum menggantikan abangnya yang sakit Fidel Castro sebagai presiden tahun lalu.

Pelatihan perang itu, yang akan berakhir Sabtu dan akan melibatkan 100.000 tentara dan pasukan cadangan diselenggarakan pada saat hubungan antara Amerika Serikat dan Kuba menghangat di bawah pemerintah Obama setelah lima dasawarsa permusuhan.

Obama melonggarkan embargo perdagangan yang telah berlangsung 47 tahun terhadap pulau yang diperintah komunis itu dan memprakarsai perundingan mengenai migrasi dan pelayanan pos, tetapi itu didasarkan pada kemajuan lebih jauh menyangkut tindakan Kuba bagi pembebasan para tahanan politik dan perbaikan hak asasi manusia.

Presiden Castro mengatakan Kuba terbuka bagi hubungan lebih baik, tetapi tidak akan membuat konsesi sepihak dengan Amerika Serikat.

Dalam satu tanggapan tertulis terhadap pertanyaan-pertanyaan dari blogger pembangkang Kuba Yoani Sanchez pekan lalu, Obama mengatakan," Amerika Serikat tidak berniat menggunakan kekuatan militer terhadap Kuba."

Tetapi para pemimpin Kuba dalam pers pemerintah menegaskan Bastion 2009 adalah "satu keperluan dari perintah pertama dalam situasi politik-militer sekarang yang bercirikan konfrontasi antara Kuba dan Amerika Serikat."

Mereka agaknya menandakan tidak puas dengan Obama, yang pemilihannya membawa harapan-harapan tinggi perubahan pada pulau itu, dengan mengatakan embargo tetap diberlakukan dan ia tidak mencabut Kuba dari daftar negara-negara "teroris" oleh AS.

Sejarah juga satu faktor. Kuba, yang bangkit dari revolusi tahun 1959 yang membawa Fidel Castro berkuasa menangkis satu invasi oleh warga-warga Kuba di pengasingan yang didukung AS di Teluk Babi tahun 1961 dan tetap siaga tinggi sejak itu.

Pada saat memuncaknya Perang Dingin, Kuba masuk dalam aliansi dengan Uni Sovyet dan menerima bantuan militer sampai bekas negara adidaya itu ambruk tahun 1991.

Aliansi itu nyaris menyeret dunia ke perang nuklir tahun 1962 ketika Uni Sovyet menempatkan rudal-rudal nuklir di pulau itu, yang memicu pertikaian dengan Amerika Serikat, dikenal sebagai krisis rudal Kuba.

Konfrontasi yang tegang itu berakhir dengan damai ketika Uni Sovyet menarik rudal-rudal itu dengan imbalan janji AS tidak akan pernah menduduki Kuba dan dan kemudian terungkap, menarik rudal-rudalnya sendiri dari Turki.(*)