Padang Arafah (ANTARA News) - Rombongan pejabat tinggi negara termasuk Menteri Agama, Suryadharma Ali, Tim Komisi VIII DPR, DPD dan KPK menunda jadwal keberangkatan dari Mekah ke Padang Arafah, dari Rabu malam menjadi Kamis pagi, karena sebagian kemah yang akan dihuni tamu VVIP rusak atau basah karena hujan lebat Rabu siang kemarin.

Jemaah calon haji Indonesia yang sedang berada di Mekah, sebagian akhirnya juga meninggalkan Kota Suci itu menuju Arafah pada Rabu malam hari dan sebagian lagi mengikuti imbauan Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) untuk menunda keberangkatannya ke Padang Arafah Kamis pagi ini.

Saat berita ini ditulis, seluruh jemaah haji Indonesia yang akan berwukuf sudah berada di Padang Arafah.

Tercatat sekitar 209.000 calhaj Indonesia pada musim haji 1430 H, 192.000 calhaj reguler (Biaya Perjalanan Ibadah haji-BPIH atau dulu ONH) dan sekitar 17.000 calhaj nonreguler (NonBPIH atau ONH Plus).

Terdapat juga seribuan calhaj nonkuota atau yang diberangkatkan biro-biro jasa swasta tanpa koordinasi dengan Departemen Agama, dengan memanfaatkan "caling visa" atau undangan dari pemerintah Arab Saudi melalui lobi-lobi dengan pejabat Kementerian urusan haji atau Kedubes Arab Saudi.

Saat ritual Wukuf, Menag ditempatkan di tenda utama antara lain bersama Tim Pemantau Komisi VIII DPR, Pelaksana Tugas Dubes RI di Arab saudi dan Oman, Sukanto, Konjen RI di Jeddah Gatot Abdullah Mansyur, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Slamet Riyanto dan Kepala Staf Tehnis Urusan Haji Syairozi Dimyati.

Sebelum ritual Wukuf dimulai pada Kamis lepas tengah hari, Menag akan mendengarkan laporan dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH), kemudian mendengarkan khutbah Wukuf yang akan diberikan oleh Imam Mesjid Besar Istiqlal dan Dosen Insitut Ilmu Alquran Jakarta Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yakub.

Wukuf adalah ritual puncak haji yang merupakan salah satu rukun haji, harus dikerjakan, jika tidak ibadah hajinya tidak sah.

Ritual Wukuf menamsilkan saat umat berada dalam formasi di Hari Penantian (Padang Mahsar) untuk menanti dihisab oleh Allah atau timbang pahala dan dosa yang telah diperbuatnya.

Jemaah akan bergeser dari Padang Arafah ke Muzdalifah (sekitar 7 Km) untuk melakukan mabit (memungut batu atau kerikil untuk melontar jumrah) dan tinggal di sana sampai larut malam.

Selama mabit, jemaah berdoa atau menggelar tikar untuk beristirahat sejenak, baru setelah lewat malam, Jumat pagi menuju jamarat Aqabah (jembatan untuk melontar batu atau kerikil) di Mina.

Ada tiga jamarat yang akan digunakan untuk ritual melontar jumrah yakni Aqabah, Ula dan Wustha.

Bagi yang melakukan Nafar Awal, batu yang dilontarkan sebanyak 49 (tujuh di jumrah Aqabah pada hari pertama), dilanjutkan dengan melontar ketiga jamarat (Ula, Wustha dan Aqabah) selama dua hari berturut-turut (7x3x2).

Sementara yang melakukan Nafar Sani, akan melontar 70 batu, tujuh batu dilontarkan di jamarat Aqabah pada hari pertama, kemudian masing-masing dilontarkan pada ketiga jamarat selama tiga hari berturut-turut (7x3x3).

Melontar jumrah merupakan ritual wajib haji (jika tidak dikerjakan, dikenakan dam atau denda berupa hewan kurban atau diwakilkan) yang merefleksikan saat nabi Ibrahim digoda setan untuk tidak mematuhi perintah Allah menyembelih puteranya, Ismail.

Jemaah haji Indonesia dijadwalkan akan kembali ke tanah air secara bergelombang dalam 475 kloter mulai 5 Desember sampai 1 Januari ke berbagai bandara debarkasi di Indonesia.

Sisakan masalah

Selain merenggut korban 24 jiwa, hujan lebat yang turun di kawasan Jeddah, Mekkah, dan Padang Arafah Rabu siang kemarin, menyisakan sejumlah masalah dan kerepotan warga serta pemerintah daerah setempat.

Gubernur Jeddah Pangeran Mishaal bin Majid seperti yang dikutip Arabnews, Kamis, memerintahkan pembentukan pusat kontrol darurat untuk memonitor perkembangan terakhir dampak bencana alam itu.

Namun bencana akibat hujan lebat itu sejauh ini tidak terlalu berpengaruh pada penyelenggaraan ibadah haji, khususnya ritual utama Wukuf di Padang Arafah dan melontar jumrah di Mina seperti yang semula dikhawatirkan orang.

Curah hujan mencapai 70 mili meter yang melanda kota Jeddah sekitar dua jam lebih, hampir mendekati jumlah dua pertiga tingkat curah hujan di negara itu sepanjang tahun.

Puluhan mobil terendam di ruas jalan raya Jeddah- Mekkah - Padang Arafah antara lain di distrik Sulaimaniah, sekitar 11 Km di luar kota Jeddah karena ruas jalan yang menuju Jeddah itu berubah jadi sungai dengan aliran deras.

Ribuan kendaraan, sebagian besar mengangkut calon jemaah haji menuju Padang Arafah terperangkap kemacetan lalu lintas sehingga sebagian balik ke Jeddah dan sebagian lagi mencari jalan memutar hingga memerlukan sekitar tujuh sampai delapan jam dari Jeddah ke Mekah atau Padang Arafah yang hanya berjarak sekitar 70 Km.

Beberapa distrik di kota Jeddah juga mengalami pemadaman listrik, baru malam hari sebagian mulai menyala lagi.

Hujan lebat yang jarang-jarang terjadi itu juga mengundang berbagai reaksi dan ulah warga Jeddah, terutama kelompok anak baru gede (ABG yang bersukaria menyambut peristiwa langka itu. (*)