Sekjen KKP tekankan pentingnya jaga kelestarian penyu
25 Juli 2020 20:20 WIB
Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Antam Novambar dalam acara pelepasliaran 100 ekor tukik atau anaka penyu yang dilakukan di Pantai Melasti, Pulau Serangan, Bali, Jumat (24/7/2020). ANTARA/HO-KKP
Jakarta (ANTARA) - Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Antam Novambar menekankan pentingnya menjaga kelestarian penyu saat melakukan pelepasliaran 100 ekor tukik atau anaka penyu yang dilakukan di Pantai Melasti, Pulau Serangan, Bali.
"Melalui kegiatan pelepasliaran tukik ini, diharapkan dapat menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan penyu," kata Antam Novambar dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia mengingatkan bahwa penyu termasuk biota laut yang terancam punah sehingga keberadaannya dilindungi negara melalui PP Nomor 7/1999. Aturan ini berlaku untuk semua jenis penyu yang ada di Indonesia.
Pelaksanaan tugas pelepasliaran yang dilaksanakan oleh Sekjen sesuai Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 526/MEN-KP/VIII/2015.
Namun ironisnya, lanjutnya, masih banyak pihak yang memperdagangkan hewan ini secara ilegal.
Baca juga: Dilepasliarkan 205 tukik untuk jaga kelestarian alam
Baca juga: Aktivitas kapal cumi ancam kelestarian penyu sisik di Seruyan
Sebanyak 100 ekor tukik/anakan penyu berjenis lekang (Lepidochelys olivacea) yang dilepasliarkan di Pantai Melasti ini, merupakan hasil penetasan telur 2 hari sebelumnya dari relokasi sarang penyu lekang yang bertelur di pantai sekitar Pulau Serangan Bali.
Tukik tersebut sebelumnya dirawat oleh lembaga konservasi Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan.
Usai Pelepasliaran tukik, Antam mengunjungi TCEC Serangan dan melihat ada 48 ekor penyu hijau yang dirawat dan merupakan barang bukti titipan Polda Bali yang berhasil menggagalkan upaya penyelundupan.
Penyebab lain menurunnya populasi penyu adalah kerusakan habitat pantai, penyakit, penangkapan dan perdagangan daging penyu maupun telurnya yang secara illegal masih terjadi.
Antam menjelaskan, penyu memiliki karakteristik siklus hidup yang sangat panjang dan unik, sehingga untuk mencapai kondisi lestari membutuhkan waktu cukup lama.
Bila tidak benar-benar dijaga, masih menurut Sekjen KKP, maka pada masa mendatang penyu bisa jadi hanya tinggal cerita.
"Bayangkan untuk bertelur itu minimal umurnya 20 tahun. Jadi satu butir telur penyu harusnya minimal Rp 5 juta harganya. Karena dia harus berjuang 20 tahun untuk menghasilkan telur," paparnya.
Antam mengapresiasi lembaga maupun kelompok masyarakat yang aktif menjaga kelestarian penyu, seperti Turtle Conservation and Education Center.
Sebagai bentuk apresiasi, Antam menyerahkan donasi Rp15 juta dari kantong pribadinya.
"Saya apresiasi sekali, tersentuh hati saya. Saya sudah berapa kali lihat konservasi seperti ini. Ada juga di Sanur saya lihat dan di tempat-tempat lain," ujarnya.
Baca juga: Komunitas "Jarum Pentul" jaga kelestarian penyu pantai selatan Jawa
Baca juga: Aktivitas nelayan ancam kelestarian penyu sisik
"Melalui kegiatan pelepasliaran tukik ini, diharapkan dapat menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan penyu," kata Antam Novambar dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia mengingatkan bahwa penyu termasuk biota laut yang terancam punah sehingga keberadaannya dilindungi negara melalui PP Nomor 7/1999. Aturan ini berlaku untuk semua jenis penyu yang ada di Indonesia.
Pelaksanaan tugas pelepasliaran yang dilaksanakan oleh Sekjen sesuai Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 526/MEN-KP/VIII/2015.
Namun ironisnya, lanjutnya, masih banyak pihak yang memperdagangkan hewan ini secara ilegal.
Baca juga: Dilepasliarkan 205 tukik untuk jaga kelestarian alam
Baca juga: Aktivitas kapal cumi ancam kelestarian penyu sisik di Seruyan
Sebanyak 100 ekor tukik/anakan penyu berjenis lekang (Lepidochelys olivacea) yang dilepasliarkan di Pantai Melasti ini, merupakan hasil penetasan telur 2 hari sebelumnya dari relokasi sarang penyu lekang yang bertelur di pantai sekitar Pulau Serangan Bali.
Tukik tersebut sebelumnya dirawat oleh lembaga konservasi Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan.
Usai Pelepasliaran tukik, Antam mengunjungi TCEC Serangan dan melihat ada 48 ekor penyu hijau yang dirawat dan merupakan barang bukti titipan Polda Bali yang berhasil menggagalkan upaya penyelundupan.
Penyebab lain menurunnya populasi penyu adalah kerusakan habitat pantai, penyakit, penangkapan dan perdagangan daging penyu maupun telurnya yang secara illegal masih terjadi.
Antam menjelaskan, penyu memiliki karakteristik siklus hidup yang sangat panjang dan unik, sehingga untuk mencapai kondisi lestari membutuhkan waktu cukup lama.
Bila tidak benar-benar dijaga, masih menurut Sekjen KKP, maka pada masa mendatang penyu bisa jadi hanya tinggal cerita.
"Bayangkan untuk bertelur itu minimal umurnya 20 tahun. Jadi satu butir telur penyu harusnya minimal Rp 5 juta harganya. Karena dia harus berjuang 20 tahun untuk menghasilkan telur," paparnya.
Antam mengapresiasi lembaga maupun kelompok masyarakat yang aktif menjaga kelestarian penyu, seperti Turtle Conservation and Education Center.
Sebagai bentuk apresiasi, Antam menyerahkan donasi Rp15 juta dari kantong pribadinya.
"Saya apresiasi sekali, tersentuh hati saya. Saya sudah berapa kali lihat konservasi seperti ini. Ada juga di Sanur saya lihat dan di tempat-tempat lain," ujarnya.
Baca juga: Komunitas "Jarum Pentul" jaga kelestarian penyu pantai selatan Jawa
Baca juga: Aktivitas nelayan ancam kelestarian penyu sisik
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: