Penulis: Buku cerita yang baik mampu buka pikiran anak
24 Juli 2020 20:35 WIB
"Seminar Buku Cerita Anak Berkualitas - Dari Kreator Buku untuk Anak Indonesia Gembira" yang diselenggarakan oleh Room to Read bersama ProVisi Education dalam Rangka Hari Anak Nasional 2020. ANTARA/HO- Dok pri/pri.
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah penulis menyatakan buku cerita anak yang baik adalah buku yang mampu membuka jendela pikiran dan jendela hati anak-anak.
Pernyataan itu muncul dalam "Seminar Buku Cerita Anak Berkualitas: Dari Kreator Buku untuk Anak Indonesia Gembira" yang diselenggarakan oleh Room to Read bersama ProVisi Education dalam Rangka Hari Anak Nasional 2020.
Mengangkat tema Anak Terlindungi, Indonesia Maju dan tagline #AnakIndonesiaGembiradiRumah, seminar daring itu mengundang penulis dan ilustrator buku cerita anak untuk berbagi proses dan pengalaman saat terlibat dalam pembuatan buku cerita anak yang berkualitas bersama Room to Read.
Baca juga: Menteri PPPA: "Kamu Pahlawanku" beri pemahaman COVID-19 pada anak
"Buku cerita yang menarik adalah yang mampu membuat anak-anak terlibat dalam buku," ujar penulis buku anak, Imelda Naomi, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan melalui buku-buku tersebut, anak-anak menjadi ingin terus-menerus membaca.
Room to Read menerapkan proses pembuatan buku berkelanjutan dalam proses pembuatan buku cerita anak yang berkualitas.
Associate Director Book Publishing Room to Read Global, Mahesh Pathirathna, menyampaikan bahwa Room to Read telah mengembangkan buku cerita anak dalam 30 bahasa untuk mendukung kegembiraan membaca anak-anak.
Baca juga: Film "Buku Harianku", melihat konflik keluarga dari sudut pandang anak
Di Indonesia, Room to Read pertama kalinya bekerja sama dengan penerbit lokal dan pemerintah.
"Room to Read menyediakan lokakarya dan mentoring untuk penerbit, penulis, dan ilustrator, untuk memastikan tersedianya buku-buku berkualitas yang dapat dinikmati oleh beragam anak di Indonesia," kata Mahesh.
Mahesh menjelaskan anak adalah bagian dari masyarakat. Oleh karenanya Room to Read menyajikan berbagai format buku anak, non fiksi, cerita rakyat, serta koleksi khusus misalnya cerita tentang anak tunanetra.
Baca juga: Taman buku dongkrak minat membaca anak Rangkas
Lokakarya dan mentoring buku-buku Room to Read telah memberikan pengetahuan dan mengubah cara pandang para penulis dan ilustrator.
"Membuat buku anak tampaknya mudah, namun kami harus sangat teliti dan memberikan deskripsi sangat detail,” kata penulis buku anak yang juga guru sekolah dasar, Kusumadewi Yuliani.
Kusumadewi menjelaskan apa yang didapatkan dalam lokakarya juga sangat bermanfaat saat mengajar anak-anak.
Baca juga: Penulis buku "Payung Nina" terinspirasi anak berebut payung
Saat menulis buku "Lautkah Ini?", Kusumadewi harus sungguh-sungguh mempelajari siklus air dan mencari tahu ukuran tetes air agar bisa menjelaskan dengan detail kepada ilustrator. Buku tersebut hadir setelah Kusumadewi terinspirasi oleh pertanyaan dari siswanya.
"Proses penulisannya sangat panjang, tapi semuanya terbayar saat melihat buku-buku kita disebarkan ke seluruh Indonesia dan dibaca oleh anak-anak," kata Kusumadewi.
Baca juga: KPPPA minta pendapat pemerhati anak soal buku dukungan psikososial
Pernyataan itu muncul dalam "Seminar Buku Cerita Anak Berkualitas: Dari Kreator Buku untuk Anak Indonesia Gembira" yang diselenggarakan oleh Room to Read bersama ProVisi Education dalam Rangka Hari Anak Nasional 2020.
Mengangkat tema Anak Terlindungi, Indonesia Maju dan tagline #AnakIndonesiaGembiradiRumah, seminar daring itu mengundang penulis dan ilustrator buku cerita anak untuk berbagi proses dan pengalaman saat terlibat dalam pembuatan buku cerita anak yang berkualitas bersama Room to Read.
Baca juga: Menteri PPPA: "Kamu Pahlawanku" beri pemahaman COVID-19 pada anak
"Buku cerita yang menarik adalah yang mampu membuat anak-anak terlibat dalam buku," ujar penulis buku anak, Imelda Naomi, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan melalui buku-buku tersebut, anak-anak menjadi ingin terus-menerus membaca.
Room to Read menerapkan proses pembuatan buku berkelanjutan dalam proses pembuatan buku cerita anak yang berkualitas.
Associate Director Book Publishing Room to Read Global, Mahesh Pathirathna, menyampaikan bahwa Room to Read telah mengembangkan buku cerita anak dalam 30 bahasa untuk mendukung kegembiraan membaca anak-anak.
Baca juga: Film "Buku Harianku", melihat konflik keluarga dari sudut pandang anak
Di Indonesia, Room to Read pertama kalinya bekerja sama dengan penerbit lokal dan pemerintah.
"Room to Read menyediakan lokakarya dan mentoring untuk penerbit, penulis, dan ilustrator, untuk memastikan tersedianya buku-buku berkualitas yang dapat dinikmati oleh beragam anak di Indonesia," kata Mahesh.
Mahesh menjelaskan anak adalah bagian dari masyarakat. Oleh karenanya Room to Read menyajikan berbagai format buku anak, non fiksi, cerita rakyat, serta koleksi khusus misalnya cerita tentang anak tunanetra.
Baca juga: Taman buku dongkrak minat membaca anak Rangkas
Lokakarya dan mentoring buku-buku Room to Read telah memberikan pengetahuan dan mengubah cara pandang para penulis dan ilustrator.
"Membuat buku anak tampaknya mudah, namun kami harus sangat teliti dan memberikan deskripsi sangat detail,” kata penulis buku anak yang juga guru sekolah dasar, Kusumadewi Yuliani.
Kusumadewi menjelaskan apa yang didapatkan dalam lokakarya juga sangat bermanfaat saat mengajar anak-anak.
Baca juga: Penulis buku "Payung Nina" terinspirasi anak berebut payung
Saat menulis buku "Lautkah Ini?", Kusumadewi harus sungguh-sungguh mempelajari siklus air dan mencari tahu ukuran tetes air agar bisa menjelaskan dengan detail kepada ilustrator. Buku tersebut hadir setelah Kusumadewi terinspirasi oleh pertanyaan dari siswanya.
"Proses penulisannya sangat panjang, tapi semuanya terbayar saat melihat buku-buku kita disebarkan ke seluruh Indonesia dan dibaca oleh anak-anak," kata Kusumadewi.
Baca juga: KPPPA minta pendapat pemerhati anak soal buku dukungan psikososial
Pewarta: Indriani
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020
Tags: