Pemberdayaan masyarakat bantu cegah karhutla di Desa Pulantani
24 Juli 2020 19:34 WIB
Tangkapan layar dokumentasi warga Desa Pulantani membuat kerajinan dari tanaman purun, yang merupakan bagian dari revitalisasi ekonomi Desa Peduli Gambut BRG. (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Pemberdayaan masyarakat di Desa Pulantani, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan dengan membentuk kelompok penganyam purun ikut berperan dalam usaha pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kata Fasilitator Desa Peduli Gambut Iwan Hermawan yang mendampingi warga desa tersebut.
"Kepala desa pada saat musyawarah desa untuk perencanaan itu, mereka menganggarkan kegiatan pembasahan lahan purun," kata Iwan dalam diskusi virtual yang diadakan Kemitraan Indonesia yang dipantau dari Jakarta pada Jumat.
Dengan memanfaatkan 40 titik sumur bor yang berada di wilayah pelaksanaan program Desa Peduli Gambut itu, kegiatan pembasahan dilakukan untuk mencegah karhutla di daerah tersebut.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia memang dilakukan di desa dengan luas 1.622 hektare (ha) itu, dengan sekitar 1.449 ha adalah lahan gambut. Mayoritas warga dari desa yang berpenduduk 617 orang itu bekerja sebagai nelayan sungai dan atau petani ladang.
Sebanyak 60 persen dari 311 perempuan yang berada di desa itu juga bekerja sebagai penganyam purun yaitu tanaman yang tumbuh di sekitar lahan gambut.
Baca juga: Bantu pemulihan ekosistem, BRG miliki 525 Desa Peduli Gambut
Baca juga: BRG dorong Desa Peduli Gambut terintegrasi dengan pembangunan desa
Tradisi menganyam purun itu sudah diturunkan dari generasi ke generasi di desa tersebut, namun dalam beberapa tahun terakhir menjadi fokus pengembangan kapasitas agar warga dapat merasakan revitalisasi ekonomi.
Iwan mengatakan Desa Pulantani telah memiliki kelompok pengrajin yang diberi nama Kelompok Usaha Bersama Kerajinan Purun Berkat Ilahi dan sudah memiliki 50 anggota sampai dengan Juli 2020.
Tidak hanya menganyam tikar dan bakul, pelatihan yang didampingi oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) dan lembaga swadaya masyarakat Kemitraan itu berhasil mengembangkan produk mereka dan menghasilkan karya tas, besek, kotak pensil dan lain sebagainya.
Omset kelompok itu pun meningkat dan bahkan telah memiliki toko daring atau online untuk menjual kerajinan serta bekerja sama dengan perusahaan untuk menjual bakul anyaman purun.
Baca juga: Kisah perempuan-perempuan "penganyam" masker desa gambut
Baca juga: BRG-Chevron akan lakukan restorasi gambut di 21 desa di Riau
Iwan, yang sudah dua tahun mendampingi warga Desa Pulantani, menegaskan manajerial terstruktur membuat produktivitas pengrajin purun meningkat yang pada akhirnya mendorong kenaikan pendapatan.
Revitalisasi ekonomi itu secara tidak langsung ikut membantu usaha pencegahan karhutla di daerah tersebut.
"Di Desa Pulantani mereka ada peningkatan kapasitas, melatih pengrajin, kemudian menganggarkan pembasahan agar lahan purun tidak terbakar, lahan gambut tidak terbakar," ujar Iwan.
Baca juga: BRG dorong berdayakan ekonomi perdesaan gambut
Baca juga: BRG sebut 102 hektare gambut rusak di Sumsel sudah dibasahi
"Kepala desa pada saat musyawarah desa untuk perencanaan itu, mereka menganggarkan kegiatan pembasahan lahan purun," kata Iwan dalam diskusi virtual yang diadakan Kemitraan Indonesia yang dipantau dari Jakarta pada Jumat.
Dengan memanfaatkan 40 titik sumur bor yang berada di wilayah pelaksanaan program Desa Peduli Gambut itu, kegiatan pembasahan dilakukan untuk mencegah karhutla di daerah tersebut.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia memang dilakukan di desa dengan luas 1.622 hektare (ha) itu, dengan sekitar 1.449 ha adalah lahan gambut. Mayoritas warga dari desa yang berpenduduk 617 orang itu bekerja sebagai nelayan sungai dan atau petani ladang.
Sebanyak 60 persen dari 311 perempuan yang berada di desa itu juga bekerja sebagai penganyam purun yaitu tanaman yang tumbuh di sekitar lahan gambut.
Baca juga: Bantu pemulihan ekosistem, BRG miliki 525 Desa Peduli Gambut
Baca juga: BRG dorong Desa Peduli Gambut terintegrasi dengan pembangunan desa
Tradisi menganyam purun itu sudah diturunkan dari generasi ke generasi di desa tersebut, namun dalam beberapa tahun terakhir menjadi fokus pengembangan kapasitas agar warga dapat merasakan revitalisasi ekonomi.
Iwan mengatakan Desa Pulantani telah memiliki kelompok pengrajin yang diberi nama Kelompok Usaha Bersama Kerajinan Purun Berkat Ilahi dan sudah memiliki 50 anggota sampai dengan Juli 2020.
Tidak hanya menganyam tikar dan bakul, pelatihan yang didampingi oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) dan lembaga swadaya masyarakat Kemitraan itu berhasil mengembangkan produk mereka dan menghasilkan karya tas, besek, kotak pensil dan lain sebagainya.
Omset kelompok itu pun meningkat dan bahkan telah memiliki toko daring atau online untuk menjual kerajinan serta bekerja sama dengan perusahaan untuk menjual bakul anyaman purun.
Baca juga: Kisah perempuan-perempuan "penganyam" masker desa gambut
Baca juga: BRG-Chevron akan lakukan restorasi gambut di 21 desa di Riau
Iwan, yang sudah dua tahun mendampingi warga Desa Pulantani, menegaskan manajerial terstruktur membuat produktivitas pengrajin purun meningkat yang pada akhirnya mendorong kenaikan pendapatan.
Revitalisasi ekonomi itu secara tidak langsung ikut membantu usaha pencegahan karhutla di daerah tersebut.
"Di Desa Pulantani mereka ada peningkatan kapasitas, melatih pengrajin, kemudian menganggarkan pembasahan agar lahan purun tidak terbakar, lahan gambut tidak terbakar," ujar Iwan.
Baca juga: BRG dorong berdayakan ekonomi perdesaan gambut
Baca juga: BRG sebut 102 hektare gambut rusak di Sumsel sudah dibasahi
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: